BB - 09 Ayahnya?

907 155 4
                                    

"Sa-saya temannya, pak." Jennie menjawab dengan gugup.

"Oh ya? Lalu dimana Jungkook?" Pria itu mengernyitkan alisnya.

"Kak Jungkook bilang dia akan menemui temannya, paman." Sahut Haruto.

"Kamu adiknya?" Tanya pria itu sambil menatap Haruto dan Jennie bergantian, lalu diangguki oleh Haruto.

Pria yang tampak lebih tua itu hanya memasang ekspresi datar. "Jungkook belum pernah mengajak teman perempuannya kesini. Hanya teman-teman berandalannya saja. Anak tak tahu diuntung memang, sudah di sekolahkan malah menjadi anak yang brengsek seperti itu."

Jennie dan Haruto hanya diam. Bagaimana seorang ayah bisa mengatakan hal seburuk itu tentang anaknya sendiri? Ya, Jennie tau Jungkook memang.. buruk. Tapi setidaknya ia tak seburuk yang Jennie pikirkan.
.
.
.
.
.
Jungkook memasuki rumah besar itu. Matanya bergerak untuk melihat semua sudut rumah itu. Hingga ia melihat keberadaan orang yang paling dibencinya tengah duduk di sofa. Sembari menatapnya dengan penuh amarah. Jungkook tau apa yang akan terjadi setelah ini.

"Darimana kau?" Tanya sang ayah, Seokjin.

"Untuk apa Ayah peduli? Ayah bahkan tidak pernah pulang di hari ulang tahunku, tahun baru, atau bahkan memikirkanku saja tidak." Sahut Jungkook.

Seokjin mengepalkan tangannya. "Aku tidak membiayaimu untuk membangkang."

"Aku tidak butuh biaya mu, kau lah yang memberikan ku biaya untuk hidupku. Tapi aku tak menginginkan itu, Ayah." Jungkook menatap tajam sang Ayah. Lalu kembali menelisik setiap sudut rumah. "Kau tidak mengusir kekasihku, bukan?"

Seokjin mengernyitkan alisnya. "Kekasih? Jennie Kim?"

Jungkook memutar bola matanya malas. "Ya, dia adalah kekasihku."

Seokjin terkekeh, "Aku tau. Tapi tadi dia hanya mengaku sebagai temanmu saat aku memergokinya bersama adiknya di kamarmu." Seokjin menjeda kalimatnya. "Dia ada di taman belakang, berkeliling bersama paman Hoseok."

Hoseok, asisten pribadi Kim Seokjin. Orang kepercayaan Seokjin. Dan dia yang ikut merawat Jungkook selama Seokjin berada di luar negri.

Jungkook melangkahkan kakinya menuju pintu belakang, namun suara sang Ayah menghentikan langkahnya.

"Ini pertama kalinya kau membawa seorang gadis ke rumah." Pria itu menyunggingkan senyum.

Sedangkan Jungkook memilih acuh. "Lalu? Ini bukanlah urusanmu. Lagipula dia kekasihku, tentu saja dia berhak untuk mampir ke rumahku." Setelah itu ia benar-benar menghilang dari pandangan Seokjin. Menuju ke taman belakang rumahnya.

Seokjin menghela nafas. Ini memang salahnya. Salahnya karena terlalu mementingkan pekerjaannya dibanding dengan putra semata wayangnya itu. Tetapi yang Seokjin inginkan adalah, hidup berkecukupan. Terutama untuk putra kesayangannya itu. Dia tidak mau Jungkook hidup dengan kekurangan. Maka setelah Jungkook lahir, Seokjin bekerja begitu keras. Agar bisa memberi kehidupan yang lebih layak untuk Jungkook, putranya. Tapi ia salah, Jungkook tak butuh itu. Dia membutuhkan kasih sayangnya. Kasih sayang dari ayahnya.
.
.
.
.
.
Sementara itu ada Jennie yang sedang duduk di sebuah bangku panjang, di taman belakang rumah besar itu. Sebelumnya paman Hoseok mengajak Jennie dan Haruto untuk berjalan-jalan. Tapi sebelum itu, Seokjin mengajak Jennie untuk berkeliling bersamanya.

Jennie melamun, memikirkan apa yang Seokjin katakan sebelumnya.

Sebenarnya, hanya Haruto yang berkeliling bersama Hoseok. Sedangkan Jennie bersama dengan si Tuan Rumah, Jeon Seokjin. Mereka berjalan sambil sesekali mengobrol.

"Kau yakin hanya temannya Jungkook?"

Jennie menoleh, menatap Seokjin sekilas lalu mengalihkan pandangannya.

Bad BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang