Jennie sedang duduk di bangkunya sembari melamun. Lebih tepatnya memikirkan keadaan Jungkook, dan ayahnya. Semalam pemuda itu terlihat khawatir setengah mati, Jennie dapat melihat itu di sorot matanya. Kekhawatiran tentang keadaan sang ayah.
Jennie juga semalam ingin ikut dengan Jungkook ke rumah sakit, namun pemuda itu tidak mengizinkannya. Ia bilang Jennie harus tetap dirumah. Jungkook akan menemui ayahnya sendiri. Awalnya Jennie ingin protes, namun melihat raut wajah Jungkook yang terlihat tidak ingin dibantah membuatnya mengurungkan niat untuk protes pada pemuda itu.
Dan sampai sekarang, Jungkook tidak memberi kabar apapun tentang dirinya bahkan ayahnya. Jennie berkali-kali mengecek ponselnya namun tidak ada balasan sama sekali dari Jungkook.
"Pangerannya tidak sekolah ya?"
"Ah kasihan sekali jalang kecil itu, dia pasti kesepian karena Jungkook tidak sekolah hari ini."
"Jungkook pasti muak berlama-lama dengan gadis murahan itu, pada akhirnya ia memilih meninggalkan Jennie."
Jennie bisa mendengar beberapa teman sekelasnya berbisik sambil menertawakan dirinya. Ia mengepalkan tangan, namun ia berusaha untuk menahan amarahnya yang kian memuncak. Biar bagaimanapun, akar permasalahannya berasal dari dirinya sendiri. Dan ini adalah konsekuensi yang harus ia hadapi.
Sampai akhirnya bisik-bisik berhenti ketika seorang guru Bahasa Inggris memasuki kelas dan mulai mengajar. Tidak ada yang berani berbicara karena guru itu termasuk guru killer di sekolah.
Tapi Jennie tidak fokus.
Belakangan ini banyak sekali masalah yang menimpanya. Mulai dari terbongkarnya hubungan gelap dirinya dan Taehyung, renggangnya persahabatannya dengan Rosè, Lisa, dan Jisoo, dan sekarang keadaan ayah Jungkook yang memburuk dan ikut membuat Jennie merasa khawatir.
"Jennie Kim, are you listening to me?"
Jennie terkesiap. Ia menoleh ke depan, kepada guru yang tengah menatapnya datar.
"Yes, Sir?"
"Keluar dari kelasku jika kau ingin terus melamun dan tak memperhatikan kelasku."
Jennie meneguk salivanya kasar. Kemudian mengangguk sekilas dan menundukkan kepalanya, "Maafkan saya, Sir."
Guru itu menghela nafas, kemudian kembali melanjutkan materi yang ia sampaikan sebelumnya. Kali ini Jennie memperhatikan, walau tak sepenuhnya. Karena pikirannya pergi entah kemana.
.
.
.
.
.
Jennie tengah duduk di sebuah kursi yang ada di pojok kantin. Sambil memakan sebuah roti yang aslinya terasa manis namun lidahnya bilang bahwa itu terasa hambar. Biasanya ia akan ditemani Lisa dan Rosè, yang membuat makan siang terasa lebih enak karena mereka akan saling berbagi satu sama lain. Selera mereka yang berbeda membuat mereka ingin mencicipi makanan satu sama lain. Dan itu menjadi sangat menyenangkan. Tapi sekarang tidak lagi, keduanya justru menjauh seakan tidak menyadari keberadaannya yang bahkan kini ada di kantin yang sama.
Begitu selesai, Jennie memperhatikan Lisa dan Rosè yang tengah asik makan bersama di meja yang tak jauh dari pandangannya. Ia tak melihat keberadaan Jisoo dan Taehyung, mungkin mereka tengah berduaan. Biasanya juga begitu.
Tiba-tiba saja seseorang menghampiri Jennie. Dia berdiri tepat di sebelah Jennie. Membuat Jennie mendongakkan kepalanya, melihat seseorang yang menghampirinya yang ternyata adalah Park Jimin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bad Boy
Fanfiction[ SLOW UPDATE ] "Sialan kau! Ini toilet laki-laki. Dimana Jisoo?! Apakah kau melakukan sesuatu padanya?!" "Dia tertidur di mobilku." "Kalau begitu temui dia! Dia pacarmu!" "Dan kau selingkuhanku." . . . . . "Jadilah kekasihku." "Jika tidak, maka aku...