"Ya Tuhan, Renjun~~~. Belum ada sehari, tapi kasus yang kamu buat udah banyak banget." Ucap Minho yang terkejut mendengar penuturan Jeno.
"Bapak bingung kan? Sama saya juga. Kenapa hari ini banyak banget yang mancing emosi saya ya pak." Seru Renjun.
"Kali ini tawuran sama anak mana lagi?" Tanya Minho.
"Biasa pak. Bapak kayak gatau langganan tawuran anak sini aja." Seru Renjun.
"Kamu cuma sendiri?" Tanya Minho, yang bingung karena Renjun cuma sendiri. Biasanya Renjun selalu bawa antek-anteknya kalo tawuran.
"Sendirian pak. Saya juga kaget sama gak nyangka bakalan ada tawuran. Orang saya lagi enak-enak makan bakso. Baru satu suap, eh udah di ambil aja sama abang bakso-nya. Takut dagangan-nya hancur katanya. Jadi saya di suruh makan besok aja." Curhat Renjun. Padahal dia benar-benar lapar dan pengen banget makan bakso.
"Tapi bapak tenang aja. Sekolah kita menang kok pak. Saya berhasil mengusir brandal-brandal itu pergi." Seru Renjun dengan bangga-nya.
"Mau hukuman, atau panggil orang tua?" Tanya Minho, memberikan pilihan untuk Renjun. Minho sudah lelah, jadi biarkan Renjun memilih.
"Pengen-nya sih gak di hukum. Saya pengen-nya bapak ngasih selamat atau selebrasi buat saya karena udah berhasil memenangkan tawuran ini dengan sendirian. Ya walaupun banyak luka sama lebam yang saya dapat." Seru Renjun.
"Tapi karena bapak cuma beri saya dua pilihan kayak gitu, jadi saya pilih hukuman aja pak. Ibu sama bapak saya berisik kalo di bawa ke sekolah." Sambung Renjun, menjawab pilihan yang di berikan Minho.
"Eum, kalo gitu sebentar. Bapak ingin mikir hukuman apa lagi yang akan di berikan untuk kamu." Ucap Minho.
"Pak, mikirnya bisa cepetan gak? Soalnya dikit lagi bel pulang pak. Bisa di tinggal saya sama abang saya Hendery." Pinta Renjun.
Minho tidak mengubris, ia tetap berfikir. "Kamu mau hukuman apa?" Tanya Minho.
"Lah kok bapak jadi nanya saya sih? Bapak beneran mau ngasih kesempatan buat saya pilih nih?" Tanya Renjun.
Minho berfikir sejenak, lalu menggelengkan kepalanya. "Enggak jadi deh. Bapak aja." Ujar Minho.
"Ya sudah kalo gitu, tugas kamu bersihin toilet yang ada di lantai kelas kamu aja." Sambung Minho.
"Toilet wanita aja kan pak?" Tanya Renjun.
"Mana ada! Dua-duanya lah!" Jawab Minho.
"Cuma itu aja kan yang pengen bapak sampein? Kalo gitu saya pamit ya pak! Bel pulang udah bunyi dari tadi." Seru Renjun yang langsung pergi tanpa menunggu jawaban Minho.
"Yak Huang Renjun! Kelas 12 masih ada pengayaan buat uji--an! Aish! Itu anak bukan-nya dengerin dulu!" Rutuk Minho yang kesal.
"Kalo gitu saya pamit juga ya pak." Ujar Jeno yang pamit undur diri.
Yup! Jeno sedaritadi ada di situ! Ngeliat semua perdebatan dan perbincangan antara Minho dan Renjun.
Renjun terus berjalan menuju kelasnya yang sudah sepi.
"Bisa-bisanya gue di tinggal sama cabe-cabean sekelas Ryunjin." Rutuk Renjun kesal. Ia langsung membawa tas-nya dan pergi dari ruang kelas-nya, menuju ruang kelas Hendery.
Kenapa gak Lucas? Lucas udah punya pacar! Dia pasti pulangin pacarnya dulu daripada adiknya! Jadi, daripada nunggu kayak orang bener, lebih baik dia pulang bareng Hendery.
Emang Hendery gak punya pacar? Enggak! Cuma dia lagi berusaha buat ngeluluhin princess Jasmin alias Xiaojun yang jual mahal-nya melebihi mahal-nya cabe yang lagi gagal panen.
"Yah mampus! Kelas 12 ada pengayaan lagi." Rutuk Renjun kesal, ketika dia pengen masuk ke kelas Hendery, dia denger ada guru yang lagi ngejelasin.
Renjun sudah sangat yakin kalo kelasnya Hendery lagi pengayaan. Ah, bukan hanya kelas Hendery! Tapi seluruh kelas 12.
Dengan terpaksa dan dengan langkah malas, Renjun mulai berjalan menyusuri koridor, sampai luar sekolah.
Gak jadi sampe luar sekolah! Renjun nunggu Hendery di lapangan aja. Dia gak bisa naik angkutan umum seperti bis! Apalagi Busway! Renjun benar-benar gak ngerti dan bingung cara naik busway. Soalnya dia belum pernah naik busway.
Renjun terus nunggu sambil memainkan ponsel-nya.
"Ayo pulang sama aku." Ucap seseorang yang berhasil membuat Renjun memberhentikan mainnya.
Renjun kenal suara ini. Masa iya dia gak kenal suara orang yang dia suka.
"Renjun ayo, aku anterin kamu pulang." Ajak Jeno.
"Huang Renjun." Panggil Jeno sekali lagi.
"Ah iya." Ucap Renjun.
"Ayo pulang bareng aku." Ajak Jeno.
"Gak usah deh. Gue nunggu bang Dery aja." Balas Renjun, yang tidak enak karena takut merepotkan Jeno. Lagipula rumah Jeno sama Renjun gak searah.
"Gapapa, pulang sama aku aja." Bujuk Jeno.
"Di anterin sampe rumah gak? Kan rumah kita gak searah, gue takut lo turunin gue di tengah jalan. Gue kan bukan cabe-cabean yang di turunin tengah jalan. Apalagi depan gang." Celoteh Renjun.
"Enggak akan. Aku bakalan anterin kamu sampe depan rumah. Bahkan aku anterin masuk sampe rumah." Ujar Jeno.
"Beneran gak?" Tanya Renjun gak yakin.
"Beneran. Ayo." Ajak Jeno.
Renjun akhirnya setuju dan mulai ikut Jeno.
"Naik." Titah Jeno kepada Renjun, yang sudah jongkok membelakangi Renjun.
"Gak usah. Gue berat." Tolak Renjun.
"Gapapa. Ayu naik. Aku gak tega liat kamu kayak gitu." Bujuk Jeno lagi.
"Jeno--"
"Kamu mau gendong belakang, atau mau aku gendong ala karung beras?" Tanya Jeno, memberikan Renjun dua pilihan.
"Jeno gausah--- yak! Lee Jeno!" Pekik Renjun yang terkejut karena Jeno yang menggendongnya ala karung beras.
"Aku kan udah kasih kamu dua pilihan. Tapi kamu gak milih. Yaudah, aku yang mutusin aja." Ujar Jeno.
"Tapi gak gini juga Jeno!" Protes Renjun.
Sampai di parkiran sekolah, Jeno langsung menurunkan Renjun di atas jok motornya. Memakaikan Renjun Helmet, membuka jaket miliknya untuk di pakai Renjun menutupi rok-nya. Baru-lah ia naik dan menjalankan motornya pergi meninggalkan area sekolah.
"Lah Jen, rumah aku bukan lewat sini." Ujar Renjun bingung karena Jeno yang belok kiri, padahal rumahnya belo kanan kalo dari arah sini.
"Kita makan dulu ya." Ajak Jeno.
"Lo yang bayarin kan Jen?" Tanya Renjun memastikan. Pasalnya duit Renjun udah habis. Ada sih, tapi di atm.
"Iya-lah, kan aku yang ngajak kamu makan. Masa iya kamu yang bayar." Ujar Jeno, menepikan motornya di kedai mie ayam.
"Ya kan kali aja lo suruh bayar sendiri-sendiri." Balas Renjun.
"Gak lah Njun. Suka Mie ayam kan?" Tanya Jeno.
"Jangan-kan mie ayam. Mie-likin kamu juga aku suka." Sahut Renjun yang gak pake di filter lagi kalo ngomong.
"Canda Jen, gue suka kok mie ayam." Ujar Renjun yang me-ralat omongannya.
Dia langsung merutuki ucapan-nya yang asal keluar. Sedangkan Jeno diam aja.
Akhirnya mereka berdua makan bersama sebelum mengantarkan Renjun pulang.
KAMU SEDANG MEMBACA
SEVEN DAY'S - NOREN
Fiksi PenggemarCERITA INI KHUSUS NOREN (JENO X RENJUN) SHIPPER! APABILA KALIAN TIDAK SUKA DENGAN SHIPPER YANG BERSANGKUTAN? DIMOHON UNTUK TIDAK BERKOMENTAR NEGATIF DI KOLOM KOMENTAR! ATAUPUN DI KEHIDUPAN PRIBADI LEE JENO DAN HUANG RENJUN!