Bian mendesah pelan. Meraba pinggang rampingnya dan menekan jarinya kuat hingga badannya menekuk sedikit ke belakang, berharap rasa pegal akibat setengah hari berjalan mondar-mandir melayani pelanggan menghilang dalam sekejap.
Rendra mendekati Bian dan memberi segelas air putih dingin yang diterima senang hati oleh Bian, "lo akhir-akhir ini rajin banget masuk kerja?"
Bian tertawa pelan, malu, "iya kak, minggu depan mulai sibuk nyiapin skripsi soalnya,"
Mendengar itu, Denis yang duduk di kursi kasir menyauti, "lah, udah mau skripsi aja? Udah nyari dosbing?"
Bian menoleh, menatap Denis dan mengangguk pelan, menjawab semua pertanyaan yang diajukan Denis. Dia meraih senderan kursi dan menggeret mendekatinya dan duduk dengan nyaman, "iya, sks gue udah kelar semua, kata asdos gue gas aja," jelas Bian.
"Udah punya judul?" tanya Rendra dan dibalas anggukan oleh Bian.
"Udah di acc?" tanya Karina. Bian menggeleng, "baru gue kasih tiga hari yang lalu, sih,"
"Tapi punya judul cadangan, kan?" tanya Karina lagi. Kali ini Bian mengangguk, "ada dong,"
"Anjir lo kok rajin banget, sih? Gue aja masih ada matkul yang ngulang," Hannah menyahuti.
Saat ini memang sedang jam istirahat, kafe ditutup sementara sehingga mereka memiliki waktu luang sekitar satu setengah jam sebelum kafe dibuka kembali. Karena itu, para pegawai kafe milik Jacob ini berkumpul tanpa takut melalaikan pekerjaan.
"Ya iyalah gue kan bukan lo yang rebahan teros padahal tugas numpuk," balas Bian.
Mendengar itu, Hannah melebarkan matanya dan mengepalkan tangan kemudian diancungkan ke arah Bian, "gak usah buka kartu ya,"
"Tapi lo tuh produktif banget kok bisa, sih? Ngampus rajin, kerja juga jarang absen, tapi sks kelar semua, mana sempet ikut kkn kan?" tanya Karina dan dibalas anggukan lagi oleh Bian.
"Pantesan lo jomblo, sibuk teros," sahut Hannah.
"Bacot Han, daripada pacaran mulu, nggak kelar kan sks lo, ngulang matkul kan lo? Siap-siap jadi mahasiswa abadi," sahut Bian kesal.
"Anjing mulutnya, gue cuma rencana nambah satu semester doang ya, makasih,"
"Tapi beneran deh, lo kok produktif banget?" tanya Rendra mengulangi pertanyaan Karina.
Bian ingin menghendikkan bahu, dia hanya merasa dia harus melakukan beberapa hal dan dia melakukannya, siapa yang menyangka kegiatan sehari-harinya itu termasuk dalam kategori rajin. Walaupun begitu, Bian menjawab, "Biar cepet kelar biar cepet pulang kak, capek gue di Jakarta terus, panas," balas Bian.
Itu memang salah satu alasan Bian bekerja keras di kota ini walaupun ada beberapa alasan penting lain yang sebaiknya tidak dia katakan.
"Tapi Surabaya juga panas loh, sama aja," sahut Denis.
"Lo kayak pernah ke Surabaya aja, kak," cibir Bian setengah mengejek.
"Pernah lah, itu tempat sebelas dua belas sama bekasi panasnya, sama-sama beda planet kalo kata gue mah,"
"Hmm, nggak juga, tempat gue adem," balas Bian tak acuh.
Bian memutar kepalanya ke belakang saat mendengar Jacob tertawa setelah mendengar ucapannya, "enak ya bukan asli anak Jakarta, bisa pulang kampung, ada yang nungguin pulang,"
Di sebelahnya, Rendra mendengus, "gue juga bukan asli orang Jakarta, tapi nggak bisa pulang kampung tuh,"
Hannah menaikkan sebelah alisnya, "emang kenapa?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Coalesce [Taegyu]
RomanceSambil menyelam meminum air. Sambil belajar sambil melupakan masa lalu. Sambil mencari ilmu sambil mengalihkan perasaan. Kebencian dalam hati mengalahkan rasa rindu, tapi hasil tidak akan mengkhianati usaha. Bahkan sebuah gembok yang berkarat masih...