• 16 •

574 85 15
                                    


Hari itu cerah dan berawan. Mentari bersinar terang tapi udara terasa segar, membuat siapapun yang memiliki waktu luang memilih untuk keluar daripada terus berada di ruangan yang pengap. 

Tama adalah salah satu dari orang-orang itu.

Tumpukan kertas di meja kerjanya yang terbengkalai karena meeting yang tak ada habisnya membuat kepalanya penuh. Memanfaatkan waktu makan siang yang cukup lama, Tama bergegas keluar dari kantor sebelum panggilan makan siang dari papanya bersama kolega yang tidak dia kenal terdengar dari ponselnya.

Ya, dia juga meninggalkan ponselnya di atas meja kerjanya.

Dalam hatinya, Tama sudah tertawa puas memikirkan muka masam papanya saat tau Tama tidak ada di tempatnya. Dia membawa mobilnya dengan santai, melihat ke kanan dan kiri jalan saat memikirkan menu makan siangnya. 

Untungnya jalanan hari itu tidak begitu ramai sehingga dia tidak perlu terburu-buru untuk menginjak gas atau merasa kesal karena menunggu kendaraan di depannya. Membuat suasana hatinya yang awalnya biasa-biasa saja menjadi lebih baik.

Setelah beberapa menit memutari jalanan, pandangan Tama terpaku pada salah satu kafe di sisi jalan. Kafe itu tidak terlalu besar tetapi halamannya cukup luas untuk ditempati mobil Tama. 

Itu adalah kafe tempat Bian bekerja beberapa minggu yang lalu.

Tama tau Bian tidak akan ada di kafe tapi hatinya merasa gatal untuk mengunjungi tempat tersebut. 

Tama tidak menggunakan mobil sportnya yang mencolok dan menggunakan mobil yang paling umum dipakai orang-orang di kota. Tapi tetap saja, orang-orang masih tanpa sadar melirikkan pandangan mereka ke arahnya, menatapnya selama beberapa saat sebelum akhirnya mengalihkan pandangan mereka kembali ke arah yang lain.

Saat Tama masuk ke dalam kafe, benar saja, tidak ada pemuda cantik yang memenuhi hatinya selama bertahun-tahun, tapi dia tidak merasa kecewa karena dia tidak berniat untuk bertemu dengannya. 

Salah satu pekerja kafe yang jika Tama tidak salah bernama Karina datang. Ekspresinya terkejut saat melihat Tama tetapi dengan cepat bersikap profesional dan menunggu Tama melihat menu dengan sabar tanpa bertanya apapun. 

Tama mengatakan pesanannya setelah beberapa saat. Tetapi sebelum Karina sempat melangkahkan kakinya ke belakang, suara Tama menghentikannya.

"Bian udah nggak kerja di sini?"

Karina terdiam beberapa saat, kemudian menggeleng pelan, "udah keluar lama, kamu masih nyariin dia?"

Karina ingat pemuda ini mencari Bian tetapi saat itu Bian sedang kuliah dan dia pergi begitu saja. Sekarang sudah lewat dua bulan tetapi orang ini masih mencari Bian? Apakah Jakarta seluas itu sampai mereka tidak bisa bertemu?

Tama tersenyum tipis, tidak menjawab dan bertanya lagi, "dia masih sering ke sini?"

Karina mengangguk ragu-ragu sebelum menggeleng, "nggak sering dan nggak pasti," dia bertanya lagi, "kamu nyariin dia?"

Karina menatap Tama yang hanya diam, tetapi pemuda itu sepertinya tidak berniat menjawab sehingga dia hanya bisa mengundurkan diri dan melanjutkan pekerjaannya.

Menurut infomasi yang diberikan Kai kepadanya, setelah Tama datang secara tiba-tiba di depan wajahnya, Bian keluar dari tempat itu beberapa hari kemudian karena dia ingin fokus mengerjakan skripisnya.

Tama yakin dia tidak membuat alasan, beberapa hari yang lalu saat Bian secara mengejutkan ingin bertemu dengannya di kafe yang lain, dia masih menyempatkan diri untuk membawa laptop dan buku tebal untuk melanjutkan tugas akhirnya. 

Coalesce [Taegyu]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang