Selama ini aku memang jarang mengoperasikan media sosial selain WhatsApp. Terlebih sejak memutuskan akses dari Gus Dafa. Menonaktifkan akun Facebook dan Instagram menjadi salah satu jalan pilihan agar lebih mudah untuk segera melupakan. Meskipun pada kenyataannya tak semudah itu.
Meskipun aku telah berjanji dalam hati untuk menutup lembaran kelam tentang cinta sendiri dan patah hati ini, ternyata melupakan tak semudah membalik telapak tangan. Sangat manusiawi bukan, jika seseorang akan sesekali teringat tentang semua hal yang pernah dialami?
Pesan pendek atau kalimat yang dilontarkan oleh Gus Dafa terkadang masih tebersit diingatan.
"Gus, saya bentar lagi boyong, loh?" ucapku tanpa dosa waktu itu usai UNBK hari terakhir di depan ruang ujian. Gus Dafa tak menjawab hanya melirikku sekilas.
"Jenengan yakin gak bakal kangen kaleh kulo?"
"Aya!" serunya.
"Dalem, Gus. Kirain tadi panggil Ayang. Astaghfirullah, maaf, Gus. Tiwas ndredeg kulo."
"Belajar yang bener, jangan cuma caper saja!" ucapnya seraya menatapku tajam kemudian beranjak meninggalkanku.
Ah, kenapa aku senekat itu dulunya. Sudah tahu tak akan pernah bersambut, tetap saja memaksa. Meskipun awalnya hanya kuanggap guyonan ternyata akhirnya justru aku benar-benar sulit melupakan perasaan itu.
"Bu, presentasinya sudah selesai," tegur siswa yang bertugas untuk melaksanakan presentasi hari ini. Allahul Karim, bisa-bisanya aku melamun saat jam pelajaran berlangsung?
Seluruh isi kelas menatapku dengan tatapan penuh tanya.
"Bu Aya baik-baik saja, kan?" celetuk salah satu siswa laki-laki yang terkenal paling banyak akal di kelas ini. Aku menghela napas sesaat. Senyum kuulas pada mereka kemudian beranjak dari kursi berjalan ke depan kelas.
"Ada pertanyaan dari uraian yang sudah disampaikan secara rinci oleh teman-teman kalian tadi?" Kelas menjadi hening.
"Bu." Salah satu siswa mengangkat tangannya. Aku mengangguk.
"Tumbuhan itu memiliki banyak sekali jenisnya, setiap jenis juga memiliki ciri dan fungsi yang berbeda. Nah, apakah semua tumbuhan berfungsi untuk kehidupan kita? Lalu, bagaimana dengan tumbuhan yang beracun, apakah juga bermanfaat untuk kita?" pungkasnya mengakhiri pertanyaan. Dia memang salah satu siswa kritis di kelas sepuluh ini.
"Segala sesuatu yang diciptakan oleh Allah pasti ada manfaat dibalik penciptaannya. Begitu pun tumbuhan yang ada di sekitar kita. Andai pun tumbuhan itu beracun untuk manusia, belum tentu itu membahayakan untuk makhluk lain. Begitu pun sebaliknya."
"Fungsi dan manfaat tetumbuhan juga sudah disebutkan dalam Al Qur'an surat 'Abasa ayat 24 sampai 32. Coba nanti kalian baca Al Qur'an terjemahnya. Nah, tentang perinciannya, kalian bisa coba buka di chanel YouTube yang khusus membahas tentang Alquran yang berhubungan dengan ilmu sains. Di sana ada penjelasan yang lebih detail dan rinci."
Setelah penjelasan singkat dariku, para siswa tak ada yang kembali melontarkan pertanyaan. Bersamaan pula bel pergantian jam sudah berbunyi. Aku beristighfar berkali-kali saat keluar ruangan. Merutuki kecerobohan yang telah kulakukan, melamun saat materi pelajaran berlangsung.
***
"Bu, saya masih bingung mau ambil jurusan apa. Sama orangtua dipaksa untuk ambil Kesehatan, padahal saya pengin ambil jurusan Matematika," keluh salah satu siswa kelas dua belas saat menjelang pendaftaran masuk perguruan tinggi.
Aku bukan guru BK, tetapi para siswa seringkali mengeluh dan curhat dengan leluasa kepadaku baik siswa lelaki atau pun perempuan. Mulai dari perihal asmara hingga keluarga. Mulai dari perihal pelajaran sampai perkuliahan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gus Dafa (Sudah Terbit)
Teen FictionAyatul Faizah, gadis berumur 25 tahun yang sedang berjuang melupakan masa lalunya. Dia patah hati karena ditinggal pergi secara tiba-tiba saat tengah di puncak cintanya. namun, saat dia berusaha melupakan justru sosok masa lalunya hadir kembali