New Hope

109 5 9
                                    

Gadis yang namanya masih bertahta dalam sanubari yang duduk berseberangan denganku terlihat tengah menunggu ceritaku.

Aku tahu dia menahan rasa kecewa, seperti halnya diri ini. Dari kedua cawan hidupnya, aku mendapatkan informasi yang membuat rasa bersalahku semakin besar. Aku tidak tahu, apakah semuanya karena perbuatanku atau yang lain. Mereka bilang, gadis berjilbab peach di hadapanku ini seakan tak ada gairah untuk segera menikah.

Jika benar dia menungguku, kenapa tatapannya seakan begitu membenciku? Kehadiranku telah membuatnya seakan kembali terluka. Lewat tatap matanya, aku bisa membaca jika di sana ada luka yang menganga.

"Nduk," panggilku sebelum kuawali kisah kelam yang telah menimpaku beberapa tahun yang lalu.

"Njih, Gus."

"Aku menceritakan ini bukan karena ingin dikasihani atau agar kamu iba. Tetapi, agar kamu tahu, jika hidupku tak lebih bahagia dari pada saat ponselku berdenting menunjukkan pesan panjang berisi godaan dari seseorang yang bernama Aya." Aku melirik sekilas saat mengatakan itu. Dia berdecak dengan wajah memberengut. Konyol. Momen-momen kecerewetannya benar-benar terpatri di pikiran dan juga hati.

Kuhela napas sesaat sebelum memulai kisah yang telah kututup, tetapi tak akan pernah terlupa.

"Amalia Hikmah, nama itu masih membekas dalam ingatan, bukan lagi di hati. Karena hanya luka yang dia torehkan padaku." Aku mulai membuka kisah yang sudah hampir tertutup rapat.

Empat tahun lalu ...

"Le,"

"Nggeh, Bah, pripun?" Abah yang tengah duduk di ruang tengah melambaikan tangannya memintaku mendekat.

"Gimana usahamu?"

"Alhamdulillah, lancar, Bah. Peternakan yang dikelola para santri di desa sebelah Alhamdulillah sudah mulai berjalan, Bah." Kujelaskan secara detail usaha yang baru kurintis bersama beberapa santri. Peternakan kambing Jawa.

Abah menyodorkan ponselnya di hadapanku yang menunjukkan foto seorang gadis berhijab tosca. Aku hanya melihat sekilas.

"Cantik?" Aku hanya mengangguk tanpa memberi alasan. Karena di hatiku yang cantik tetaplah gadis berlesung pipit yang sering menggodaku sejak dulu.

"Dia putri teman Abah. Teman lama tepatnya." Abah melepas kopiah dan menaruh di meja. Aku mulai curiga dengan arah pembicaraan ini.

"Jangan bilang Abah ingin menjodohkan Dafa dengan dia." Aku mencoba menyelidik. Abah menghela napas dan menatapku sekilas.

Eng

Ing

Eng

............

Selanjutnya ada di versi cetak ya🥰🥰🥰🥰

Selanjutnya ada di versi cetak ya🥰🥰🥰🥰

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bonus Pak Ali sama Gus Dafa🙈🙈

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 05, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Gus Dafa (Sudah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang