Bab 8 || Rasa Aneh

596 121 32
                                    

Happy Reading

Jeika POV

Setelah mengantar Nayara pulang ke rumahnya, aku langsung melajukan mobil tanpa mampir terlebih dulu. Meski sedang kesal dengan Nayara, tapi aku tetap menitip salam dan permintaan maaf karena tidak bisa menyapa secara langsung. Aku cukup sadar kalau tadi lepas kendali di depan Nayara, dan itu melukainya, tentu saja.

Tapi, aku tidak menyesal karena tindakannya tadi memang membuatku naik pitam, bahkan sekarang belum kunjung mereda, malah semakin bertambah parah ketika mengingat perkataan Levin.

"Ka, si Nayara kenapa?"

"Kebelet kali, makanya buru-buru," sahut Kevin asal.

"Gue nanya Jeika, Vin apartemen," balas Adrian jengah.

"Ada urusan di toilet," responku singkat. Tidak mau membiarkan mereka tahu sebelumnya kami memperdebatkan tentang rokok.

"Gue tahu," ujar Levin tiba-tiba. "Kayaknya cewek lo gak suka kita ngerokok ya, Sultanes."

"Siapa bilang?" elakku. Emosi sudah hampir menguasai diri.

"Tadi gue lihat, si Nayara kayak tutup-tutup hidung sama mulut." Levin menatapku dengan senyum miring. "Dia gak tahan sama asap rokok."

"Anjay, serius lo, Vin?"

"Iya lah."

"Payah juga lo, Ka. Kalau cewek lo gak suka sama asap rokok. Gimana bisa tahan sama lingkungan kita? Jangan-jangan nanti dia nanti jelekin kita-kita lagi," oceh Adrian. Jari-jariku perlahan mengepal, berusaha tidak ada yang menyadari betapa aku ingin meninju wajah Adrian.

Payah dia bilang?

"Hush! Jangan su'udzon gitu ah, Dri. Kalian ini 'kan belum lama kenal Nayara. Jangan nuduh aneh-aneh," tegur Yera.

"Ya, gue setuju sama Yera. Lagian bukan masalah besar," sahut Gifar sambil meminum kopinya santai.

"Nayara bukan perempuan kayak gitu. Jangan remehkan dia dengan bilang dia gak suka kalian hanya karena ngerokok. Seperti yang gue bilang, dia ke toilet gak ada hubungannya sama kalian," tekanku pada mereka. Levin berdeham tidak nyaman.

"Haha, gue bercanda, Ka. Sorry."

Bercanda?

Apa-apaan bercanda seperti itu?

Bagiku, tidak ada tanda bahwa ia bercanda. Levin memang sengaja ingin yang lain meremehkanku tadi, dan itu karena sikap Nayara.

Sial!

Aku tidak akan membiarkannya kabur. Nayara harus tetap duduk tenang saat aku dan yang lain menikmati waktu kami. Tidak boleh ada kejadian seperti ini lagi di lain waktu.

***

Minta maaf.

Itulah yang aku lakukan. Gadis keras kepala itu mengeluarkan ultimatum permusuhan dengan tidak membalas pesan dariku. Bahkan dia tidak mau mengangkat telepon dan bertemu denganku saat mengunjungi rumahnya. Berkat jasa mama akhirnya si mungil yang suka protes itu mau keluar dari kamarnya.

Travelling DecisionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang