05.

1.3K 115 7
                                    

Beberapa hari kemudian selepas dari kunjungan kerumah kedua orang tua mereka Jungkook semakin hati-hati menjaga Jimin dan memperhatikan nya seolah-olah Jimin adalah benda rapuh. Jungkook meringis sedikit melihat pergerakan Jimin yang sedikit melambat karena perut yang besar itu meskipun usia kandungannya baru berjalan empat bulan.

Jungkook pun melaksanakan pekerjaannya dirumah agar tidak ada rasa khawatir bila dirinya berjauhan dengan Jimin. Perusahaan pun di handle oleh asisten nya mengerahkan sedikit pekerjaan nya pada sang asisten dan tentunya dirinya menambahkan beberapa pegawai untuk membantu menyelesaikan pekerjaannya.

Sesekali jika ada meeting penting pun Jungkook yang memimpin meskipun dirinya khawatir seribu kali lipat karena meninggalkan Jimin yang tengah hamil itu dirumah sendirian.

Jimin pun sudah berpesan kepada yang lebih tua agar tidak terlalu mengkhawatirkan dirinya. Ia masih bisa bergerak kesana-kemari meski dengan pergerakan lambat.

Seperti saat ini perusahaan Jungkook dilanda sedikit masalah yang mengharuskan sang kepala keluarga datang kesana dan meninggalkan yang tengah hamil dirumah.

"Aku tidak apa, Pergilah. Perusahaan mu membutuhkan mu." Ucapnya menyakinkan, Terlihat raut khawatir di wajah yang lebih tua.

"Aku akan kembali secepatnya, Jika kau membutuhkan sesuatu telfon aku. Jangan memaksakan dirimu untuk berjalan kesana-kemari." Yang mendapatkan perhatian itu hanya tersenyum kecil.

Tubuhnya ia bawa berdekatan pada yang lebih tua memeluknya sebentar dan mencium rahang tegas milik sang pria. "Aku paham. Sekarang pergilah." Satu kecupan mendarat tepat di bibir tebalnya siapa lagi pelakunya jika bukan Jungkook.

"Aku berangkat. Ingat perkataan ku, Mina." Beberapa kecupan mendarat di wajah manis milik Jimin yang mana membuat nya terkekeh geli.

Selepas kepergian sang suami, Dirinya langsung masuk kedalam menutup pintu dan berjalan kearah dapur untuk mengambil susu hamil miliknya. Ia masih bisa melakukan kegiatan seperti, Menyapu, Memasak, Mengepel, Dan membereskan rumah yang bisa ia jangkau. Menurutnya Jungkook terlalu berlebihan namun dirinya juga tidak menampik bahwa perhatian yang diberikan jungkook terhadap nya sangatlah manis.

Teko yang berisi air tengah dipanaskan diatas kompor dan segera menuangnya pada gelas yang berisi bubuk susu hamil dan menambahkan sedikit air putih agar tidak terlalu panas. Meminumnya perlahan menikmati disetiap susu hamil itu masuk kedalam tenggorokan nya, Rasanya manis namun juga sedikit hambar.

Menaruh gelas itu kedalam wastafel dan mencucinya. Jimin melihat sekeliling rumah yang menurutnya sudah bersih. Beralih menatap jam dinding yang menggantung masih menunjukan pukul 08.00 pagi ia rasa berjalan-jalan sekitar rumah nya dan berjemur di bawah sinar matahari tidak terlalu buruk. Dokter berkata dirinya harus banyak bergerak dan melakukan aktifitas yang ringan seperti berjalan-jalan tanpa menggunakan alas kaki.

"Hanya tiga puluh menit, Setelah itu aku akan masuk kedalam rumah."

Kini dirinya sudah berada di depan rumah mulai memajukan langkah nya kedepan dengan sinar matahari yang mengerumuni dirinya. Sesekali para penghuni komplek menyapanya dengan ramah Jimin pun membalas ramah dan tersenyum.

"Hamil berapa bulan nak? Perut mu sangat besar." Ucap salah satu wanita paruh baya yang kebetulan tengah berjemur.

Jimin tersenyum menanggapi "Empat bulan, Nek."

Sang wanita paruh baya menatap tak percaya pada perut jimin tangan nya ia bawa untuk memegang perut jimin yang besar itu membuat Jimin tersentak kecil. "Benarkah? Kenapa perut mu besar sekali."

"Benar, Aku sedang hamil empat bulan. Perut ku sangat besar karena aku membawa tiga nyawa dalam perut ku."

"Kembar tiga?" Jimin membalas dengan mengangguk semangat ia menatap wanita parah baya itu yang sepertinya terkejut saat dirinya mengatakan bahwa ia membawa tiga nyawa.

Jeon's Family and Baby Triplets [KM]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang