06.

1.2K 94 7
                                    

Jimin terbangun dari tidurnya di saat matahari sudah terbenam sepenuhnya, pukul 19.00, Sangat lama ia tertidur.

Mata nya ia coba untuk terbuka, melihat sekitar kamar semua jendela sudah tertutup oleh gorden, dan juga lampu tidur yang menyala.

Tubuhnya ia bawa untuk bersandar pada ranjang tidur, Merenggangkan kedua tangan nya untuk melepaskan ototnya yang pegal. Terlebih badan nya yang hanya tertidur dalam satu posisi, Karena terhalang oleh perut besar nya.

Kaki ramping nya ia bawa untuk menapakkan di lantai, Berdiri perlahan dan berjalan ke arah pintu kamar. Tujuan nya saat ini menemui suami nya, Ia tebak pasti jungkook sudah pulang sedari tadi siang.

Mata nya menelusuri setiap sisi rumah, Mencari dimana keberadaan suami nya itu. Tidak ada tenaga untuk memanggil jungkook karena sedari siang jimin hanya memakan buah.

Entah karena lelah atau memang memikirkan satu hal, Jimin tertidur sangat lama.

Jimin duduk di sofa ruang tamu, Menyenderkan punggungnya di kepala sofa. Menghela nafas beratnya serta mengelus perut besar nya, Tiba-tiba saja kedua matanya kembali memanas, merasakan cairan bening yang ingin keluar.

Tangan mungil nya ia bawa untuk menutupi wajahnya yang kini mulai menangis.

koo, hikss... sakit sekali..”

Isakan Jimin sedikit kencang di tambah wajahnya yang ia tutupi dengan tangan nya. Mengakibatkan suara tangis nya bergema di ruang tamu.

Langkah kaki tergesa pun terdengar di sepanjang ruang tamu, Wajah yang khawatir serta nafas yang memberat. Tubuh nya ia bawa sejajar pada si mungil yang sedang terisak di duduk nya. Mengambil kedua tangan mungil itu untuk ia genggam, memberikan sedikit usapan lembut.

Sayang, Ada apa, hmm?”

Jungkook mencoba bertanya dengan lembut pada si mungil namun ia hanya mendapat jawaban isakan dari si mungil. “Baby, kenapa menangis?”

koo.. hikss..” Jimin langsung mendekap jungkook erat, menenggelamkan wajahnya sekaligus meredam tangis nya di pundak sang suami.

Spontan tangan jungkook refleks mendekap kembali si mungil, menepuk punggung itu dengan pelan, dan mengusap perut besar Jimin.

Beruntung pada ruang kerjanya yang tidak tertutup dengan rapat, Jadi ia bisa mendengar suara tangis Jimin yang sampai pada ruangan kerja nya. Panik? tentu, jimin yang sedang asik tidur tadi tiba-tiba saja menangis memanggil nama nya.

Mereka diam di posisi sejajar seperti itu dalam beberapa saat, Di saat jungkook merasa Jimin sudah lebih tenang dan suara tangis nya sudah sedikit mereda barulah ia mencoba menanyakan apa yang terjadi.

“ingin bercerita?” Jungkook merasa anggukan di pundak nya.

Pelukan terlepas sementara, karena jungkook berpindah untuk duduk di sofa dan kembali mendekap jimin dari samping. Tangan satunya ia bawa untuk merangkul pundak Jimin sedangkan satu tangan bebas nya ia pakai untuk mengusap perut besar Jimin, di barengi tangan Jimin yang juga sedang mengusap perut besar nya.

“Pagi tadi aku berkeliling komplek, namun tidak jadi. Karena ada wanita paruh baya yang menanyakan kandungan ku berjalan berapa bulan, aku menjawabnya dan beliau terlihat senang. Tapi, Koo. wanita paruh baya itu menceritakan bahwa dirinya pernah hamil anak kembar, dan.. anak mereka yang satu tidak selamat karena beliau abai akan perintah dokter—”

Jimin menjeda ucapannya lalu menarik nafas nya dan buang secara perlahan. Mata nya pun kembali memanas jika harus mengingat hal yang belum terjadi di dirinya. Jimin benci itu.

Jeon's Family and Baby Triplets [KM]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang