09.

1K 88 8
                                    

Waktu berjalan begitu cepat, Sekarang usia kehamilan Jimin sudah memasuki bulan ke-delapan. Tentu jungkook sudah mempersiapkan perlengkapan baby triplets, Dengan bantuan orang tua nya dan juga orang tua Jimin. Orang tua mereka berdua sangat antusias menanti kelahiran cucu pertama, Jungkook maklum itu karena dirinya dan juga Jimin adalah anak tunggal.

Semasa kehamilan pun hormon Jimin selalu berubah-ubah, Kadang sangat sensitif, Mudah marah, Dan menjadi mode super manja, Atau meminta untuk berhubungan badan. Jungkook tidak masalah justru ia senang, Dokter juga berkata tidak apa tapi dengan syarat untuk bermain lembut takut membahayakan baby triplets.

Dan soal Jimin meminta untuk membantu jungkook dalam mengatasi kebutuhan hasrat nya waktu itu, Jungkook memberi izin. Di saat itu juga Jimin melompat senang, menerjang nya dengan kecupan tiada henti pada wajah jungkook. Sampai di usia kehamilan Jimin yang sekarang mereka saling membantu dalam memenuhi hasrat mereka.

Perubahan pada tubuh Jimin dari bulan ke bulan sangat terlihat, dari perut yang semakin membesar, pipi yang bertambah bulat, serta jemari tangan dan kaki yang terlihat gemuk. Karena sungguh, Jimin sangat lah menggemaskan dengan tubuh bulat itu, Dan jungkook bersyukur karena berarti Jimin dan juga baby triplets sangat sehat.

Jungkook terkekeh bila di ingat lagi bagaimana Jimin yang merajuk kesal, dengan tangan yang melipat di dadanya. Jungkook sering menggoda Jimin, mengakibatkan suara teriakan kesal, dan juga cubitan gemas dari Jimin. Hal itu tidak di sia-siakan jungkook untuk ia abadikan, menjadikan kenangan untuk di perlihatkan pada baby triplets nanti.

"kooko..." Bibir Jimin mengerucut kebawah, menatap jengkel ke arah jungkook.

"kenapa sayang, hmm?"

Jungkook membawa Jimin ke dalam pelukannya, Membenamkan wajah mungil itu pada dada nya. Posisi mereka saat ini berada di sofa panjang ruang tamu, menonton film kesukaan Jimin atau bisa dibilang mereka sedang menikmati waktu berdua.

"jangan mendiami ku..."

"aku? kapan, mina?”

“sejak tadi...” Ucap Jimin yang kini bibirnya sudah cemberut serta mata sabit yang terlihat berkaca-kaca.

Jungkook menggeleng kecil, sedikit gemas dengan tingkah jimin saat ini. “sensitif sekali, suami ku ini."

Hanya dalam beberapa detik saja mata berbentuk bulan sabit itu sudah menangis, membuat jungkook kelabakan.Lantas sebuah kecupan singkat mendarat di kening Jimin, dan mengusap lembut punggung sempit itu. Berniat memberhentikan tangis Jimin.

"kooko mendiami ku, hikss aku memanggil mu sedari tadi, tapi tidak kau respon... aku pikir kooko marah padaku."

"kooko tidak marah sayang. maaf, kooko melamun tadi."

"bohong.. kooko mendiami ku hikss karena aku menumpahkan susu pada berkas penting mu. tapi itu tidak di sengaja hikss, tangan ku licin jadi gelas itu terlepas dari genggaman ku.."

Jungkook menghela nafas kecil, mengikis jarak diantara mereka dengan menarik lembut pundak Jimin. Menatap wajah itu yang sudah berjejak air mata.

"kooko tidak marah sayang, itu bukan salah mu. masih ada salinan berkas nya jadi dirimu tidak perlu khawatir."

"astaga, kenapa menangis, mina?" Lanjut jungkook yang langsung membawa Jimin kedalam pelukannya.

"aku kira kooko hiks marah padaku, maafkan aku sudah ceroboh hiks.. maaf"

"ssssttt, sayang tidak apa."

Jungkook juga sedikit pusing jika Jimin akan sangat sensitif dalam masa kehamilan nya. Membuat jungkook harus ekstra berhati-hati dalam berkata, takut menyakiti hati Jimin.

Jeon's Family and Baby Triplets [KM]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang