it's hurt (IsuPis)

101 6 19
                                    

Disinilah, Wolpis beserta Isubokuro bersepeda dengan semangat. Karena masih pagi dan jarang orang yang melintas, mereka menikmati acara bersepeda nya dengan riang.

"Mau istirahat?" Tanya Isubokuro saat ia menyadari laju Wolpis melambat dan berhenti di pinggir taman.

"K-kurasa kita istirahat sebentar.." ujar Wolpis dan turun dari sepedanya dengan sempoyongan.

Isubokuro memicingkan matanya, memegang kedua bahu yang sedikit lebih tinggi darinya itu agar tetap tegak dan membantu lelaki ini duduk di bangku taman.


"Hah... Kalau kau merasa tak enak badan, jangan menerima ajakan ku.. dasar bodoh." Ujar Isubokuro,. melepaskan helm bersepeda yang masih dikenakan Wolpis. Terlihat sudah surai tosca itu basah karena keringat.

"Aku tidak mau melewatkan kesempatan ini.." ujar Wolpis lalu tersenyum sangat manis.

"Jangan tersenyum seperti itu di tempat umum.", Isubokuro mengusap wajah Wolpis dengan sapu tangan yang ia bawa.

"Eh nande?"

'Senyum milikmu itu milikku dasar bodoh.'

"Ah tidak.. bukan apa apa." Balas Isubokuro.

Wolpis terkekeh pelan sebelum ia terbatuk karena rasa lelahnya itu.

"Kita pulang saja? Atau bagaimana?" Tanya Wolpis.

"Pulang saja.. aku tidak mau kau pingsan di tengah jalan."

.
.
.
.
.
.
.

Bersepeda sampai dirumah wolpis bukan hal yang mudah, si surai tosca sering kali hampir menabrak tiang karena sakit kepalanya mendominasi dirinya saat itu, maka dari itu mereka terlalu banyak beristirahat.

"Sampai... Juga...", Wolpis turun dari sepeda nya, melepaskan helm, pelindung siku dan lutut nya.

Saat ia ingin berdiri, yang ia lihat hanyalah.. kegelapan dan tubuhnya membentur tanah. Kesadarannya menghilang seketika.

"Wolpis!"

.
.
.
.
.
.
.
.

Wolpis terbangun di kamarnya, bajunya pun juga sudah diganti. Siapa lagi pelakunya kalau bukan Isubokuro?

"Kau pingsan nanti, akan ku tinggal pulang, aku malas mengangkat tubuh orang pingsan. Terlebih kau.", Perkataan Isubokuro selama perjalanan kerumah terngiang.


"Tapi lihatlah, kau malah menolong ku, dasar Tsundere.", Cibir Wolpis menatap si surai gelap yang tertidur di samping ranjangnya. Ia melihat langit jingga di jendela kamarnya.

Ia pingsan sangat lama. Bayangkan saja dia pingsan dari pagi hari sampai sore hari.

"Oi... Chibi...", Panggilan menjengkelkan untuk Isubokuro. Namun kali ini ia tak bisa merasa jengkel pada panggilan itu, yang kali ini ia dengar tidak ada nada ejekan.

Hanya terdengar suara parau tanpa tenaga.

"Apa?"

"Ittai.."

Helaan nafas panjang Isubokuro terdengar sangat menenangkan walau sebenarnya ia tengah menahan gemas.

Iya, gemas agar tidak membanting orang yang sedang terbaring di hadapannya ini.

"Apanya?"

"Tentu saja seluruh tubuhku.. rasanya remuk.."

"Lalu?"

"Pijat aku.."

"Hih? Apa? Memijat susu kotak seperti mu?"

"Pwease?"

At the moment... (Utaite)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang