Sesak

283 48 4
                                    

Jungkook meneteskan air matanya. Ada rasa sesal mengapa waktu itu dia membiarkan Jieun bersama Suga walau itu keinginannya. Jika dibandingkan dengan Suga, dirinya lebih unggul. Sebab Jungkook tidak pernah berbohong jika dia menginginkan Jieun walau awalnya hanya kepuasannya semata. Jungkook masih dalam tahap awal mengenal rasa. Tapi dia tidak mengatakan keunggulannya. Sebab dia paham betul bagaimana perasaan Jieun waktu itu, dia sangat nyaman dan mencintai Suga.

Bukan hanya Jungkook yang menangis, suara sesenggukan sangat ketara pada Nyonya Han. Seokjin mengusap air diujung matanya. Kisah Jieun sangat menyakitkan.

"Maaf jika kisahku sangat menyedihkan." Air mata Jieun sangat deras, tangisan tak bersuara tapi menyiksa.

"Lalu apa si brengsek itu tahu jika kamu hamil? Apa dia juga tahu bahwa kamu tahu semuanya?" Tanya Nyonya Han mengusap air mata yang membasahi pipi keriputnya.

"Dia tidak tahu jika aku hamil, selama dua hari aku berpura-pura hidup normal, seolah-olah aku tidak tahu apa-apa tapi sayangnya itu sangat menyakitkan. Aku seperti manusia bodoh yang mencari kebahagiaan dari kematianku."

"Lalu kamu menelfonku, meminta bantuan untuk memindahkan black cardmu tapi kamu mengurungkannya. Setelah itu aku tidak bisa menghubungimu sama sekali." Lanjut Jungkook.

"Aku memindahkan sendiri atas nama Lee Jieun agar tidak ada orang yang melacak keberadaanku. Aku memilih pergi ke Seoul. Jika perlu aku ingin pergi jauh sampai tak bisa dijangkau siapapun. Berkali-kali aku mencoba mengakhiri hidupku, ada saja yang menghalangi."

"Dan aku bertemu denganmu di jembatan malam itu, menyelamatkanmu dan berakhir disini." Lanjut Seokjin.

Jieun mengangguk.

"Jika dihitung, usia kehamilanmu saat ini kurang lebih 4 bulan." Nyonya Han mengelus perut Jieun yang sedikit membuncit, hanya sedikit karena bentuk badan Jieun yang kecil.

Jieun berharap melaksanakan balas dendam sesegera mungkin sebelum perutnya semakin membuncit dan dia tidak mau menunjukkan hal itu pada Suga. Dia yakini jika Suga mengetahui kehamilan ini, Suga akan menuntut anak dikandungannya, menjadikan kelemahan Jieun untuk tidak balas dendam.

"Lalu apa rencanamu sekarang?" Tanya Jungkook tak sabar untuk membantu.

"Kita sudahi pembicaraan ini. Ada saatnya kita membicarakan rencana balas dendam nanti. Kita biarkan Jieun istirahat setelah melintasi waktu yang sangat panjang." Nyonya Han ada benarnya, Seokjin yang tadinya menggebu juga mengangguk sadar bahwa Jieun butuh istirahat terbilang wanita itu sedang hamil.

"Langkah pertama, besok aku akan memanggilkan dokter kandungan kesini untuk memeriksa Jieun. Semoga hasilnya baik dan bayinya kuat untuk menjalankan misi balas dendam ini." Jelas seokjin. Hoseok masuk kedalam ruangan membawa Jungkook kembali ke kamarnya. Seokjin menggandeng Nyonya Han untuk kembali ke kamar. Tinggalah Jieun seorang, merenung.

*
*
*

"Apakah baik-baik saja jika meningglkan Jieun sendiri?" Tanya Nyonya Han khawatir.

"Sepertinya Jieun butuh waktu untuk menenangkan. Bukankah Nenek tadi yang bilang kalau Jieun butuh istirahat." Jelas Seokjin masih menggandeng wanita tua layaknya neneknya sendiri.

"Iya juga. Aku teramat kasihan pada Jieun karena mengalami rasa sakit yang luar biasa dihidupnya. Beruntung dokter bertemu dengannya malam itu, kalau tidak, kemungkinan hidupnya sudah berakhir malam itu." Nyonya Han menepuk punggung tangan Seokjin, seakan merasa bersyukur Jieun telah diselamatkan. Nyonya Han tak segan menganggap Jieun sebagai cucunya. Lebih baik menganggap orang lain yang berhati tulus sebagai cucunya dibandingkan dengan anak cucunya yang hanya bisa memperebutkan harta warisannya.

"Jadi, apa nyonya benar-benar membantu Jieun?" Tanya Seokjin sesampainya diambang pintu kamar Nyonya Han.

Wanita berwajah keriput itu tersenyum. "Aku sudah berjanji dan aku bersedia. Lagi pula dibumi ini banyak manusia berengsek yang harus dimusnakan, bukan? Giliranku yang bertanya pada Dokte, apakah dokter juga bersedia membantu Jieun?"

Nyonya Han balik bertanya membuat Seojin berpikir, dia tidak tahu akan dengan cara apa ia membanty Jieun membalas dendam. Dia seorang dokter yang harus berpikir logika untuk menyelesaikan sebuah masalah, bukan dengan kekerasan. Dia memiliki cara lain tapi jika dia menyampaikan pendapat yang bertentangan dengan keinginan Jieun. Padahal belum ada rencana dan stretegi yang dibahas tapi Nyonya Han dan Jungkook sudah mengiyakan keinginan Jieun, entah itu dengan cara kekerasan.

"Aku akan membantunya. Lagi pula aku sudah berjanji." Jawab Seokjin setelah berpikir sejenak.

"Baiklah kalau begitu. Istirahatlah!" Nyonya Han masuk kedalam.

Seokjin berjalan sambil menekan layar ponsel. Panggilan langsung tersambung, hal pertama yang dia lakukan memanggil dokter kandungan untuk memeriksa kandungan Jieun. Seseorang disebrang sana menyarankan untuk datang ke rumah sakit agar bisa lebih detail meninjau perkembangan ibu dan janin.

Seokjin mengiyakan. Ia menutup telfon dan berjalan keruangan. Hari ini terasa panjang walau hanya mendengarkan kisah pilu Jieun.

*****

Harusnya Part ini aku update minggu lalu, karena pulang kampung jadi aku update hari ini dan langsung 2 part.

Selamat menanti!!

Butterfly EffectTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang