Bisa dikatakan bahwa ini adalah cinta pertama. Rasa yang indah dan menyiksa, karena perasaan itu membuat seseorang tidak bisa tenang walau baru kemarin bertemu, selalu menuntut pertemuan tanpa ada pergulatan. Mungkin itulah yang dimakan cinta. Cinta yang sebelumnya tidak pernah dirasa oleh sosok yang terkenal dingin dan jutek. Seseorang yang selalu melibatkan ranjang dalam hubungan percintaan.
Kali ini tidak. Suga tidak menuntut Jieun memuaskan dirinya, melainkan menuntut Jieun agar terus mengabari dan sewaktu-waktu ingin melakukan pertemuan. Suga tersiksa menahan gejolak yang beberapa hari ini menjadi bayangan buruk, sikapnya membuat yang lainnya merasa bingung bahkan tak jarang jika Suga terlihat kasar karena frustasi tidak terpenuhi hasratnya.
Suga pernah melampiaskan hasrat itu pada primadona yang bekerja di klub malam miliknya. Tapi Suga mendapatkan kenyataan bahwa bukan itu yang dia inginkan, bukan mengeluarkam cairan dan lenguhan. Melainkan sebuah pertemuan, iya sekedar pertemuan.
Ini sudah hampir seminggu setelah pertemuan dengan Jieun, Suga selalu menunggu wanita itu mengirim pesan atau menelfonnya. Disini terlihat jelas bagaimana Suga seperti anak remaja yang tengah jatuh cinta, jika mendapatkan pesan dari Jieun, lelaki itu terlihat sangat girang dan bahagia. Jika saja setiap orang melihat bahwa dada Suga terpenuhi bunga-bunga pasti orang-orang tau bahwa Suga tengah jatuh cinta.
"Sesenang itu kah? mendapatkan pesan dari wanita itu!" Jimin menggoda.
"Kau diam saja! Atau mau aku pecahkan kepalamu dengan satu tembakan. Ha!"
"Hyung-hyung, dalam satu waktu kau terlihat seperti kucing yang menggemaskan, di sisi lain kau terlihat seperti singa yang mematikan." Jimin berani menggoda walau terkadang candaannya selalu dihiraukan. Biasanya, Suga langsung menodongkan ujung belati atau pistol di leher atau dikening Jimin agar tidak berbicara omong kosong, walau Suga tidak berniat membunuh kawannya tersebut. Kali ini, Suga hanya mengertak dengan kata-kata. Lebih mengabaikan dari pada menanggapi omong kosong Jimin.
"Apakah kau akan menemui nona Jieun lagi?" Tanya Jimin menetralkan perasaan Suga yang akhirnya ingat bahwa Jieun belum mengabarinya.
"Aku tidak yakin." Suara itu lemah.
Suga terlihat kewalahan mencari akal untuk menemui wanita itu. Apalagi mengingat hal apa yang membuat Taehyung menuruti permintaan Jieun. Wanitanya harus bergelut diatas ranjang dengan lelaki brengsek itu, mengingatnya Suga mengepalkan tangannya. Mencengkeram kuat dan akan meninju sosok yang ada dipikirannya saat ini.
"Dia bilang akan sulit jika keluar lagi dalam waktu dekat. Jieun tidak mahir berbohong, dia tidak mungkin mengatakan alasan yang sama berulang-ulang, hanya sekedar berpergian untuk berbelanja." Kata Suga menceritakan percakapan melalui chat wattshap.
"Ada benarnya juga." Jimin juga ikut berpikir.
"Kenapa kay tidak menyamar saja untuk masuk ke klub itu dan menyewa Jieun, iya walaupun kau harus merogoh kocek hanya sekali pertemuan."
"Kau lupa, jika aku kaya. Aku tidak masalah dalam mengeluarkan uang, yang aku masalahkan hanya keselamatan Jieun."
Percakapan itu berakhir, seakan tidak ada titik terang bagaimana cara mereka untuk bisa bertemu dengan Jieun. Suga terlihat begitu tidak bersemangat dalam beberapa hari kedepan, dia hanya mengirim pesan disaat Jieun memulainya. Dia tidak mau terlalu tergesa-gesa, walau nyatanya dia ingin sekali mendengar suara wanita itu, mengatakan banyak hal seperti perkenalan pada umunya antara dua insan.
*
*
*
Tatapan tajam menuju pada seseorang yang duduk santai di sofa. Sedangkan seseorang yang memiliki tatapan setajam ujung balati duduk di sofa panjang, dadanya kembang kempis napas yang memburu yang siap menerkam mangsanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Butterfly Effect
FanfictionLENGKAP Sulit bagi seorang yang telah direnggut kebahagiaannya untuk berjalan normal kembali. Dia terlalu lama berlari, berjalan terseok-seok mencari tempat aman. Namun darah yang tertinggal saat bersembunyi membuatnya kembali dalam dunia gelap. ###...