Min Suga, nama itu terngiang dikepala. Sebuah nama yang membuat Jieun hanya tersenyum mengingat bagaimana lelaki itu menyelamatkan dari pria hidung belang. Andai saja dulu saat Taehyung menyuruhnya bekerja di klub malam.sebagai primadona, lelaki itu datang dan menyelamatkannya, mungkin saja dia tidak menjadi seorang primadona saat ini. Bahkan sampai detik ini, Jieun tidak suka menyebutkan dirinya sebagai primadona bahkan seorang pelacur ataupun penghibur. Dia tidak menyukai pekerjaan kotornya tersebut.
Di balkon, masih dalam ruang pesta yang semakin memanas karena kebanyakan pemilik klub malam meminta seorang wanita berpakaian seksi yang datang dengan mereka melakukan aksinya, secara terang-terangan, tanpa larangan. Jieun berharap Taehyung tidak melakukan hal tersebut. Maka dari itu, Jieun memilih menghabiskan waktu untuk menghirup udara segar.
Masih ditemani Suga, lelaki itu memancarkan kekhawatiran pada Jieun yang terlihat polos dan penampilan dan gaya bukan seorang penghibur.
"Sepertinya kau menikmati udara diluar?" Suga mulai basa-basi.
"Iya, setelah beberapa bulan terkurung seperti dipenjara." Jawab lirih Jieun.
"Penjara?" Ulang lelaki itu.
"Anggap saja seperti itu. Dunia penghibur seperti penjara. Aku tau, kau juga memiliki klub malam seperti tuanku Taehyung." Benci sekali.pada bibir yang asal bicara karena menyebutkan 'Tuan'. Sedari tadi Jieun hanya mendapatkan tanya dari orang asing. "Siapa tuanmu?" Sehingga dengan sangat berat hati, Jieun memanggil Taehyung sebagai tuannya, padahal Taehyung tidak memberi intruksi seperti itu. Taehyung hanya meminta agar Jieun tidak kabur, tidak bermain dengan sembarang orang walau mendapat bayaran lebih, tetap bersikap elegan dam seksi. Itu semua karena keuntungan Taehyung semata.
Lelaki itu tersenyum. Kedua sudut ditarik keatas, menyimpulkan senyuman yang sedikit terbuka sehingga jajaran gigi putihnya terbuka. Akan lebih tampan jika lelaki itu tersenyum. Dalam beberapa detik Jieun membiarkan hatinya digerayangi angin yang menghembus lembut. Dia tidak merasakan akan setenang ini melihat senyuman lelaki. Beberapa detik kemudian, Jieun mengalihkan pandangan. Menatap kesibukan jalanan dibawah sana, takut jika berlama-lama menatap Suga membuat dirinya terbuai.
"Memang sulit menjadi seorang penghibur, tapi bagaimana lagi, itu sudah menjadi ikatan kontrak yang terjalin,"
"Ikatan? Kontrak?" Akhirnya Jieun tersadar ketika dirinya terselimuti kekaguman sesaat tapi takdir selalu mengingatkan bahwa dirinya hanyalah seorang penghibur, lebih kasarnya lagi seorang pelacur yang tidak mungkin merasakan cinta atau kasih sayang.
"Aku bahkan tidak menanda tangani apapun tapi seperti takdir selalu menyeretku dalam kegelapan. Kematian-pun enggan singgah." Jieun kini menatap kosong sesuatu didepannya. Rasanya ingin melompat dan membiarkan darah keluar dari tubuhnya, membiarkan nyawa keluar dari raganya.
"Akan lebih baik mati dari pada hidup menjadi seorang tidak berguna."
Lelaki itu mengernyitkan dahi, merasa ada sesuatu yang lain dari wanita itu. Dia tidak pernah menjumpai seorang penghibur yang melankolis seperti Jieun. Merasa iba dan menyakitkan setiap kata yang terucap.
"Disini rupanya," Taehyung datang dan wajah Jieun berubah merona dan tersenyum seakan beberapa detik lalu tidak terjadi apa-apa. Jieun bisa mengendalikan emosinya dalam sesaat, mengubah wajahnya dalam sesaat. Suga tidak menyangka jika wanita itu hebat memainkan perasaan.
"Aku disini, dari tadi mencarimu tidak ada." Kata Jieun lembut dan dibuat terkesan seksi.
"Oh, rupanya kau sudah berkenalan dengan Tuan Suga."
Jieun mengangguk.
"Senang bisa bertemu denganmu, lagi." Suga dan Taehyung saling berjabat tangan. Tatapan keduanya memancarkan kebencian, Jieun terlihat bodo amat, akan lebih baik seperti itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Butterfly Effect
FanfictionLENGKAP Sulit bagi seorang yang telah direnggut kebahagiaannya untuk berjalan normal kembali. Dia terlalu lama berlari, berjalan terseok-seok mencari tempat aman. Namun darah yang tertinggal saat bersembunyi membuatnya kembali dalam dunia gelap. ###...