"Jadi intinya, kamu jatuh cinta dengan Suga. Ikatan kuat yang sebelumnya kamu maksud!" Ucap Nenek merenggangkan otot-ototnya karena lelah.
Jieun hanya mengangguk.
Nyonya Han sudah lama mendengarkan kisah Jieun, meski lebih banyak diam dari pada bertanya. Jujur saja, diumur yang tidak lagi muda membuatnya mudah lelah walau hanya duduk bersandar di sofa. Padahal Nyonya Han teramat ingin melanjutkan mendengarkan kisah cinta Suga dan Jieun. Ikatan cinta yang membuat Jieun terluka.
"Maaf nona, bukan bermaksud memotong ceritamu, tapi kamu tau sendiri kalau aku sudah tua dan butuh banyak istirahat." Nyonya Han berdiri dan menggerakkan pinggul kekanan dan kekiri sambil mengoceh.
"Permisi Nyonya Han! Maaf menganggu percakapan kalian. Ada seseorang yang menemuimu." Seorang perawat perempuan lengkap dengan baju berwarna biru laut sebagai seragam setiap harinya.
"Sekertarisku?" Tanya nenek itu berjalan pelan, perawat itu langsung membantu Nyonya Han untuk berjalan.
"Kenapa lagi dia kesini? Apa dia sudah gila? Meminta tanda tangan pada orang gila sepertiku!" Nyonya Han tertawa, sebelum pergi dia melihat Jieun sambil mengedipkan satu matanya. Hanya Seokjin dan Jieun yang tau bahwa Nyonya Han bukan termasuk pasien gila.
Kesunyian kembali meradang setelah Nyonya Han pergi. Jieun tidak menyangka akan secepat ini kesunyian merenggut pikirannya untuk kembali memikirkan dia. Lelaki itu sudah menguasai pikiran dan hatinya. Bukan lagi luka yang didapat melainkan rasa lain yang berpusat dalam palung hati. Kebencian yang beradu dengan kerinduan.
Jieun masih berharap bahwa masa lalunya adalah sebuah mimpi yang memaksanya menjadi orang lain, yang memaksanya mencintai, yang memaksanya untuk tersakiti berulang kali. Setiap kali mata terpejam, bayang-bayang kejadian di masa lalu berputar tanpa henti. Untuk saat ini, Jieun memutuskan untuk melebarkan matanya, enggan menyambut kegelapan dalam lelap. Walau sejujurnya, Jieun sangat mengantuk, mungkin efek obat atau mungkin semalam dia memikirkan sosok yang dia rindukan sekaligus dibenci, Suga.
Nama itu tidak henti terngiang diatas kepala, seakan membuat suara yang nyaring menyebutkan nama itu. Beruntung Jieun memilih untuk terbaring dan kedua matanya terlelap menyambut rasa sakit akan kenangan didalam kegelapan. Dia benar-benar istirahat setelah kesunyian menyambutnya dengan sempurna.
*
*
*
Sudah dua hari, Jieun tidak melihat Seokjin memeriksa. Lebih sering Hoseok yang datang untuk melakukan tugas yang biasa dilakukan Seokjin. Jieun ingin menanyakan banyak hal, tentang uluran tangan yang dia dapat dan bantuan yang dapat menguntungkan dalam misi balas dendam.Oh astaga! Jangan lupa misi balas dendam kecil yang dilakukan Jieun pada masa lalu. Cerita itu belum tuntas. Sedikit cerita yang membuat Jieun tersenyum senang ketika akhirnya Jieun melihat betapa frustasinya Jisoo setelah mendapatkan pengakuan bahwa Jisoo tengah hamil, dia memang sengaja tidak meminum obat anti kehamilan setelah berhubungan badan. Dan dia tidak meminumnya selama dua kali, pagi itu Jisoo mendapatkan garis merah dua dialat kontrasepsi yang artinya bahwa dia hamil. Jisoo tidak sabar menunjukkan pada Taehyung dan berharap bahwa lelaki itu bahagia mendengar kabar kehamilannya.
Alih-alih mendapatkan kebahagiaan, melainkan bentakan dan segala hujatan diterima dari mulut Taehyung. Jisoo tidak menyangka jika Taehyung menyuruh untuk menggugurkan kandungannya, bahkan mengatakan bahwa itu bukanlah anaknya. Jisoo memang brengsek tapi masalah hubungan badan, satu-satunya Taehyung yang melakukan itu dengannya.
Jieun melihat tangisan menyedihkan dari mantan sahabatnya yang menangis tersedu dipelukan Lisa. Tidak berniat untuk mendekat malah memberi senyuman kemenangan. Jieun menang karena sudah membuat Jisoo hancur. Balas dendam itu menyenangkan.
"Hai! Selamat sore, lama tidak berjumpa. Aku jadi penasaran kenapa kau tersenyum senang seperti itu?" Suara yang tak asing itu menganggu lamunan Jieun melihat bunga-bunga segar.
"Dokter! Kau sudah kembali."
"Iya, apa kau merindukanku?" Tanya Seokjin masih berdiri didepan Jieun.
Jieun hanya menyipitkan matanya. Tidak tau harus bereaksi seperti apa.
"Aku bercanda." Seokjin tanpa jas dokternya terlihat tampan hanya dengan setelan kemeja dan celana hitam. Sepertinya dia selesai meeting atau semacamnya.
"Aku penasaran, apa yang membuatmu tersenyum senang?" Tanya lagi Seokjin yang sudah duduk disebelah Jieun.
"Balas dendam." Jawab Jieun.
"Balas dendam? Maksudnya? Kau sudah membalaskan dendammu?" Tanya Seokjin tidak tau.
"Sedikit balas dendam untuk menghancurkan Jisoo. Dia bodoh sekali dokter." Jieun tertawa membuat pasien lainnya yang ada didekatnya juga ikut tertawa bahagia.
"Sepertinya aku melewatkan banyak cerita selama aku ada di Bu-" Seokjin tidak melanjutkan. Dia tidak mau mengacaukan kebahagiaan Jieun hanya dengan menyebut nama kota Busan, kota asal mula Jieun dilahirkan dan kebencian itu berada.
"Tidak apa Dokter. Aku merasa seperti hidup kembali. Aku tidak akan berpengaruh lagi. Aku sudah memilikimu dan Nyonya Han untuk misi balas dendam yang sebenarnya."
Setiap kali mengatakan hal itu, Seokjin bergidik. Mengingat rencana balas dendam untuk membunuh seseorang. Seokjin tidak pernah berurusan dengan hal semacam itu, tapi dia sudah terlanjur mengiyakan permintaan Jieun.
"Apa kau takut?" Tanya Jieun.
"Sedikit." Jujur Seokjin mengatakannya.
"Tenang saja, aku tidak akan menyeretmu dan Nyonya Han ke misi balas dendamku. Semua akan tersimpan rapat sampai aku mati."
"Haruskah misi balas dendammu membawa kematian untuk dirimu sendiri?"
"Maka dari itu aku membutuhkanmu, kau yang bisa menyelamatkanku jika kematian akan menjemputku. Sama seperti pertama kali kau menyelamatkanku saat akan bunuh diri." Jelas Jieun.
Seokjin manggut-manggut walau dia tidak tau sepenuhnya apa yang dipikirkan Jieun, balas dendam seperti apa yang dimakasud.
"Jika dihitung, jika Jisoo tidak menggugurkan kandungannya, mungkin saja kandungannya memasuki umur 7 bulan." Jieun mengoceh sendiri.
Seokjin teramat ingin tau sebab akibat Jisoo hamil, apakah Jisoo hamil karena balas dendam kecil Jieun.
"Benar dokter." Jawab Jieun seakan dia mendengar pikiran Seokjin.
"Jisoo mengikuti rencana balas dendam dengan tidak meminum obat anti hamil, aku ingin menunjukkan betapa brengseknya Taehyung yang dia banggakan. Hahaha!" Kembali Jieun tertawa. Rencana yang epik menghancurkan Jisoo dalam sekejap.
"Kau hebat memanipulasi musuh melalui perasaan." Jawab Seokjin.
"Iya, itu semua berkat Suga. Musuhku yang lain, yang memanipulasiku melalui perasaan."
Jieun mengakhiri senyuman dan berakhir termenung merasakan betapa sakit jantungnya setiap kali mengingat Suga.
*
*
*Siapa yang kangen sama dokter ganteng yang makin tua tapi keliatan masih muda?? 🤭🤭
Jangan terlalu merindukan Seokjin-ku. Dia milik author😍😍
Jangan lupa Follow dulu biar tau update ceritanya yg lainnya.
Tinggalkan Vote dan Komen positif yah melans readers😘😘
KAMU SEDANG MEMBACA
Butterfly Effect
FanfictionLENGKAP Sulit bagi seorang yang telah direnggut kebahagiaannya untuk berjalan normal kembali. Dia terlalu lama berlari, berjalan terseok-seok mencari tempat aman. Namun darah yang tertinggal saat bersembunyi membuatnya kembali dalam dunia gelap. ###...