Wabi-Sabi
***
Fairy is not tale, dear.****
..
Awalnya Hinata pikir, setelah menikah bebannya berkurang. Secara finansial, ia memang tidak memiliki kecemasan tentang itu. Menjadi keluarga Uzumaki, artinya ia berhak menikmati segala fasilitas mewah dan juga memiliki sederet peraturan.
Ah, kini Hinata menyadari, ia mungkin jadi mirip Megan Markle yah-walau mereka punya konteks berbeda. Tentu peraturan kerajaan lebih ketat, menditail dan pasti memberi tekanan. Bukan apa-apa di jaman 2021 rasisme dan seksisme masih terjadi. Bisa saja kalimat dukungan yang terdengar pura-pura menjadi sangat melukai. Candaan bisa dianggap bullying tergantung dari pikiran subjek dan obyek yang berbeda. Ah, manusia.
.
.
Menikahi Naruto berarti siap digunjingkan orang satu negara. Lepas dari jebakan pertanyaan kapan menikah, maka ia justru dieksekusi dengan seribu pertanyaan lain.
.
Kali ini Naruto mengadakan pesta taun baru di kediamannya. Karena Naruto tinggal di penthouse tentu saja mereka mengadakan acara yang privat dengan tidak menyertakan banyak tamu.
Ada keluarga Hyuuga yang kali ini diwakili oleh adik perempuan Hinata. Yah walau Hanabi dan Hinata tidak terlalu akur karena status mereka yang bisa dibilang adik tiri dan kakak. Mereka jelas satu darah.
Assisten Naruto, Shikamaru datang dengan istrinya; seorang produser acara investigasi program televisi. Meski keduanya tampak bertolak belakang, namun mereka pasangan yang saling melengkapi. Satu stright, satu pemalas. Yin dan yang. Kompak sudah.
Yang lain Hinata tidak terlampau kenal. Beberapa memang seperti model, atlet, dan bahkan seorang pialang saham.
Hinata tampaknya sudah diabaikan oleh suami sendiri sejak di mulainya acara jadi ia memutuskan untuk duduk di samping Temari yang kebetulan menyepi di balkon.
.
"Hai..." Hinata menyapa perempuan berambut blonde dengan mata hijau menawan itu.
Temari menarik sedikit ujung bibirnya. Dagunya memersilakan Hinata untuk mendekat. Perempuan itu sepertinya tahu kalau Hinata butuh teman.
Setelah basa-basi, Hinata memberanikan diri bertanya; "maaf agak lancang, sudah berapa lama anda menikah dengan Nara-san?"
Temari mengulas senyum simpul, "aku menikah dengannya lima tahun lalu. Ketika umurku 30 tahun dan dia 25."
"Wah... Pasti menyenangkan. Bisa bertahan selama itu." Gumam Hinata. Rupanya pendengaran Temari lebih sensitif dan tahu arah tujuan percakapan ini.
.
.
Tidak ada yang akan benar-benar siap dengan kehidupan pernikahan. Begitupun dirinya dulu. Karena kehidupan pernikahan tidak pernah ada rumusnya. Jadi tidak bisa langsung dipecahkan dan berlangsung bahagia selamanya.
.
.
"Dengarkan aku Hinata," ucapnya dengan sorot mata bijak yang penuh kasih, "kadang hal yang indah itu tidak didapatkan dengan menunggu waktu. Kalau perlu ciptakan. Fairy is not tale. May be you should do hard work to make it happen."
Hinata menatap lautan kegelapan dengan kelip lampu di malam hari. "Kalau dia tetap menutup hatinya?"
"Perasaan manusia selalu bisa berubah." Temari menjawab tenang dan terkesan kasual, "memiliki suami yang malas luar biasa bisa membuatmu stress juga. Tapi aku punya kiat-kiat yang bisa membuatnya melakukan keingananku."
![](https://img.wattpad.com/cover/284788254-288-k528683.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
wabi-sabi (侘寂)
FanfictionDimulai dari perkenalan lewat mak comblang, kisah Naruto dan Hinata menjadi sangat plot twist dan bergejolak seperti naik kora-kora. Bayangan pernikahan ideal langsung ambyar. Meski dari luar kehidupan pernikahan tampak sempurna. Naruto seorang CEO...