#1 : PRIDE pt. 3 -生き方 (Way of Life)

100 15 2
                                    

Setelah Zen mengambil koper dan tasnya, mereka berangkat menuju SMK Jujutsu dengan menggunakan taksi. Gojo masih belum terlihat batang hidungnya, dan itu membuat Fushiguro menghela napas setelah menutup panggilan setelah tahu alasannya.

"Gojo-sensei sudah ada di sekolah," ucap Fushiguro sambil memasukkan ponselnya di saku.

Mendengar itu, Kugisaki otomatis mengomel dengan mulut penuh onigiri. "Hah?! Bagaimana sih dia?! Kalau ujung-ujungnya bertemu di sekolah kenapa kita harus jauh-jauh ke Shibuya?!"

"Dia kan hanya ingin lari dari tanggung jawab, Kugisaki. Jangan lupa, dia itu tetap Gojo-sensei," tanggap Itadori, kemudian dia menoleh ke arah Zen. "Lagi pula, kalau Gojo-sensei tidak menyuruh kita ke Shibuya, kita tidak akan ketemu dengan Kagurazaka hari ini, ya, kan?"

"Iya, tapi itu merepotkan," ucap Fushiguro, ikut menoleh ke arah Zen. "Itu adalah salah satu sifat Gojo-sensei, jadi kau harus hati-hati."

Zen yang sedari tadi diam mendengarkan percakapan mereka bertiga akhirnya menjawab. "Ah, o-okay, Fushiguro-san."

Okay? Fushiguro sedikit heran dengan cara bicara Zen yang sedikit kaku dalam menyebutkan istilah gaul.

"Kagurazaka orangnya pendiam, ya? Kau tidak banyak bicara selama di perjalanan," komentar Kugisaki sambil menyerahkan salah satu onigirinya. "Nih, aku berikan satu."

"Terima kasih, Kugisaki-san," tanggap Zen, menerima onigiri itu kemudian menyimpannya di saku rok.

Itadori menyadari onigiri yang diberikan Kugisaki dan dia langsung protes. "HEI?! Itu kan onigiriku?! Aku titipkan kepadamu karena aku memercayaimu, Kugisaki!"

"Ah, bacot sekali kau, Itadori! Punyamu masih ada di tasku! Mau? Nih!" Kugisaki melempar onigiri yang barusan dikeluarkannya dari saku ke wajah Itadori.

Zen tidak tahu harus menanggapi situasi di depannya dengan sikap seperti apa. Karena Zen tidak pernah punya teman di sekolah maupun di rumah, dia jadi hampir tidak tahu sistem pergaulan dengan orang yang baru dikenal. Zen memiliki pengamatan yang bagus dan dia sudah sering mengamati orang-orang yang berinteraksi, tapi dia tidak tahu harus memulai dari mana untuk mempraktikkannya di dunia nyata. Pada akhirnya Zen hanya bisa diam menonton, seperti kebiasaannya selama ini.

Fushiguro yang sejak tadi juga tidak banyak bicara kembali membuka mulutnya. "Maaf, mereka memang berisik."

"Tidak apa-apa, aku tidak masalah," jawab Zen, berusaha bersikap seramah mungkin.

Berikutnya, selama perjalanan taksi itu hanya dipenuhi oleh celotehan Kugisaki dan Itadori yang bertengkar karena masalah onigiri. Zen hanya diam sambil menatap kedua tangan yang ada di pangkuannya, merasa tidak biasa dengan situasi ini. Sedangkan Fushiguro tidak melepaskan pandangannya dari gadis ikat kuda itu. Fushiguro terus larut dalam pikiran, mencari-cari memori tentang di mana dia pernah mendengar nama "Kagurazaka".

Keributan di dalam taksi tidak berlangsung lama karena mereka telah memasuki wilayah pinggiran Tokyo, tempat di mana SMK Jujutsu berada. Fushiguro menyuruh sopir taksinya untuk berhenti di depan sebuah jalan beraspal yang kecil dan menanjak. Awalnya sopir taksi itu menawarkan untuk mengantar sampai tujuan karena jalannya sedikit menanjak, tapi Fushiguro langsung menolak dan turun dari taksi, diikuti Itadori, Kugisaki, dan Zen. Setelah mengeluarkan koper dan tasnya dari bagasi taksi, Zen berjalan bersama ketiga orang itu menuju SMK Jujutsu.

Begitu melihat bagian depan sekolah itu, Zen tidak bisa menahan ekspresi kagumnya. Wilayah sekitar yang penuh pepohonan dan tanaman hijau membuat sekolah itu terlihat asri. Ditambah lagi arsitektur bangunannya yang masih memiliki unsur tradisional. Gerbang-gerbangnya berbentuk seperti gerbang kuil, bahkan Zen bisa melihat di kejauhan ada bangunan yang berbentuk mirip seperti pagoda dengan atap yang bertingkat.

THE LAST THIRD-EYE (最後の第三の目)| Jujutsu Kaisen fanfictionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang