#1 : PRIDE pt. 9 - 悪い思い出 (Bad Memories)

75 15 2
                                    

Latihan hampir berjalan selama setengah jam. Selama latihan, Fushiguro melakukan sparing dengan Maki, sebelum bergantian dengan Zen. Gadis berkacamata itu menyuruh mereka untuk latihan dengan senjata yang biasa digunakan atau yang disukai terlebih dahulu sebelum berlatih dengan senjata tertentu pilihan Maki. Zen seperti biasa menggunakan pisaunya, namun dia terlebih dahulu membungkus mata pisau itu dengan kain supaya tidak membahayakan Maki.

“Ayo, mana semangatmu, Kagurazaka? Kau baru berhasil menyentuh dahiku sekali!” ucap Maki sambil menahan serangan pisau yang datang, menyemangati Zen.

Zen masih berkonsentrasi mencari titik kelemahan dari pertahanan Maki, namun gadis berambut kehijauan itu sama sekali tidak membiarkan Zen melihatnya. Sejak tadi serangan Zen selalu berhasil ditahan dengan tongkat kayu. Walaupun gadis itu sudah berhasil menyentuh dahinya, itu hanya karena Maki tidak melihat ada batu di belakang kakinya dan dia tersandung. Setelah tersandung pun, Maki masih bisa menyeimbangkan dirinya dengan cepat dan refleksnya tidak membiarkan pisau Zen memukul kepalanya, berujung hanya menyentuhnya sedikit.

“Sudah lima belas menit. Waktu habis!” ucap Fushiguro sambil menekan tombol berhenti di jam saku yang ada di tangannya. Maki memang menyuruh mereka untuk memakai jam saku digital supaya bisa mengontrol waktu latihan dengan baik—berapa lama waktu latihan dan kapan harus istirahat.

Zen kemudian menjaga jarak dengan Maki sebelum membungkuk sedikit. “Terima kasih, Zen’in-senpai,” katanya.

“Kau lumayan juga. Pertahanan dan kekuatanmu memang sedikit kurang, tapi efektivitas serangan dan kelincahanmu bisa dipertimbangkan. Kau punya potensi,” komentar Maki sebelum menunjuk ke arah pisau yang dibawa Zen. “Apakah itu Senjata Terkutuk? Aku bisa melihat residu energi kutukan yang dimasukkan ke dalamnya. Kalau iya, apa namanya?”

“Eh, benar ini Senjata Terkutuk,” jawab Zen sambil mengamati pisaunya. “Tapi aku tidak tahu namanya, kemungkinan besar benda ini tidak punya nama. Senjata ini peninggalan kakekku, dan beliau sama sekali tidak memberitahukan apa-apa tentang namanya.”

Maki mengangguk-angguk paham. “Hee, padahal kalau punya nama pasti keren. Coba kau pikirkan nama yang bagus.”

Zen menatap senjata di tangannya dengan lekat, membayangkan senjatanya yang bentuk runcing seperti pemecah es dengan warna perak mengilap di balik bungkusan kain itu. Sebuah nama tiba-tiba terpikirkan di otaknya.

“Pemecah Jiwa?” ceplosnya langsung, tidak butuh waktu lama.

“Keren juga,” tanggap Maki disertai dengan senyuman miring khasnya. “Cocok dengan bentuk dan fungsinya.”

Fushiguro berjalan mendekat dari pinggir lapangan, menyerahkan jam saku digital yang sejak tadi dibawanya kepada Maki. “Setelah ini kita akan latihan apa?”

“Kalian akan mencoba beberapa senjata yang kupilih. Tenang saja, aku tidak akan memberikan senjata yang di luar kemampuan kalian. Aku melihat dari potensi dan bakat yang kalian punya. Jangan sangka, aku cukup mahir kalau sudah soal mengamati, lho,” ucap Maki, menyimpan jam saku itu di sakunya. “Aku akan mengambilnya dulu di gudang.”

Maki berjalan pergi ke arah tempat penyimpanan peralatan olahraga dan senjata kayu yang ada tepat di samping lapangan. Fushiguro dan Zen berdiri di pinggir lapangan, menatap Panda dan Inumaki yang sedang melatih Kugisaki. Sekilas mereka terlihat seperti bermain lempar-tangkap Kugisaki dengan Inumaki yang menangkap dan Panda yang melempar. Kugisaki bahkan masih belum bisa pergi membeli baju olahraga imut.

“Mau sampai kapan, sih, mereka begitu?” tanya Fushiguro heran.

“Sampai mereka melepaskan Kugisaki-san,” jawab Zen, tidak yakin kapan mereka akan berhenti.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 29, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

THE LAST THIRD-EYE (最後の第三の目)| Jujutsu Kaisen fanfictionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang