#1 : PRIDE pt. 4 - 最初の作戦 (First Mission)

98 15 2
                                    

"Kau cukup hebat juga bisa menghindari sebagian serangan Mayat Kutukan milik Yaga-san."

Zen yang mendengar Ieiri berbicara tiba-tiba langsung menjawab. "Saya?"

"Ya. Tidak banyak yang bersedia untuk menghindari mereka karena boneka-boneka itu sangat cepat dan menyebalkan. Kebanyakan penyihir yang menghadapi Yaga-san lebih memilih untuk menahan Mayat Kutukannya dibandingkan menghindarinya," jawab Ieiri, kemudian dia melepaskan sarung tangannya. "Sudah selesai."

Setelah berjibaku dengan Mayat Kutukan berbentuk kentang milik Yaga, Zen mengalami beberapa luka seperti lebam dan goresan. Tapi yang paling parah adalah dia mimisan karena terkena tinju terakhir si boneka kentang. Fushiguro mengantar Zen ke ruang medis Ieiri Shoko—dokter di sekolah—untuk diobati dengan Teknik Pembalikan. Secara teknis Zen sudah sembuh total karena dia hanya menderita luka-luka kecil saja, tapi Ieiri tetap menyarankannya untuk banyak istirahat.

Zen bangkit dari duduknya dan langsung berterima kasih kepada Ieiri. "Terima kasih banyak, Ieiri-sensei."

"Tidak usah berterima kasih. Sudah, sana. Kau masih harus mengecek asrama, kan?" kata Ieiri.

"Baik, Ieiri-sensei."

Seiring Zen berjalan keluar dari ruang medis, Ieiri menatap punggung gadis itu. "Kagurazaka Zen ... entah mengapa dia terasa seperti hantu. Terkadang aku merasa dia tidak ada, padahal dia ada di depanku."

###

Setelah Zen diberikan pengobatan oleh Ieiri, dia langsung pergi ke kamar asrama tempat barang-barangnya ditaruh oleh para staf. Setelah merapikan kamarnya selama sekitar dua puluh menit, Zen keluar dari gedung asrama dan berjalan menuju tempat di mana yang lain menunggu. Zen bisa melihat dari kejauhan, mereka sudah berkumpul sambil mengobrol. Itadori dan Kugisaki mengobrol heboh seperti biasa, sedangkan Fushiguro sibuk dengan ponselnya. Gojo lagi-lagi tidak terlihat batang hidungnya. Zen memutuskan untuk bertanya nanti.

Zen semakin berjalan mendekat, namun mereka bertiga sepertinya tidak menyadari kalau dia ada di situ. Mereka masih sibuk mengobrol, sedangkan Zen tidak tahu harus menyapa ketiga orang itu dengan cara seperti apa. Ditambah lagi Kugisaki dan Itadori terlihat mulai berdebat, membuat Zen semakin tidak tahu apa yang harus dilakukan. Setelah memutar otak, Zen memutuskan untuk mengangkat tangannya, memasang pose melambaikan tangan. Itadori sepertinya mulai menyadari kehadiran seseorang di belakangnya.

"Oh, hai, Kagurazaka! Kau sudah merapikan barang-barangmu di asrama?" tanya Itadori sambil menahan kepala Kugisaki yang hampir menyerangnya.

Kugisaki yang mendengar Itadori memanggil nama Zen langsung melirik. "Eh? Sejak kapan kau ada di situ, Kagurazaka? Aku sama sekali tidak menyadarinya."

Fushiguro juga mendengar ucapan Kugisaki. Dia langsung menutup ponselnya dengan terburu-buru dan berdiri. Zen yang melihat reaksi ketiga teman barunya itu langsung menyadari maksudnya. Dia menurunkan tangannya yang sudah siap untuk melambai, kemudian menanggapi mereka dengan ucapan yang sedikit kaku.

"I-iya, aku melihat kalian berkumpul, jadi kukira aku harus bergabung," jawab Zen. "Di mana Gojo-sensei?"

"Tadi katanya dia mau mengambil sesuatu, tapi sampai sekarang belum kembali," tanggap Itadori. "Bagaimana kalau kita menunggu Gojo-sensei sambil mengobrol? Ini bisa jadi kesempatan bagus untuk lebih mengenalmu."

Kugisaki langsung teringat sesuatu. "Oh, iya! Kau belum memberitahuku rahasia kulit mulus yang kau punya! Kau memakai skincare apa?"

"Kugisaki, jangan main nyelonong pertanyaan saja," ucap Fushiguro.

"Memangnya kenapa? Laki-laki diam saja! Ini percakapan cewek tahu!" seru Kugisaki sambil menarik Zen mendekat. "Iya, kan, Kagurazaka?"

"Oi, curang! Kan aku duluan yang mengajaknya mengobrol!" protes Itadori.

THE LAST THIRD-EYE (最後の第三の目)| Jujutsu Kaisen fanfictionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang