09

938 97 47
                                    

"Bukankah akan ada hari lain untuk memperbaiki semuanya?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Bukankah akan ada hari lain untuk memperbaiki semuanya?"

Shin Hana tersenyum menatap pantulan dirinya sendiri di kaca. Otaknya kembali memutar ucapan Shuhua semalam saat wanita itu dan Huang Renjun berkunjung ke apartemen miliknya. Bagaimanapun semuanya sudah berakhir, entah apa yang dipikirkan olehnya yang jelas ia sama sekali tidak ingin kembali.

"Lo jadi pergi?" tanya seseorang yang baru saja masuk.

Shin Hana menoleh mendapati istri dari Huang Renjun itu juga telah siap dengan dress panjangnya.

"Nggak. Cuma nyoba aja, ternyata gue nyiapin semuanya sebagus ini ya? sayang jadi nggak kepake." ujar Shin Hana.

"Kalau tetep mau dateng nggak papa, ntar gue bilang ke Renjun."

Shin Hana menggeleng, tanda bahwa ia menolak. Ia tidak sempat untuk memikirkan pergi ke pesta yang diadakan perusahaan Jeno dan 2 perusahaan besar Korea itu sendirian. Tidak, karena undangan yang ia dapat ialah bersama Na Jaemin. Lucu rasanya ketika ia harus pergi sendiri.

"Lagian itu kan undangan buat TechNa." ujar Shin Hana. "Gue udah nggak ada urusan sama TechNa lagi kan.. haha." ujarnya seraya tertawa kecut di akhir.

Shin Hana berangsur meninggalkan kaca, berjalan memasuki tirai berwarna putih tulang di ujung ruangan. Melepas dress miliknya kemudian mengenakan kembali kemeja dan celana jeans yang sebelumnya ia kenakan. Tangannya menggapai tirai matanya menatap Shuhua yang juga tengah menatapnya.

"Han.."

"Apasih, lo jangan melow gitu." ujar Shin Hana seraya mendekat. Gadis itu membungkuk menyejajarkan kepalanya dengan perut Shuhua.

Tangan gadis itu terangkat, mengelus pelan kemudian berujar pelan. "Baby Huang, bilangin ke Mama kamu jangan sering melow melow. Kan tante jadi kepikiran,"

"Lo bisa nggak sih jangan gini, Han?"

Shin Hana mendongak, menatap Shuhua yang sudah menangis di atasnya. "Eh lo ngapain nangis? make up lo luntur ntar!" paniknya kemudian.

Shin Hana bergegas mengambil kotak tisu yang ada adi atas mejanya. Menyentuhkannya pada pahatan cantik yang ada di depannya. "Mau touch up nggak? gue ada tuh."

"Ayo ikut."

"Gue mau selesaiin bajunya Keira aja ntar. Gue sibuk banget."

"Kalau mau nangis, nangis aja sih han. Nggak usah sok lo di depan gue."

Shin Hana tertawa, diusapnya kembali pipi sahabatnya itu. "Lo jangan nangis anjir, kaya mau pisahan ama gue aja. Pesta jam 9 kan? Takut lo ditungguin, sana turun, laki lo di bawah?"

Shuhua hampir saja memukul Shin Hana sebelum akhirnya, sosok yang merupakan suaminya itu memasuki ruangan. "Sayang, kenapa?"

Bukannya berhenti, Shuhua malah makin menangis ketika Huang Renjun menghampirinya. Tangan laki-laki itu meraih wajah wanita di depannya, mengusap pelan takut jika usaha penata rias selama 3 jam hilang begitu saja.

HOLD ONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang