14

522 64 17
                                    

Sosoknya berakhir memandang digin, melihat pahatan kecewa yang tercetak jelas tanpa satupun kata yang keluar dari bibirnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sosoknya berakhir memandang digin, melihat pahatan kecewa yang tercetak jelas tanpa satupun kata yang keluar dari bibirnya. Tidak, jika pada akhirnya itu adalah sosok yang memang harus ia lepaskan, setidaknya jangan membuatnya merasa berat hati. Sungguh ia belum pernah melihat laki-laki itu memandanginya dengan tatapan penuh rasa kecewa dan berubah seketika menjadi sosok yang pertama kali ia jumpai dulu.

Seluruh tubuhnya kaku karena debaran jantungnya yang berubah menjadi lebih cepat daripada sebelumnya, ia merasa sangat gugup hanya karena tatapan itu memenuhi kepalanya. Matanya menangkap jelas guratan kekecewaan pada pahat sempurna laki-laki yang sangat ia cintai itu. Bagaimanapun, memang sejak dulu laki-laki itu adalah yang paling ia ingini dari apapun. Bahkan ketika berita itu tersebar rasa ingin menjadi egois terus menggerogoti pendiriannya. Ia ingin serakah, ia ingin untuk tetap menggengam jari itu sekali lagi.

Malam yang mereka lewati bersama, suara-suara yang ia buat dan memohon agar laki-laki itu tidak berhenti, merasuki kepalanya sekali lagi. Malam itu, ia sendiri yang meminta untuk tidak dilepaskan, ia sendiri yang memohon agar laki-laki itu terus mencintainya. Namun malam yang ia lewati dengan penuh rasa cinta itu berakhir pada hari ini.

Sekelebat ia pernah berpikir bahwa hidupnya akan sempurna apabila nyawa yang kini hidup bersama dirinya itu akan lahir dan mendapatkan kasih sayang dari laki-laki itu. Jika saja ia tidak menerima berita menyesakkan di hari ia tahu bahwa ia harus menjaga nyawa lain di dalam dirinya. Jika saja laki-laki itu sedikit bersabar ataupun dirinya yang mengetahui lebih awal, keadaanya tidak akan seperti saat ini.

Surat yang ia pahami sebagai bentuk bahwa mereka harus terus bersama dalam keadaan apapun, sulit maupun bahagia sepertinya terbakar karena keegoisan masing-masing. Ia tahu bahwa laki-laki itu tidak bisa melepaskan harta itu maupun dirinya, jika ia sendirian ia masih bisa menahan luka itu sekali lagi. Tapi kini ada nyawa lain yang akan menerima luka apabila ia terus berpegang pada surat itu. Jika ia tidak bisa memiliki laki-laki itu, biarkan ia melahirkan buah cinta dari mereka.

Ia meremat pelan dadanya sendiri, mengingat saat ia berusaha untuk membunuh nyawa lain di dalam dirinya. Ia hanya merasa kecewa dan takut di saat bersamaan. Tapi setelah ia memahami maksud dari Tuhan memberinya sebuah anugerah tak terduga, ia bisa merasakan bahwa Tuhan sangat menyayanginya hingga kini. Yang harus ia lakukan adalah mempertahankannya, seorang diri.

"Kamu harus tahu bahwa selama delapan tahun aku selalu berharap kamu mau untuk mulai semuanya, kamu harusnya paham-"

Suara yang putus asa itu terdengar seperti kaset rusak. Memenuhi isi kepalanya, mata laki-laki itu yang seperti akan menangis untuk dirinya. Tangan yang menggengan jarinya yang dingin, dan gemetar. Tatapan yang belum pernah ditunjukkan oleh laki-laki itu pada orang lain. Menghantui pikirannya terus menerus.

"Kamu milih Jeno? di saat seperti ini kamu mau sama dia?"

Andai laki-laki itu tahu pilihannya bukan pada laki-laki lain melainkan pada darah dagingnya. Tidak ada jaminan bahwa anaknya akan baik-baik saja setelah Lee Haechan tahu bahwa ia tengah mengandung nyawa lain. Pun tidak ada jaminan ia selamat jika ia menyembunyikannya. Tapi setidaknya itu lebih baik, karena di sisi Haechan terlalu berbahaya.

HOLD ONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang