🌻 Can I Call You 'Dad'?

1.2K 250 80
                                    

Ditemani segelas Americano yang selalu ia jadikan teman mengusir lelah, Edward duduk di kantin RS yang sangat sepi. Ia baru saja selesai operasi setelah tadi ada operasi darurat. Hari ini dia kebagian jaga malam.

Beruntung operasinya berjalan lancar. Ibu dan dua bayi kembarnya selamat. Walau tadi karena pelvis previa, si ibu sempat pendarahan hebat.

Ia melirik jam tangannya yang menunjukkan pukul 01:00 AM. Ia masih terbalut dalam seragam operasi. Tadi dia buru-buru keluar karena benar-benar butuh asupan kafein. Ditambah sekitar 1 jam nanti ia harus melakukan operasi lagi.

Setelah menghabiskan cairan hitam pekat itu, ia mengedarkan pandangannya ke sekitar yang sangat-sangat sepi. Untungnya ia tak takut pada hantu. Coba saja jika ia Mike, pasti tidak akan berani keluar dari ruangannya.

Pernah saat itu Mike memaksanya untuk menemani pria kecil keturunan China itu untuk minum kopi dan merokok saat mereka dinas malam. Sungguh tidak masuk akal.

Senyum simpul terbit diwajahnya ketika ingat Mike dan Laura sudah resmi menjadi sepasang kekasih. Ia ingat kejadian beberapa hari yang lalu saat wanita itu diusir oleh sang Ayah tapi malah memeluknya erat lalu tertawa sebelum menghambur ke pelukan Mike dan pulang bersama ke apartemen pria itu.

Padahal dulu diancam akan diusir saja membuat Laura nangis tersedu-sedu sampai badannya bergetar.

Ah.. Ngomong-ngomong soal kesedihan. Dua hari ini Ed belum menengok Selena dan putrinya karena terlalu sibuk.

Melirik lagi jam tangannya, ia masih punya waktu 50 menit sebelum bersiap ke OR.

Ia segera melangkahkan kakinya ke bangsal anak-anak. Kemarin ia sempat bertanya pada Laura dan sahabatnya itu bilang Eden ada diruangan Dandelion no. 4.

Sedikit mengintip melalui kaca kecil dipintu kamar, Edward membuka ruangan itu pelaaan sekali agar tidak mengganggu Selena dan Eden. Mengingat sekarang adalah jam tidur bagi kebanyakan orang.

Namun dugaan Edward salah, karena Eden masih membuka matanya dan mengerjap pelan saat menengok ke arah Ed yang memberikannya senyuman kikuk.

Gadis kecil itu terkikik lucu lalu beranjak duduk. Oh ya, sekarang Eden tak perlu lagi bantuan tabung oksigen untuk bernafas. Beberapa lukanya pun sudah agak membaik meski sebenarnya tak jauh beda dari hari pertama ia datang 3 hari lalu.

Pandangan Ed lalu beralih pada wanita yang tertidur di sofabed. Kantung matanya terlihat membesar dan ia kelihatannya sangat amat kelelahan. Pasalnya ia hanya bisa cuti 2 hari. Hari ini ia harus kembali kerja lagi.

Edward menurunkan pembatas sisi ranjang dan duduk dihadapan Eden yang menatapnya dengan binar antusias.

Astaga.. Gadis kecil Selena ini sangat menggemaskan.

Pipi Chubby itu mengingatkannya pada pipi bulat Selena. Warna rambut mereka juga sama. Ah, meskipun mata Eden lebih besar dibanding Selena. Kedua mata itu tetap memunculkan dua bulan indah sama Selena.

"Kenapa gak tidur? Ini udah malem banget." Katanya sambil menyampirkan poni berantakan Eden yang sudah mencapai mata.

"Eden kebangun. Hehehee." Gadis itu kembali terkekeh lucu. Membuat kadar kegemasannya ada di level tertinggi.

"Pasti kebangun karena denger suara pintu dibuka, ya? Maaf." Dengan wajah bersalahnya, ia mengusak pelan rambut berantakan Eden.

"Nggak kok. Eden kebangun karena haus." Aku gadis mungil itu jujur.

Edward langsung bangkit dari duduknya dan segera memberikan gadis itu segelas air putih.

"Makasih dokter." Eden meneguk air di gelas itu hingga tandas. "Dokter mau apa kesini?"

Happy Family Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang