🌻 Classic Truth or Dare

1.1K 221 30
                                    

Hari itu, ketika pulang dari rumah sakit, Ed di sambut dengan pemandangan indah Selena yang tengah membuat banyak kue kering. Aroma manis juga mentega memenuhi dapur Ed.

Kue kering itu sudah banyak yang matang dan tengah di monitor oleh Eden yang terlihat mengerutkan dahinya serius. Tangan kecilnya nampak kesulitan saat memegang piping bag besar beragam warna. Sangat menggemaskan.

Menaruh tas kerja di sofa, Ed berjalan mendekat. "Ayah pulaang..."

Selena yang tengah mengambil tray dari dalam oven menoleh pada sumber suara sedangkan Eden segera melupakan kegiatannya, memilih berlari lalu menghambur dalam pelukan Ed. "Ayah lihat! Bunda bikin kue!" Gadis kecil itu menunjuk cookies beragam warna dan rasa di meja makan.

"Waah... Eden yang buat?"

"Bukan! Eden cuma bantu hias aja." Lengan gadis kecil mengalung manja di leher Edward. Membuat dengkusan geli meluncur dari wanita itu. Putrinya kini menjadi anak yang manja jika di hadapan Ed.

"Pinter anak Ayah." Ed menghadiahi kecupan di pipi bulat Eden. "Makasih ya udah bantu Bunda" Eden menjawab dengan anggukan antusias dan senyum menggemaskan yang  memunculkan gigi yang mungil serta gusi merah mudanya.

"Emang ada acara apa?" Mengambil satu cookies yang dihias berantakan, Ed segera melahapnya. Kebetulan ia memang tengah kelaparan.

"Kamu lupa?" Kali ini Selena yang bersuara. Wanita cantik itu melepas sarung tangan baker yang ia pakai. Ia mematikan oven lalu kini terfokus pada berloyang-loyang kue kering yang harus ia hias.

"Kan Laura ngadain party buat ngerayain pregnancy nya." Selena menjelaskan.

Kalau bukan karena permintaan si ibu hamil, ia sebenarnya malas di sibukkan dengan hal seperti ini. Ia sudah cukup lelah di tempat kerja. Tapi mau bagaimana lagi? Selena tahu bagaimana sedihnya jika sedang hamil dan apa yang diinginkan tidak bisa di dapat.

Ya. Laura hamil. Tak ada yang menyangka hal itu bisa terjadi. Mengingat ia dan Mike tidak seaktif Vio dan Liam. Lagipula, Ed bilang kandungan Laura sudah ada di minggu ke 7, sedangkan keduanya baru tinggal bersama 3 minggu yang lalu.

Memang benar pribahasa yang bilang 'jangan menilai buku dari cover nya.'

Siapa sangka Mike dan Laura menjadi pasangan kedua yang akan mempunyai keturunan setelah Selena? Padahal Vio lah yang selalu mereka khawatirkan.

"Iya, aku lupa." Setelah menurunkan Eden di kursi untuk kembali berkutat pada cookies, Ed mendekati ibu gadis kecil itu. Menangkup wajah Selena untuk mendongak lalu memberikan kecupan di dahi yang lembab karena keringat. "How's your day?" Tanyanya.

"Hectic. Tadi rame banget jadi aku ga bisa istirahat. But still fun."

"Kamu kerja di bagian apa?" Ed duduk di kursi diantara Selena dan Eden.

"Kasir."

"Dengan kemampuan masak sehebat ini, kamu bisa jadi chef, Selena." Puji Ed. Makanan yang Selena buat hampir tak memiliki cela. Semuanya terkesan sederhana namun sangat nikmat untuk di santap.

"Bisa pindah dari cleaning service ke kasir aja aku udah bersyukur, Ed."

Tangan Ed yang tengah mengelap peluh di anak rambut Selena terhenti karenanya. Ia tahu Selena memiliki hidup yang tidak mudah, tapi ia tak tahu akan sesulit itu. "Cleaning service?"

"Iya. Cuci perkakas masak, customer cutlery, bersihin area dine in..." Selena menjelaskan tanpa melihat wajah shock Ed yang kini tahu alasan dari kasarnya permukaan tangan wanita di hadapannya.

Happy Family Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang