Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Tahun terus berlalu. [Name] memijat pelipisnya saat melihat tingkah laku Nozel yang mengabaikan adik bungsunya. Ya, Noelle Silva, anak bungsu Acier Silva. Jujur saja, Noelle seperti salinan dari Acier sendiri. Tapi, meski Noelle sama-sama seperti saudaranya, dia tidak bisa mengendalikan sihirnya. Dan lagi, keluarganya menjauhi bahkan mengoloki dirinya. Begitu pula dengan Nozel.
Tapi [Name] tau. Nozel melakukan itu karena satu hal yang pasti. Dia tidak ingin kehilangan lagi. Apalagi kehilangan Noelle yang mirip ibunya itu. Maka dari itu, Nozel menjatuhkan Noelle dan secara sengaja menjauhkan dirinya dari pertempuran.
"Ya ampun. Kasian Noelle-chan tau. Apa yang kamu lakukan itu keliru, lho! Nanti dia sedih gimana?"
Nozel menghentikan langkahnya. Dia menoleh kebelakang, menatap lawan bicaranya. "Selalu saja muncul tanpa tanda, lalu menghilang. Sedang apa disini?" tanyanya.
"Lah, balik nanya," cibir [Name]. "Aku mau mampir sebentar lalu kembali ke markas, dasar Komandan."
Nozel menghela nafas pelan. Lelaki itu mendekat dan menangkup pipi gadis itu dengan satu tangannya, membuat bibir gadis itu mengerucut. "Kau ini benar-benar ya?"
"Aoa?"
"Kembali sekarang. Ada yang harus aku sampaikan nanti."
"Gamau."
"Sekarang."
"Tidak mau."
"Bocah, ayo kembali."
"Bocah-bocah mulu. Kita ini beda dua tahun!"
"Tapi tingkah lakumu memang seperti bocah."
"Diamlah kepang aneh dan kaku."
"Hoi!"
"Ternyata benar kata Yami. Kalau kamu diledek begitu, jadi marah ahahahah."
"Si orang asing itu..."
***
[Name] melangkahkan kaki jenjangnya di lorong markas pasukan Elang Perak. Sesekali dia menyapa anggota lain dengan ramah. Yah, suasana di pasukan ini memang sedikit sesak karena rata-rata dari mereka adalah bangsawan yang angkuh.
"Jadi... Kenapa kita dikumpulkan?" tanya [Name] sesampainya di ruang tengah aula markas.
"Anu... Katanya, Komandan Nozel mau mengangkat seseorang menjadi wakilnya?" Rob Vitesse, menjawab ragu pertanyaan [Name] itu.
[Name] menghela nafas. "Emangnya siapa sih? Harus banget ya dikumpulkan begini? Aku ada tugas yang menunggu di kamar," gerutunya.
Rob hanya tersenyum dalam diam. Gadis disampingnya benar-benar tidak tau siapa yang sedang dibicarakan.
Tidak lama, Nozel datang. Seluruh anggotanya seketika diam. Ya, karena tekanan dan juga Nozel adalah orang yang serius serta dingin.
"Aku, mengangkat [Fullname] sebagai Wakil-ku sekaligus Wakil Komandan Pasukan Elang Perak."
[Name] seketika konslet.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"A-apa? Wakil Komandan?"
Bisik-bisik diantara anggota lain terdengar. Mereka tentunya setuju soal keputusan Nozel. Meski benci mengakuinya, [Name] memang sosok yang teliti dan juga cukup baik dalam memerintah serta memiliki pencapaian yang luar biasa.
"Tidak mendengarkan, huh?" Nozel membalas ketus. "Aku bilang, kau akan menjadi Wakil Komandan Pasukan Elang Perak."
***
Siapa sih, yang tidak kaget tiba-tiba naik pangkat. Apalagi pasukannya elit begitu. Nyaris membuat sesak nafas.
"Ga masuk akal.." gerutu [Name] yang membaringkan kepalanya diatas meja ruangan sang Komandannya.
Nozel yang berada dimeja satunya, hanya mengerjakan beberapa dokumen sembari melirik gadis yang kini menjadi seorang Wakilnya.
Senang sih.
"Kau ingat bukan. Janji kita.. hari itu?"
[Name] terkesiap. Ya, janji mengenai keduanya akan saling bersebelahan satu sama lain dan tidak akan terpisahkan. [Name] mendongak dengan tatapan malasnya. Irisnya melebar saat tepukan lembut mendarat diatas kepalanya.
Nozel menatapnya intens dengan satu tangannya yang ditaruh diatas kepala gadis itu. "Aku ingin kamu menjadi Wakil Komandan, karena kamu harus selalu disebelahku. Tugasku, melindungi saudaraku, negeri ini, dan juga dirimu. Aku tidak ingin kehilangan apapun, jadi kamu harus disebelahku," ucap Nozel.
[Name] terdiam. Tak lama gadis itu tergelak. "Ahaha.. ternyata seorang Nozel Silva bisa jujur juga," candanya.
"Aku memang jujur."
"Kata siapa?"
"Kata diriku."
"Kamu itu tsundere."
"A-apa-apaan itu?"
"Tuh 'kan. Gak mau ngaku."
"Aku tidak seperti itu."
"Iya."
"Tidak."
"Iya."
"Tidak!"
"Ppftt-- marah dia."
"Kau ini.."
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.