32 - Seranjang

453 89 5
                                    

Cleon berjalan menuju kamarnya untuk beesiap-siap. Ia tahu tindakannya saat ini benar-benar salah dan sanggup menghancurkan kerja sama dengan kawanan seberang, tapi urusan ini sangat mendadak dan penting.

Clemy yang dimaksud Aravir kemungkinan besar ialah Sharley Alerian. Dan menurut Nyonya Keira pada kunjungannya dulu, memang ada wanita yang dibawa Ethaian ke istana. Itu bukanlah kabar baik.

Cleon harus membebaskan Sharley dari cengkaraman Ethaian sebelum sesuatu yang tak diinginkan terjadi. "Astaganaga, jika Ethaian sungguh mencintai –– terobsesi –– pada Sharley, itu sangatlah gawat. Baik, mari lupakan sejenak tentang ritual itu dan memprioritaskan Sharley. Semoga dia masih hidup dalam keadaan sehat dan bukannya gila.

Apa aku bergerak terlalu lambat, ya? Ini sudah hampir dua minggu dan Sharley berada di sana selama itu. Tak ada yang menjamin kesehatan mentalnya. Astaga, Cleon Adonnis! Kenapa kausangat payah melindungi adikmu?! Bahkan untuk kali ini pun, kau seperti pengecut. Cleon memaki-maki diri sendiri. Dia bertindak sangat lambat sementara entah apa yang terjadi pada Sharley dan Asher di luar sana.

Mendadak, langkah Cleon terhenti. Ia menoleh ke kamar Silenna, dan menemukan sebuah benda menarik di nakas. "Dasar bocah ceroboh. Kenapa dia membuka pintu kamarnya?" Walaupun tengah mengomel, Cleon memasuki kamar temannya seolah itu bukan apa-apa. Ia mengambil benda menarik tadi, dan terkejut mendapati ini adalah artefak sihir. Energi sihir ini terasa jelas.

"Bagaimana bisa ia memiliki artefak sementara di sini artefak masih langka?" guman Cleon terkejut. Cleon tanpa sadar menggeram. Darimana Silenna mendapatkan benda ini ialah misteri besar.

"Hei, apa yang kaulakukan?!"

Cleon menoleh dan mendapati Silenna yang baru pulang dari berburu di hutan.

Cleon menunjukkan batu artefak. Silenna tertegun. "Beritahu aku bagaimana kau mendapatkannya." Cleon memperhatikan saat Silenna menggigit bibir bawah, kebiasaan Silenna saat gugup.

"Aku tidak mencurinya, kok. Sungguh!"

"Aku tak berkata jika kau mencurinya. Sekarang jawab jujur darimana kau mendapatkannya!"

Kegugupan Silenna makin bertambah, wajahnya pun memucat. Cleon merasa Silenna menciut laiknya tikus yang ketahuan oleh kucing. Sekejap, kesan cewek bar-bar menghilang seolah itu sungguh tak ada. Menjadi gadis tak berdaya yang bagaikan porselen. "Jangan sok-sokan. Beritahu aku."

"Aku, mendapatkannya dari seseorang. Tapi aku tak bisa mengatakannya siapa."

Cleon memutar-mutar batu. "Begitu, yah. Siapapun yang memberimu ini, pastilah sangat kaya dan berkuasa."

Cleon berpikir apakah dia menggunakan ini saja dan mengembalikan artefak Aravir. Baru saja dia berpikir begitu, dan mendadak langkah kaki yang teburu-buru menggema di telinganya. Tak beberapa lama kemudian, muncullah si pemimpin dalam muka garang.

"Tuan Cleon! Kau mengambil artefakku?!" Aravir mencengkeram kerah Cleon, menghembuskan napas berbau lemon. Cleon nyengir, segera menyembunyikan batu artefak ke saku. Silenna meringis karena si pemimpin menyenggol bahunya keras.

"Anu, Tuan Ar. Aku bisa menjelaskannya."

"Ar, Ar. Jangan seenaknya menyingkat namaku. Sekarang, kembalikan artefakku atau akan kulibas kepalamu!"

Ludah Aravir menyembur ke muka Cleon. Cleon pun tak punya pilihan selain mengembalikan artefak liontin. Si pemimpin merebut liontin secara kasar. "Haish, kenapa kau berniat mencurinya? Jangan mengelak kauingin mengembalikannya, karena kamarku memiliki arah berlawanan."

Cleon berakting dengan membuat wajah menyesal. "Aku hanya penasaran, aku belum pernah menggunakan artefak ...."

"Dasar bocah. Ya sudahlah, aku pergi dulu. Jangan mencuri lagi!" Si pemimpin melenggang pergi. Cleon dongkol, karena Aravir cepat menyadari artefaknya menghilang.

The Eternal Country (3) : Curse from the Past (√) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang