"Tidak, apa-apaan itu?" Kaki Ethaian bergetar penuh kengerian. Wujud Sharley bahkan lebih ngeri dibanding sensasi dulu saat melihat kepala Wyvern terpenggal di usia empat tahun. Kengerian itu menusuknya sampai ke tulang, tak membiarkannya kabur sama sekali.
Sharley berjalan mendekat. Matanya kosong. Ethaian paham jika sosok di depannya ini bukan sepenuhnya Sharley. Hanya emosi negatif yang mengendalikan badan. Ethaian merasa sesak, udara menipis seiring Sharley semakin dekat dengannya. Mata kucing Sharley berkedip-kedip lembut, menatap rendah Ethaian.
"Bukankah kau sendiri yang bilang jika Alerian ialah kaum terkuat? Inilah buktinya." Sharley tersenyum sadis, bayangan gadis lemah seketika terhapus. Tergantikan dengan bayangan ngeri, seolah dia tak seharusnya melihat ini.
Ethaian berdiri susah payah. Oksigen terenggut darinya dengan kejam. "Sebesar itu kekuatanmu?"
Sharley berkacak pinggang. Ekor serigalanya melambai lebih kencang. Sekilas terkesan seperti anjing tak sabaran. "Kausudah melihatnya. Kau yang membuatku berubah. Tingkat kekuatan ini adalah puncak kekuatan Mezcla. Seharusnya aku tak membangunkannya, tapi emosiku berkata lain. Dan sekarang, akan kuhabisi dirimu, Ethaian."
Ethaian menghunuskan pedang petir. Dia getir, apakah bisa mengalahkan Sharley atau tidak. Namun sekarang pun tekanan aura membuat nyalinya menciut.
Tidak tahu terima kasih rupanya. Kau memiliki kekuatan seperti ini juga karena aku, batin Ethaian geram. Sharley melambaikan tangan, bola-bola tercipta, tapi bola itu tak hanya memiliki satu elemen. Melainkan dua. Kegelapan dan api disatukan. Ethaian belum pernah melihat perpaduan seperti itu.
Sharley menyerang lebih dulu. Selusin bola kekuatan campuran itu mengancam akan membakar sampai habis. Dia membuat tameng, Sharley gesit ke belakang, tempat tanpa perlindungan. Bola-bola dilemparkan, Ethaian menebaskan pedang guna menghancurkannya.
Sharley muncul di atas. Ethaian tak dapat menghalau, kepalanya sukses dicakar. Dia menjerit kesakitan, tapi belum selesai, Sharley mencekik lehernya. Cakar Sharley terbenam ke kulit Ethaian, dan pemuda itu mengalirkan energi panas ke tangan Sharley. Namun Sharley tak mengindahkannya, seolah itu cuma lalat di sekitar.
Ethaian mulai berpikir jika dia menciptakan makhluk kejam dan kuat yang pernah ada.
Argh!
Mereka menoleh, menemukan Asher meronta-ronta saat mau disembelih seperti sapi kurban. Sharley membanting Ethaian, langsung melesat menolong Asher. Ethaian terbatuk-batuk, kepala dan lehernya kesakitan.
Krak!
Sharley santai mematahkan tulang tangan anggota Black Fox seolah itu semudah membuka kacang. Sekejap, gadis itu memeluk Asher. Asher terduduk kaku, tak membalas maupun meronta. Kehabisan tenaga. Selain itu, ia merasa Sharley bukanlah Sharley. Kekuatan dan emosi yang mengambil alih, membuatnya sangat asing.
"'Kan sudah kubilang aku takkan melepaskanmu," tutur Sharley. "I-iya."
"Jangan takut. Ini tetaplah aku, Sharleymu. Aku hanya dikuasi emosi. Aku takkan menyakiti rekan-rekanku, apalagi kau." Sharley menyentil hidung Asher. Asher mengerjap-ngerjap bingung.
Sharley menyembuhkan Asher dengan sihir yang lebih tinggi dibanding biasa. Asher merasa baikan dalam sekejap, meski syok tetap menempati dirinya. Ekornya mengibas-ngibas asyik. Sharley mengalihkan pandang ke Cleon yang berusaha menyelamatkan diri. Aravir membantunya.
"Habisi mereka, Asher. Aku akan mengurus Ethaian."
"Kauyakin?"
"Ya." Tanpa menunggu jawaban lagi, Sharley melesat. Dia memunculkan tombak-tombak es dan pedang halilintar. Tanaman merambat sekonyong-konyong saat dirinya melangkah. Ethaian bangkit, menyembuhkan lukanya secepat kilat.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Eternal Country (3) : Curse from the Past (√)
FantasiAkhir-akhir ini Sharley sering mengalami pusing, mimisan, dan mimpi buruk. Sharley tak tahu mengapa, padahal dia menjaga kesehatan tubuhnya dengan baik. Hal ini membuat Asher dan Cleon cemas. Asher berkata kalau ini bukanlah penyakit biasa, tapi dia...