25 - Makhluk Penjaga Tak Bisa Saling Membunuh

391 88 18
                                    

"Apakah kau gila?! Kau melakukan duel dengan Cassius hanya karena aku direndahkan?! Kau tahu apa yang kau pertaruhkan, Cleon?!" Silenna berteriak di hadapan Cleon, dan memukul-mukul dada Cleon. Dia sangat syok. Cleon meringis, menjewer telinga runcing Silenna.

"Dengar aku, cewek galak. Aku melakukan ini bukan hanya karena kau. Aku sebal sekali dengan Cassius. Dia congkak dan memandangku rendah. Dia pasti berpikir jika aku hanyalah bocah yang tak bisa apa-apa. Akan kubuat dia merasakan akibat dari perbuatannya."

Silenna menarik-narik ujung kemeja Cleon. Dia sangat persis seperti anak merajuk tak dibelikan permen setoples. Cleon paham jika Silenna khawatir dengannya, dan tak mau Cleon menceburkan diri dalam bahaya. Semua ini gara-gara kecerobohan Silenna. Lagi. Dia ragu apakah Cleon sanggup bertahan.

Cleon tersenyum dan mengacak-acak rambut Silenna. Silenna seperti Sharley, dan Cleon menganggapnya seperti adik sendiri. Hatinya masih tertambat pada satu sosok.

"Jangan khawatir. Aku akan menyelesaikan ini. Percayalah padaku." Cleon melangkah menuju lapangan latihan. Silenna mengekor dengan wajah tertunduk. Tak sanggup menghilangkan kecemasannya.

Lapangan sudah dipenuhi anak buah Cassius yang penasaran menonton. Beberapa dari mereka yang otaknya agak sengklek pun membawa popcorn dan tikar. Cassius menunggu di tengah lapangan dengan topi di kepala serta sarung tangan kulit. Cleon merasakan otot-ototnya menegang. Apalagi dengan tatapan para werewolf. Sebagian dari mereka memusuhi Cleon, tapi ada juga yang mendukung. Mereka sudah muak dengan otoritas Cassius.

Begitu berhadapan dengan Cleon, Cassius menyeringai. Cleon hanya tersenyum ala kadarnya. Dia tahu telah mempertaruhkan sesuatu yang sangat berharga, tapi dia juga harus memberi Cassius pelajaran karena telah menghina Silenna.

"Wah, aku sangat kagum denganmu yang berada di pihak Silenna Lyfalia. Tapi kau tahu jelas 'kan apa yang akan terjadi nanti jika kalah? Meskipun kau seorang blaster, bukan berarti kemampuanmu lebih kuat daripada aku." Cassius berkata jijik. Seseorang datang membawa dua bilah pedang.

"Kita tak mengetahui kemampuan masing-masing, jadi lebih baik jangan merendahkan seenaknya. Kita akan tahu nanti, siapa yang lebih kuat." Cleon mengambil pedang itu. Tidak merasakan adanya sihir manipulasi atau racun. Ini aman, karena dia pikir Cassius akan memberikan racun di pedang. Kelicikan-kelicikan semacam ini tidaklah dilarang.

"Banyak omong kau ini!" Cassius merangsek, pedang terhunus ke dada Cleon. Cleon berkelit ke samping, dan menendang dagu Cassius. Cassius masih sempat menghindar. Cleon menghunus, Cassius menahan pedangnya.

Mereka saling tangkis dan tikam selama beberapa menit ke depan. Cassius menggeram pelan, perlahan menyesali telah meremehkan remaja di depannya ini. Cleon sangat gesit dalam menghindar dan mencari celah kelemahan. Gerakan-gerakan tipuan Cleon belum pernah dilihatnya.

Remaja itu menyabet pedang di sisi kiri. Serta merta Cassius menangkisnya. Sisi kanan praktis terbuka, dan Cleon melesatkan bola api. Cassius tak sempat menghindar, bola api membakar perutnya. Cleon menyabet, seketika pedangnya melukai dada Cassius. Dia tak boleh membunuh Cassius di duel ini, karena dia harus memberi Cassius pelajaran lebih.

Cassius ambruk. Luka sayatan sepanjang tiga puluh sentimeter melintang dan perutnya terbakar. Dia melempar pedang, mata berkilat kuning. Sekejap, Cassius berubah ke wujud serigala berbulu cokelat kemerahan. "Heh," kata Cleon. Ia pun berubah juga ke wujud serigala.

Mereka melolong dan saling menerkam. Suasana tegang mencekam meliputi lapangan. Silenna harap-harap cemas di pinggir sana. Yang lain menonton dengan asyik seolah ini ialah drama teater.

Cleon mencakar moncong Cassius. Serigala dewasa itu justru menggigit kaki Cleon. Cleon menggeram galak, mencakar mata Cassius. Sang pemimpin kalang kabut, melepaskan gigitannya dari Cleon. Serigala putih itu tak memberi kesempatan berleha-leha. Ia menerkam Cassius. Sekejap, mereka berguling-guling di lapangan dan saling cakar.

The Eternal Country (3) : Curse from the Past (√) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang