4

7 1 0
                                    


Nadira pun berjalan kaki untuk kembali kerumahnya. Ini dikarenakan ia tidak mendapatkan kendaraan, jam sudah menunjukkan pukul 10:25 malam. Jarak rumahnya lumayan jauh dari jembatan.

"Huhff, sepertinya dira akan berolahraga malam ini"
Ucapnya.

Nadira merasa ada yang mengikutinya. Ia menambah kecepatan jalannya. Nadira cemas, ini sudah malam, jalan yang sedang ia lewati adalah jalan kecil dan sepi.

Nadira melihat kebelakang untuk memastikan, benar saja ada seseorang berjubah serba hitam yang sedang berdiri tidak jauh darinya. Nadira berusaha lari tetapi keberuntungan tidak berpihak padanya. Ia terjebak, jalan yang ia lalui adalah jalan buntu,
Apa lagi ini.

"Ya Allah, lindungilah hamba"
Doa nya dalam hati.

Pria tersebut berjalan mendekat ke arah nadira. Dapat dilihat dari bentuk tubuhnya, jika orang tersebut seorang pria, Nadira berjalan mundur dengan perlahan. Pria tersebut terus mendekat kepadanya, Nadira terjebak, ia benar-benar terjebak. Ia telah menempel pada tembok besar di gang kecil ini, Pria itu semakin mengikis jarak antara mereka berdua,
Jarak mereka hanya satu jengkal. Nadira takut, tenggorokannya tercekat, mulutnya terbungkam, Ia tidak dapat berteriak.

"Apa yang anda mau"
Tanya nya dengan suara bergetar serta badan yang menggigil ketakutan. Ia tidak dapat melihat wajah pria tersebut di karenakan pencahayaan yang kurang serta gelap.

"Hai nona"
Ucap pria tersebut dengan pelan.
Nadira begidik mendengar suara itu, ia takut pikirannya kacau sekarang. Jarak Pria ini juga sangat dekat dengannya.

Nadira berusaha kabur tetapi gagal, pria tersebut mengurung dirinya dan memojokkannya, dengan kedua tangan yang ia luruskan ke dinding.
Apa ini, Nadira tidak pernah sedekat ini dengan pria. Ia adalah wanita yang senantiasa menjaga dirinya dari laki-laki, ia selalu berusaha tidak berhubungan dengan laki-laki. Tetapi dengan seenaknya pria ini mendekat kepadanya.

"Siapa anda, lepaskan dan menjauhlah dari saya"
Nadira mengumpulkan keberaniannya untuk mengatakan itu, pria ini memiliki badan yang tinggi lagi gagah, Nadira hanya sebatas dada bidang sang pemilik.

Pria tersebut mendekatkan wajah nya ke wajah sang mangsa dengan menunduk. Nadira takut, apa yang akan di lakukan pria ini.
Nadira hanya bisa memejamkan kedua matanya, ia tidak berani melihat wajah yang tepat berada di depannya. Nadira dapat merasakan hembusan nafas pria tersebut, jarak mereka sangat dekat. Nadira tidak dapat berbuat apa-apa. Badannya membeku dan bergetar, nafasnya memburu ketakutan. Ia hanya bisa berdoa, semoga pria aneh ini tidak berbuat yang tidak-tidak terhadapnya. Nadira masih memejamkan mata, ia masih merasakan hembusan nafas pria aneh ini.

Pria tersebut dapat melihat jika wajah sang mangsa sangat ketakutan, ia terus memperhatikan wajah sang mangsa dengan teliti tanpa terlewatkan sedikitpun, keringat yang menetes dari keningnya, nafas yang memburu, wajah yang sebentar lagi ingin menangis, menggemaskan menurutnya. Ia tersenyum kecil melihatnya, Setelah ia puas ia pergi tanpa sepengetahuan gadisnya.

Nadira tetap memejamkan matanya, tetapi mengapa ia merasa nafas pria tersebut tidak berhembus lagi, apa pria itu mati, tidak mungkin.
Nadira memberanikan diri untuk membuka matanya perlahan- lahan. Apa ini, pria tersebut hilang begitu saja. Dimana dia, cepat sekali pergerakannya sehingga nadira tidak mengetahui jika pria tersebut telah pergi. Tetapi Nadira bersyukur, pria itu tidak berbuat macam-macam dengannya.

"Alhamdulillah ya Allah, terimakasih. Tapi tunggu, apa ini mimpi, apa pria itu hantu atau vampir seperti di film-film"
Ucapnya bermonolog, sambil sedikit menyakiti dirinya agar ia tau apakah ini nyata atau tidak.
Ia bergidik ngeri memikirkannya.
Nadirapun berlari dari tempat tersebut tanpa melihat kebelakang bahkan hanya sekedar mengintip kanan-kirinya.

AlanadiraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang