Hanya Allah yang mengetahui takdirmu.
Manusia hanya bisa berencana, tetapi Allah lah yang menetapkan.Sesampainya dirumah. Nadira segera masuk dan mengunci pintunya dengan rapat. Nafas Nadira memburu, ia benar-benar takut. Siapakah pria itu, apakah Nadira memiliki kesalahan dengannya, atau sekedar pernah mempunyai urusan dengannya. Akan tetapi Nadira tidak pernah merasa kenal dengan pria itu, apalagi memiliki masalah dengannya.
Nadira mencoba mengalihkan pikiran buruknya dengan membersihkan dirinya dan mencoba untuk tidur. Tetapi usaha yang ia lakukan hanyalah sia-sia. Nadira tidak dapat tidur, ia masih cemas dengan apa yang terjadi. Nadira gelisah, ia masih bertanya-tanya siapa pria itu.
Mentari mulai menyapa, pagi yang indah. Hari ini adalah jadwal Nadira masuk kerja. Tetapi pagi ini ia merasa badannya sedikit tidak enak, mungkin dikarenakan kejadian yang menimpanya tadi malam. Ia tidak dapat tidur dengan nyenyak, dirinya masih sangat cemas akan kejadian malam itu.
"Dir, kok ibu liat sepertinya kamu kurang sehat, kamu sakit nak? " Tanya Citra khawatir.
Itu adalah ibu citra, pemilik kafe ditempat Nadira berkerja sekaligus bos Nadira. Citra memang bos yang baik, tak jarang juga Citra membantu Nadira jika gadis itu dalam kesusahan. Citra menyayangi Nadira sudah seperti anaknya sendiri. Citra tau bagaimana kehidupan Nadira sedari dulu. Citra juga sangat bangga dengan gadis di hadapannya ini, gadis yang selalu istiqamah dengan segala ujian yang menimpanya.
"Dira gak papa kok bu, Dira cuman kecapean saja dan kurang tidur, InsyaAllah sebentar lagi juga baikan"
" kamu yakin nak? Ibu akan mengizinkan kamu jika memang kamu sakit, jangan dipaksakan Nadira"
"ibu gak usah khawatir, Nadira baik- baik saja kok bu, terimakasih"
"ya sudah kalo memang seperti itu, tapi jika ada apa-apa atau kamu perlu bantuan jangan sungkan memberi tahu ibu ya"
"iya bu" Nadira menjawabnya dengan senyuman manisnya.
"kalo begitu, ibu tinggal dulu yah
ada tamu kafe yang datang" ucap Citra sambil mengelus pundak Nadira, Nadira hanya membalasnya dengan anggukan disertai senyuman.Detik, menit, jam kian berganti. Hari sudah mulai gelap. Dikarenakan Nadira juga sedang berhalangan, ia memutuskan untuk beristirahat terlebih dahulu selagi menunggu karyawan yang lain selesai shalat isya. Mungkin kafe ini akan tutup sedikit lambat, dikarenakan ini adalah malam sabtu. Cocok sekali untuk bergadang menghabiskan waktu dan bersantai-santai ria,
Tetapi Nadira selalu ingat pesan Ayahnya yang mengatakan.Waktu terus berjalan hari kian berganti, Dunia mulai tua. Entah dunia ataupun diri kita yang sebentar lagi tiada. Sisa waktu hidup ini tidak boleh terbuang sia-sia. Gunakanlah sisa umurmu untuk hal yang lebih bermanfaat dan berguna, baik untuk dirimu ataupun untuk orang lain. Umur semakin berkurang kita hanya menunggu ajal datang. Perbanyaklah engkau beribadah kepadanya dan lakukanlah kebaikan sebanyak-banyaknya untuk mengejar ridhonya. Renungilah, apakah amalmu sudah cukup untuk bekal di hari yang akan datang kelak. Mengapa dengan santainya kau berleha-leha di dunia yang fana ini hanya untuk nikmat sesaat. Bangun dan bangkitlah, buka mata dan sadarilah jika maut selalu mengintai dimanapun engkau berada.
Nadira tersenyum mengingat nasihat ayahnya, Ia sangat bersyukur memiliki kedua malaikat yang sangat sempurna yang Allah kirimkan untuk dirinya.
"dir!"
"eh, mba Santi, ada apa mba?"
"gak, mba heran aja ngeliat kamu melamun gitu, kamu gak papa?"
"dira gak papa mba" Dira menjawabnya disertai senyuman dan gelengan kepala.
"mba, dira boleh nanya gak"
"nanya aja kali dir, gak usah pake izin segalah atuh"
"emm.. kak Jasmine kok gak keliatan ya mba dari tadi, kak jasmine kemana?"
"loh kamu gak buka grup, Jasmine izin pulang kampung, neneknya kan sakit"
Nadira yang mendengar itu terkejut dan langsung membuka pesan chat di hpnya. Benar saja ada pesan dari Jasmine dan pesan pribadi untuknya. Nadira memang tidak mengaktifkan hpnya sedari malam, itu dikarenakan ia terlalu sibuk untuk memikirkan siapa pria yang mengejarnya kemarin. Setelah membalas pesan dari Jasmine dan mendoakan kesembuhan untuk neneknya, Nadira kembali memasukkan hpnya ke saku gamisnya.
"Terimakasih ya mba"
"oke sama-sama"
Mereka kembali untuk melaksanakan kegiatan masing-masing. Jam sudah menunjukkan pukul 23:37, ini menandakan kafe akan ditutup.

KAMU SEDANG MEMBACA
Alanadira
أدب المراهقين------------------------------------------------------------- Ketika amarah sudah menyelimuti hati yang tertutup oleh kebencian. Kekecewaanpun datang bersamaan, tidak hanya dengan makhluknya tetapi dengan sang pencipta. Alan, apakah ia akan berubah...