Thiti mengembalikan jaslab Thana sebelum istirahat berakhir ke kelasnya. Thiti duduk di hadapan Thana dulu. Lumayan sambil ngadem di kelas Thana yang ada AC nya.
"Hadeh, panas bet di kantin, disini adem!" seru Thiti sambil kipas-kipas pake jaslab Thana.
"Heh, jaslab gue!" seru Thana sambil merebut jaslabnya.
"Elah pinjem bentar."
"Tunggu-tunggu!"
"He?" Thiti bingung Thana tiba-tiba nyuruh dia menunggu, "apaan, Tha?"
"Emang setiap musim kemarau lo panas dalem ya?"
"Hah?" Thiti makin nggak ngerti.
"Bibir lu kering banget!" kata Thana sambil memerhatikan bibir Thiti.
"Astaga kirain apa."
"Pake lipbalm gue deh." kata Thana sambil menyodorkan lipbalmnya.
"Thanaaaaa, kamu pikir aku ini tukang kecrek-kecrek di lampu merah?!"
"Ih, jelek gitu kalau kering, mending pake lipbalm biar lembab." ujar Thana sambil mendekatkan lipbalm ke bibir Thiti.
"Iiih ogah ah, nanti bibirku gemerlapan."
"Nggaaaaaaak, ini mah lipbalm bukan lipgloss!"
"Ah, sama aja."
"Nggak lah, sini deh bandel!"
Thana meraih rahang Thiti paksa lalu mengoleskan lipbalm ke bibir Thiti. Dari jauh, Thana kayak lagi ngelipstikin banci lampu merah. Tapi bagi Thiti ini... sesuatu yang sulit dijelaskan kata-kata. Dari sekian lama berteman dengan Thana, ini adalah jarak terdekat mereka. Mungkin hanya setengah pensil jaraknya. Dalam hati Thiti ada yang bermain kembang api, terlalu senang dapat melihat wajah pujaan hatinya sedekat ini. Lalu terdengar ada musik Yovie & Nuno - Merindu Lagi, dari kejauhan. Thana pun tersenyum ketika dia selesai dengan pekerjaannya.
Tuhan tolong aku ingin dirinya, rindu padanya, memikirkannya~
Namun mengapa saat jatuh cinta, sayang-sayang...
"Dah!" seru Thana membuyarkan lamunan Thiti dengan menyodorkan cermin ke wajah Thiti.
"Astaghfirullah!"
"Hahahaha, kok kaget sih, Thi?"
"Ini mah kayak abis makan gorengan atuh Thanaaaa." ujar Thiti.
"Dari pada kering kayak kerupuk kulit, Abang!"
"Uh, calon ledekan si Jems nih." kata Thiti sambil mendekatkan punggung tangannya ke bibir.
"EH, jangan dihapus!" seru Thana sambil menarik lengan Thiti.
Tuhan tolong aku ingin dirinya, rindu padanya, memikirkannya~
Namun mengapa saat jatuh cinta, sayang-sayang...
Thiti tidak dapat menyembunyikan kebahagiaannya ketika Thana menyentuh tangannya. Wajahnya berseri-seri bagai piring baru dicuci. Thana jadi salah tingkah dipandang seperti itu oleh Thiti. Pipinya berubah warna menjadi seperti udang rebus. Mungkin kalau di-zoom kelihatan asapnya juga. Thana buru-buru melepas genggamannya.
"Sana deh lo balik ke habitat lo!" perintah Thana. Lalu Thana menyibukkan diri menyimpan barang-barangnya ke dalam tas.
Thiti buru-buru pergi dari sana sebelum terjadi salah tingkah-salah tingkah yang berikutnya.
***
Selepas kelas usai, Thana ditinggal teman-temannya karena sedang beberes dulu. Thana yang sedang beberes dikejutkan oleh Bee dan kawan-kawan yang tiba-tiba mengajaknya bicara.
"Hai, Tha, nanti malam aku boleh nanya pr matematika ya?" tanya Bee dengan cara bicaranya yang dibuat-buat.
"Boleh." jawab Thana. Bagi Thana urusan mengenai akademik itu sangat serius jadi siapapun yang nanya itu akan Thana jawab serius. Termasuk Bee yang notabene nggak pernah ngomong serius sama orang lain selain gengnya.
"Aww, baik banget deh cantik, makasih ya!" seru Bee sambil menepuk bahu Thana. Diikuti oleh tiga konco-konconya juga. Lalu mereka berempat meninggalkan kelas.
Thana mencium ada yang tidak beres disini.
Thana ikut buru-buru pulang juga takut kesorean.
Saat Thana sedang jalan di lorong melewati anak-anak yang sedang ekskul, Thana diketawain oleh mereka. Thana bingung dan kesel juga karena kenapa tiba-tiba mereka ngetawain coba? Lalu muncul seorang dari belakang Thana berteriak, "WOY THANA JABLAY LU!"
Thana syok mendengarnya. Orang-orang di sekeliingnya ikut menertawakan Thana. Thana masih nggak tahu apa yang sebenarnya terjadi.
"Woy bego ya lo bener-bener hahaha!"
"Udah jablay bangga lagi!"
Wajah Thana memerah. Tangannya segera meraih punggungnya dan benar saja, disana ada kertas yang menempel. Tulisannya 'Hina aja, aku jablay!' tapi susah sekali kertasnya nggak bisa diambil jadi Thana tidak tahu pasti tulisannya. Thana mulai panik. Orang-orang malah semakin keras menertawai Thana sampai terdengar ke lapangan futsal di sampingnya.
Saat itu Thiti dan James sedang bermain futsal bersama Gunn, Peach, dan Michael. Permainan mereka terpaksa harus terhenti karena distraksi dari lorong. Thiti mengenali sosok perempuan yang sedang menjadi pusat perhatian itu. Wajahnya seperti akan menangis. Thiti langsung berlari ke Thana.
"Thaaa!" serunya sambil masih berlari.
Tapi Thana tidak mendengarnya, dia malah lari ke toilet dengan masih ada tempelan di punggungnya.
"Thiii!" seru James menyusul Thiti.
"Thanaaa!"
Thiti sampai di kerumunan orang yang menertawai Thana barusan. Thiti memandang mereka geram. Kerumunan orang itu kini diam, dan kembali melakukan aktivitasnya karena tidak ingin menambah masalah.
"Kalian apa-apaan sih?! Bukannya bantuin malah ngetawain!" tambah James.
Thiti masih terus mengejar Thana sampai ke depan kamar mandi putri. Terdengar dari dalam sana pintu kamar mandi yang terbanting. Thana pasti malu sekali, dan sakit hati diperlakukan seperti itu.
Thana keluar dari kamar mandi dengan bekas tangisan di wajahnya. Bajunya agak basah seperti sengaja menjeburkan diri di bak kamar mandi.
"Tha, kamu kenapa?" tanya Thiti.
Thana yang masih terisak-isak tidak sanggup menjawab pertanyaan Thiti.
"Tha?"
Thiti melihat bagian belakang baju Thana basah dan ada beberapa bekas lem dan permen karet yang masih bersisa disana. Keterlaluan!
"Tha, siapa yang bikin kamu gini, Tha?" tanya Thiti panik.
Isakan Thana semakin keras. Tangisnya menjadi lagi. Tubuhnya melemas dan hampir jatuh. Thiti menahan Thana dan berusaha menenangkannya. Thana menangis keras di dada Thiti. Thiti nggak tega melihat Thana menangis seperti ini. Thiti yakin, Thana adalah korban keisengan orang yang iri padanya.
***
Thiti mengantar Thana pulang sampai Thana benar-benar masuk ke dalam rumah. Selama perjalanan Thana hanya terisak-isak dan tidak ingin berkata apa-apa. Thana masih belum mau cerita tentang pelakunya pada Thiti.
"Makasih." Kata Thana sambil menghapus air matanya.
"Kalau ada apa-apa bilang aja, Tha, jangan jadi susah sendiri."
"Iya, Thi, thanks."
Thiti pulang dengan perasaan benci dan dendam rasanya pada orang yang telah berbuat iseng pada Thana. Masih terbayang wajah sedih Thana barusan. Thana yang biasanya ceria jadi kehilangan keceriaannya karena kelakuan orang iseng itu. Sial.
Pokoknya gue harus cari pelakunya walaupun Thana nggak mau ngasih tahu sekalipun.

KAMU SEDANG MEMBACA
[Re-Upload] A Whispered Song
Hayran KurguIni fanfic pertama bangetbangetnya aku di wattpad hahah waktu itu di-unpublished karena kaget part terakhirnya ilang. Sampe sekarang gak nemu haha terus yaudah pengen dipublish lagi aja. ----------------------------------------------------- Sahabata...