di skip ya guys puncak nya, soalnya bakalan ngebosenin.
🚬🚬🚬
"Dimana?" suara berat Ian itu mampu bikin se starbucks mendadak jadi muntahan lava panas alias melebur.
Mana sambil ngapit rokok di jarinya, tindik di hidung. Rambut agak curly yang dia biarin berantakan, meskipun berantakan.. aroma yang tercium dari seorang Christian Yu itu aroma money.
Sekarang cowok itu lagi ngomong sama orang diseberang sambungannya, sudah dipasikan itu adalah si pemilik hatinya. Jennie Natalie.
"Di Kantin FK. Lagi ketemu sama adek tingkat, tadi dia minta tolong."
"Cewek?"
"Cowok,"
Ian yang tadinya lagi ngisep rokoknya langsung dia matiin. Ian ngeliat sekitar yang ramai, "Ngapain? Minta tolong apa maksudnya?"
"Itu deh ada lah. Kenapa?"
"Seriously you ask why? Back," kata Ian tegas, dia sekarang lagi ngacak-ngacak rambutnya.
"Iya sebentar. Orangnya baru keluar dari kelas,"
"Jennie Natalie. Back, or shall I follow you there?" kata Ian, dia minum sampai habis expresso nya. Dia ngambil kunci mobil yang tadinya dia taruh di meja, berikut sama bungkus rokok dan koreknya.
"No. Iya aku balik, tapi sebentar aja. Lima menit,"
"Oke. Aku tunggu di mobil," katanya terus nutup pintu starbuck agak kesel.
🚬🚬🚬
"Who he is?" tanya Ian begitu Jennie masuk ke mobilnya. Dan aroma yang pertama kali masuk ke hidung Jennie ada rokok. Dengan cepat Jennie buka pintu mobilnya Ian, dibiarin terbuka sampai aroma rokok itu hilang.
"Bisa gak sih kalo ngerokok itu jangan didalam mobil? Atau paling enggak dibuka gitu kacanya. Bau banget gila," komentar Jennie sambil ngipas-ngipas depannya.
Mana ac nya nyala, beuuuuh aromanya makin-makin. Stela Ian belum di isi ulang. Jadi cuma gantungannya doang. Bukan stela jeruk kok, Ian biasa pakai stela kopi.
"Jawab, dia siapa?" tanya Ian sambil nunjuk pakai dagunya cowok yang ada didepan sana, yang baru ngeluarin motornya dari parkiran.
"Julian. Anak FK, katanya minta tolong buat bantuin deketin dia sama Karina, puas?"
Muka sepet Ian seketika berubah, jadi seneng? Ya pokoknya langsung senyum.
"Kak," panggil Jennie.
Ian noleh. Cuma noleh gak nyaut.
"Rokok enak?" tanya Jennie. Ian ngangguk, Jennie langsung ngambil bungkus rokok Ian yang ada di dashboard, dia ambil sebatang. Pas mau diapit sama bibirnya, spontan Ian narik rokoknya.
"Mau ngapain? Jangan macem-macem," katanya tegas.
Jennie naikin sebelah alisnya, "Katanya enak? Mau nyobain seenak apa. Siapa tau ikut candu,"
"Gak boleh. Penyakit tau gak?"
"Itu tau. Kenapa masih ngerokok? Sehari abis berapa duit kamu buat rokok? Kamu bisa ngabisin rokok sebungkus cuma dalam waktu enam jam ya kak. Sehari kamu bisa-bisa habis empat bungkus. Mau ngapain? Ngebul dah itu paru-paru. Jangan lupa ya kak kalo aku itu gak suka asap rokok." kata Jennie panjang lebar. Gak tau, hari ini sensitif banget sama rokok.
Ian cuma diem.
"Aku gak minta kamu buat berhenti ngerokok. Aku cuma mau kamu kurangin. Aku begini buat kesehatan kamu juga. Aku gak mau kalo nanti kita nikah, kamu meninggal gara-gara rokok."
Ian masih diem beberapa saat. Gimana ya. Dia itu lebih dulu candu sama rokok dibanding candu sama Jennie.
Ian senyum, maksa untuk senyum tulus. Dia masukin rokok beserta koreknya ke dalam tas Jennie. "God, cigarettes and you. but—if you want, I'll change the rules. God, you and cigarettes."
Jennie senyum, dia langsung nyuri kecupan dibibir Ian.
Oops, lupa. Pintu mobilnya kan masih terbuka.
🚬🚬🚬
—tbc..
KAMU SEDANG MEMBACA
Cigarettes
Fanfiction"God, cigarettes and you. but-if you want, I'll change the rules. God, you and cigarettes" - Christian Yu