"Loh.. Putraa!?"
"ngapain di sini?" tanya ku panik.Untuk apa dia kesini? Mau mencari masalah lagi disaat kondisi ku seperti ini? Atau apa?!. Sesakit ini bertambah lagi adanya dia aku bahagia karena dia datang. Tapi aku juga emosi karena perkataan dea kemarin. Karena aku takut akan muncul hal hal yang gak aku inginkan. Atau mungkin nanti dea bakal macam macam lagi ulahnya kepadaku.
"temanin kamu lahiran lah. Emang apalagi?" "sakit ya? Ayo kuat ya,jangan nangis" jawab putra.
Ya aku tetap aja nangis karena sakit nya luar biasa. Banget sakit banget. Pokoknya perjuangan melahirkan moment tak terlupakan. Rasanya nyawa seperti mau copot. Lama kelamaan sakit bukan di perut aja, tapi sakit satu badan, Gak kuat sumpah deh. Apalagi bagian pinggang belakang aduh,nyeri ,keram,sakit,sakitnya jadi satu.
"pinggang nya sakit pasti ya? Aku pijitin ya biar legahan" kata putra sambil memijat belakang pinggang ku. Kok dia tau ya itu sakit?.
Jam sudah menunjukkan pukul 11 malam. Pembukaan ku ngestak di pembukaan 5. Pantas saja karena katanya panggul aku kecil. Jadi aku dirujuk ke rs lain untuk tindakan oprasi secar.
Aku yang sudah tak berdaya, tak kuat apa apa lagi , disupport putra. Aku sudah gak kuat jalan. Aku mencoba jalan naik ke mobil karena mau pindah rumah sakit. Tapi ternyata aku gak kuat lagi,badan ku lemas,sakit semua. Aku nyaris jatoh dan putra menangkap ku. Dia langsung menggendongku naik ke mobil. Sesampai di mobil aku baring di paha putra. Putra mengelus kepalaku dengan lembut.
"kuat yah,bentar lagi sampai kok. Dede,jangan persulit mama ya keluarnya. Kasihan mama kan " Ucap putra sambil mengelus kepala dan perutku. Aku cuma bisa nangis menahan sakit ini. Aku tidak ada mengeluh sakit sedikitpun. Aku hanya diam dan menangis.
Akhirnya sampai dirumah sakit tempat aku oprasi secar. Aku semakin tak berdaya. Putra mengangkat ku ke UGD, dan pergi mengurus dataku. Setelah itu aku dipasangkan infus dan dimasukkan keruang observasi. Sakitnya makin tak tertahankan lagi.
"Put,sakit banget ,gak kuat" keluh ku pertama kalinya sambil menangis.
"Jangan nangis Feb, namanya lahiran ya sakit,semua orang tau itu. Kamu dari tadi aku baikin aku lembutin malah jadi begini. Tahan bah ,sakit tu pasti lah!" kata putra dengan membentak. Sumpah, aku triger banget. Emosiku tak terkontrol tapi aku gak tau harus bagaimana. Aku gak sanggup, aku gak kuat buat ngapa ngapain lagi.
Waktu demi waktu, pembukaan demi pembukaan , rasanya seperti merenggut nyawa. Satu badanku semakin sakit,keringat tercucuran,badan terkulai lemas.
Tiba pukul 3 pagi, aku merasakan ada dorongan dari dalam perutku. Rasanya anakku seperti mendesak keluar,dan itu rasanya sakit banget. Aku butuh seseorang yang selalu ada di detik detik ini. Tapi apa? Putra malah tertidur pulas di sofa ruang observasi.
"Permisi pak?" seorang perawat memanggil putra karena untuk mengisi sebuah formulir. Tapi putra tak kunjung bangun.
"Permisi? Pak ? Bisa bangun sebentar? Ini mau isi formulir dulu pak sebelum secar nya dimulai"
...
Putra terduduk dan perawat itu menunggu putra mengisi kertas itu. Tapi ternyata putra baring dan tidur lagi. Perawat itu kesal dan mengambil air untuk siram putra. Putra berhasil bangun tapi marah.
"Ada apa ini? Kenapa saya di guyur begini?"tanya putra yang sedang marah.
"Pak, saya dari tadi banguni bapak tapi tidak bangun bangun, sudah bangun sudah duduk tapi tidur lagi. Bapak tolong isi ini dulu ya, nanti antar kertasnya kemeja penjaga didepan. Karena secar nya akan dimulai jam 8 pagi nanti. Jam setengah 8 saya kembali untuk ganti infus, pasang kateter,dan berikan suntikan lainnya seperti untuk mengosongkan perut,mengosongkan kantong kemih,dan lain sebagainya. Permisi ya pak" kata perawat itu .
Putra tampak kesal dan marah wajahnya ke aku. Salahku apa ya Tuhan? Putra mengisi kertas itu dan mengantarkan kertas itu ke perawat tadi.
07.46 pun tiba, seperti yang di katakan perawat itu, aku dipasangkan kateter dan disuntik pengosong perut dan yang lainnya. Aku temuntah akibat efek suntikan itu. Semua selesai terpasang dan akupun dibawa ke ruang oprasi.
Sesampai diruang oprasi,aku digantikan bajuku menjadi baju oprasi khusus oleh 2 orang perawat. Setelah selesai, aku dibawa ke tempat oprasinya. Ada lampu besar yang begitu terang, aku merasakan takut. Dan hanya 1 yang di pikiranku. Dimana putra? Kenapa dia tidak menemaniku oprasi? Aku hanya bersama seoranh dokter yang melakukan oprasi secarku dan ditemani perawat perawat lainnya.
Putra? Kemana kamu? Kenapa kamu tidak menemaniku berjuang disini? Ini proses lahirnya anak kamu put.
Tulang belakang aku disuntik bius.
Karena aku terisak isak menangis, aku disuntik bius tidur juga dan oprasi pun dimulai***
1 jam berlalu..
Anakku lahir pukul 09.12 ,Laki-laki,sehat,dan normal. Saat aku tersadar aku hanya melihat wajar kakak ku, dimana putra?
Aku dapat kabar dari kakak putara rupanya dia pergi dari rumah sakit untuk menemui si dea. Hatiku hancur banget disitu. Aku berjuang sendiri dan dia malah pergi bersama sidea. Tega kamu put!
Aku dan anakku dirawat 2 hari dirumah sakit. Aku dirumah sakit bersama kakak ku dan bunda putra. Kakakku dan bunda nya putra sibuk beradu mulut karena ingin membawa bayiku pulang bersamanya. Aku yang belum bisa apa apa hanya bisa menahan emosi. Bunda putra sibuk menimang bayiku. Tiba tiba ayu pun datang. Dia mengambil alih anakku. Dia gak sudi kalau anakku ada ditangan mereka. Anakku pun tidak jadi dibawa oleh mereka karena ayu dan kakakku bersatu menolak mereka. Karena, dimana mereka saat aku hamil? Aku tidak di tanggung jawabin. Bagaimana dengan biayaku? Mereka terima beres? Oh tidak! Anakku tetaplah bersamaku.
Putra menemani malamku dirumah sakit, aku disuruh belajar duduk dan berdiri sama perawat dan tentu saja dengan bantuan putra. Tapi tidak! Dia tidak membantuku sama sekali. Aku belajar duduk sendiri,belajar berdiri sendiri,belajar jalan sendiri. Bahkan ke toilet pun sendiri. Rasanya lebih baik aku sendiri saja disini. Putra hanya duduk disofa,makan,tidur, nonton tv.
Tiba dihari saatnya aku pulang. Aku sudah bisa jalan karena jerih payahku sendiri dsn Putra terlihat depresi karena bunda putra ngatakan..
"Tunggu nenek yah nak,ada rezeki nanti kita lamar ibu kamu,jadi kamu bisa tinggal bersama nenek"
"Gak perlu bun,buat apa aku dinikahkan cuman karena bunda mau anakku? Terus buat apa juga aku nikah tapi laki lakinya tidak mau? Mungkin aku bisa nerima dia, lantas bisakah dia nerima aku? Dia sosok imam nantinya, bagaimana kalau hatinya kemana mana? Apakah kami menjadi keluarga harmonis? Tidak!" ucapku sambil membentak dengan keadaanku yang belum pulih. Semua pun terdiam dan pergi meninggalkanku.
"Ayo pulang, aku disuruh antar kau pulang" kata putra.
"Gak usah. Aku pulang sendiri aja,percuma sama kamu tapi kamu gak ikhlas!"
Tapi aku tetap dipaksanya untuk bersamanya. Aku naik motor di bonceng putra. Dan anakku di bawa sama kakakku karena aku belum sanggup membawanya.
Sesampaiku dirumah, putra terlihat baik baik saja. Depan semua orang dia baik. Tapi di depan ku dia jahat!. Aku masuk ke kamarku bersama bayi mungilku. Aku menyimpun semua barang barangku dan putra menjaga anak kami. Tiba tiba hp ku yang berada di sampingku dan jauh daru putra ada notif pesan instagram dari akun putra masuk ke hp ku..
"Bi? Dimana? Aku tunggu dari tadi di rumah kamu, kok gak pulang pulang?"
....
KAMU SEDANG MEMBACA
Single mom
Non-FictionKisah seorang remaja bernama febry yang di lecehkan pacarnya yang bernama putra saat ia berumur 17 tahun.Tidak disangka saat dia bekerja,tiba tiba dia merasakan sakit perut luar biasa.Ternyata dia hamil. Febry merasa depresi dan trauma berat. Parahn...