00

107K 4.9K 630
                                    

Prolognya agak panjang ya, kalau di pisah menurut Flo jadi aneh 😅
Ya sudah, cus baca aja.

--------
---------------

Gideon atau akrab di sapa Deon terkenal sangat petakilan, dia sangat senang menganggu orang lain dan selalu tertawa paling keras saat orang lain tertimpa sial.

Tapi walau pun punya sifat petakilan, Deon punya cukup banyak teman. Dia banyak menghabiskan waktu bersama teman-temannya untuk sekedar pergi bermain menghabiskan masa remaja menuju dewasa.

Di usianya yang menginjak 22 tahun, Deon tergolong berkecukupan karena ayahnya seorang hakim dan ibunya pengacara.

Dia juga kuliah di kampus ternama.
Tapi sebuah musibah menimpa keluarga Deon dimana kedua orang tuanya bunuh diri akibat tersangkut kasus korupsi.

Hari itu hidup Deon benar-benar jatuh ke lembah paling dalam, seluruh harta di sita dan hanya menyisakan sedikit uang milik ayah Deon.

Deon di berhentikan secara hormat oleh kampus karena dia tak sanggup membayar uang kuliah. Satu persatu temannya mulai menjauh karena ternyata mereka dekat dengan Deon hanya karena Deon tergolong orang berada sebelum kedua orang tuanya meninggal tapi sekarang dia tak punya apa-apa.

Tapi dari semua teman-teman Deon, ada satu teman yang bersedia membantu Deon.

Dia menawarkan tempat tinggal dan pekerjaan di sebuah bar tapi bar satu ini berbeda karena Deon bekerja di gay bar.

Karena perlu uang jadi lah Deon bekerja disana, Deon awalnya merasa risih karena banyaknya pria-pria nakal yang dengan sengaja menyentuh tubuhnya tapi sekarang Deon jauh lebih berani setelah 3 bulan bekerja.

Dia bahkan berani memukul atau marah pada pelanggan yang bersikap tidak sopan padanya, pemilik bar kadang tertawa melihat tingkah Deon tapi hal itu lah yang menjadi daya tarik Deon, sifat petakilannya tak bisa hilang.

Dia kadang menggoda banyak pelanggan yang membuat mereka betah untuk mampir lagi.

"Hah.. " Deon menopang dagunya.

"Kenapa ?" Tanya teman Deon yang juga bekerja di bar itu.

".. tempat tinggal ku, harga sewanya naik lagi"

"Wah, padahal tempat itu paling murah.. aku perlu waktu seminggu mencarinya untuk mu" kata teman Deon bernama Willy.

"Ya, Hm..." Deon menatap Willy.
"..kamu enak masih bisa kuliah, apa papa gula mu masih orang yang sama ?" Tanya Deon.

Rona merah muda terlihat di kedua pipi Willy.
"Ehem, ya.. masih orang yang sama" jawab Willy.

"Ah.. " Deon membaringkan tubuhnya di atas meja karena mereka berdua tengah menghitung pendapatan bar di ujung ruangan.

Mata Deon bergerak melihat beberapa tamu yang datang hari ini.
".. hei Willy.. "

"Hm, kenapa ?" Jawab Willy.

"Apa yang kamu lakukan bersama papa gula mu untuk bisa mendapatkan uang ?"

"Ka-kamu bicara apa ? Kenapa mau tau masalah pribadi ku" Willy terlihat gugup.

"Aku mau punya uang lebih, beberapa pakaian ku sudah robek.. gaji di bar hanya cukup untuk bayar sewa tempat tinggal dan makan"
Kata Deon tanpa melihat Willy.

Willy merasa kasihan pada Deon karena saat mereka dulu masih punya banyak teman, Deon lah yang selalu membayar saat mereka bermain di luar tapi sekarang membeli pakaian pun Deon tidak punya uang.

Willy memainkan kertas.
"Kami banyak menghabiskan waktu bersama, kadang makan bahkan menemani dia liburan ke beberapa tempat.. " Deon mendengar apa yang Willy katakan.

Willy meremas pelan kertas di tangannya.
".. dan sex, itu syarat utama agar kamu bisa mendapatkan uang dari sugar Daddy mu"

"Hah.. " Deon menyandarkan tubuhnya di sandaran kursi.
".. apa sexnya mengairahkan ?"

"Huh ?" Wajah Willy memerah.
"Ke-kenapa kamu mau tau hal seperti itu ? Kamu bukan gay"

"Ya memang bukan tapi aku mau punya uang banyak, jadi beritahu aku.. apa sex dengan laki-laki itu membuat kamu bergairah ?"

Willy membuang muka.
"A-awalnya sakit tapi lama-lama aku sedikit ketagihan" kata Willy dengan suara pelan tapi masih bisa di dengar oleh Deon.

"Oke, sudah ku putus kan !" Deon berdiri dari posisi duduknya.

"Hah ?" Willy terlihat bingung.

Deon membentuk pistol dari tangannya lalu membidik beberapa orang yang ada di bar saat ini.

Dia mengarahkan jarinya tepat pada seseorang yang saat ini tengah duduk sendiri menikmati minumannya.

"Ketemu !"  Deon melangkahkan kakinya menjauh dari Willy.

"Eh.. apa yang ketemu ? Hei Deon!!"

Deon terus berjalan bahkan mengabaikan beberapa tamu yang menyapanya.

Deon mengambil gelas.

Cling!
Deon menyatukan gelasnya dengan gelas pria ini lalu duduk di hadapannya.

"Boleh ku temani minum ?" Tanya Deon dengan senyuman lebar.

Orang tadi menatap Deon lalu menuangkan minuman miliknya di gelas Deon.
"Silahkan" katanya dengan wajah dingin.

Glup.
Deon menelan salivanya berat.

'Apa ini ? Auranya sangat mendominasi.. tapi,." Deon melihat pakaian pria ini.

'.. semuanya bermerek, ya sudah..siapa perduli !'

Deon langsung meminum minuman yang pria tadi berikan.
"Ugh.. alkoholnya sangat kuat" kata Deon, wajahnya terasa panas.

Pria tadi menatap Deon.

"Tenang saja, aku kuat minum! Hehe"

Pria tadi terlihat tidak perduli, dia meminum sisa di gelasnya. Selang beberapa menit, seseorang masuk lalu berjalan kearah Deon dan pria ini.

"Bos, kita harus pergi sekarang" kata orang yang baru datang tadi.

"Hm," jawabnya singkat.

Saat pria tadi mau pergi.

Grep!
Deon menarik jaket pria asing ini.

"Berikan aku nomor mu ! Aku perlu papa gula !" Kata Deon yang berhasil membuat beberapa orang menatap kearah Deon.

"Hah ? Hei ! Jangan bicara-" Pria tadi langsung menahan tangan orang yang tadi memanggilnya.

"Bawa dia" perintahnya.

"Huh ? Hah.. uah!" Tanpa aba-aba, bawahan pria tadi langsung mengendong Deon di pundaknya.

"Hei ! Mau kalian bawa kemana Deon ?!" Willy mencoba menahan orang yang mengendong Deon tapi dia langsung berbalik menatap Willy.

Dia juga mengeluarkan kartu namanya.
"Kalau kamu merasa khawatir, hubungi saja nomor ini.. kami buru-buru, sampai jumpa lagi"

Deon tersenyum lalu melambaikan tangannya pada Willy.
"Dah Willy.. aku dapat papa gula" kata Deon yang memang tengah mabuk saat ini.

Willy tersenyum kaku.
"Deon kamu benar-benar aneh.."

Willy melihat kartu nama yang orang tadi berikan.
".. ah, sekretaris Ef.. apa bacaannya ?" Willy membalik kartu nama tadi.

"...oh, Efron Company"

Deg!

"Hah ?! HAH!!" Willy terlihat syok saat tau dari mana pria tadi berasal.

"Deon.. papa gulanya mu cukup berbahaya" kata Willy tersenyum penuh kengerian.

.
.

Bersambung ...

(Tamat E-Book) Dolla Bills (BL 21+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang