27 | CYSWIS

571 83 74
                                    

//Terkadang kamu tidak bisa menjelaskan apa yang kamu lihat pada diri seseorang. itu hanya cara mereka membawamu ke tempat di mana tidak ada orang lain yang bisa"

.

.

.

_________________

****

Di sini akhirnya mereka pergi, melihat pemandangan lurus ke depan, di seberang kaca burung besi itu, ada langit biru yang sebenarnya tidak pernah benar-benar biru, dibaliknya masih tersimpan banyak badai yang tersisa, metafora masa depan yang menanti diujung jalan mereka.

Kehidupan tidak pernah menemui akhir, hanya sebuah siklus yang berulang, ketika sedih berakhir kebahagiaan akan menjemput, lalu ketika kebahagiaan telah kehabisan waktu, kesedihan mu akan mengetuk pintu kembali.

Metamorfosis hidup yang menganggu, setidaknya untuk kembali.

Keberangkatan pertama pesawat Air India Express telah dilakukan, sekarang hanya menunggu waktu yang akan bergulir sedikit lebih cepat. Dengan tatapan mata sayu khas nya, Jisoo meratapi cahaya kota New Delhi di waktu fajar itu untuk terakhir kali.

Sebuah kota yang indah, walau dibaliknya menyimpan banyak kisah sedih untuk diceritakan. Mirip langit biru itu.

Saat pertama kali datang, dia pikir dia tidak akan menemukan apapun, namun semuanya berubah, sudut pandangannya, cara wanita itu menatap dunia, semuanya berubah menjadi perasaan menyiksa yang menusuk-nusuk. Banyak keraguan yang muncul, warna dunia menjadi sangat monokrom dimatanya.

Walau menyiksa bersama keraguan yang sebesar lautan, dia harus tetap melanjutkan hidup, pelajaran yang bisa diambil dari sebuah penderitaan adalah tetap bertahan dan melihat hal indah apa yang menanti diujung jalan.

Setidaknya dia, semakin memiliki banyak alasan untuk melanjutkan hidup. Dunia tidak benar-benar akan berhenti, hanya akan berhenti ketika kau akhirnya memilih untuk berhenti.

"Stth...Jis, Jisoo...Jis..."

Sebuah panggilan pelan mengusik ketenangan Jisoo, suaranya berasal dari seberang kiri kursi yang dia duduki. Seulgi memanggilnya, wanita itu nampak sedang sedikit kesusahan disana.

Tanpa balasan suara, Jisoo hanya menolehkan kepala pelan kearahnya, menunggu apa yang wanita itu minta. "Apa kau punya earphone? Milikku hilang entah kemana" ucapnya sangat pelan, takut membuat gaduh ruangan kelas ekonomi premium itu yang begitu tenang.

"Si bantet ini mendekur keras saat tidur, bagaimana bisa aku tenang coba" padahal Jisoo tidak meminta alasan, tapi Seulgi terus mengoceh dengan wajah yang kusut.

Mendengarnya Jisoo hanya mengangguk singkat, dan mulai mencari benda yang diminta Seulgi itu dalam tas kecilnya. Butuh beberapa waktu sampai akhirnya dia menemukan, lalu tanpa permisi melewati tubuh Taehyung untuk memberikannya pada Seulgi yang ada di seberang kiri kursi laki-laki itu.

Taehyung duduk diantara mereka berdua, dan dia nampak sedikit terganggu.

"Kau keberatan?" tanya Jisoo datar, memberi isyarat Taehyung untuk sediki memberikan ruang. Laki-laki itu hanya menghelah nafas pelan, memundurkan tubuhnya sedikit kebelakang dan mulai kembali mengabaikannya.

Can You Saw What I See ✔ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang