"Kau akan terus hidup, karena kau mencintai dirimu sendiri"
.
.
.
_____________________
****
Sore yang mendung, setelah terus mendapati kenyataan gila yang datang bertubi layaknya ribuan bintang jatuh, mereka berempat memutuskan untuk berhenti sejenak, berdiam diri didalam rumah lusuh berdindingkan papan kayu tak kokoh, dan beralaskan semen yang dingin itu sepertinya bukan pilihan yang buruk.
"Jis, coba kau rasa dulu" Seulgi menyodorkan sebuah sendok makan kepada Jisoo yang duduk tenang, tengah membaca sesuatu.
"Tunggu, kau sudah masukan santan kentalnya belum?" tanya Jisoo dengan ekpresi wajah serius setengah antisipasi.
"Hm? Pakai santan kental juga? Bukannya santan yang cair juga sudah cukup?"
Dengan pergerakan tangan yang cepat, Seulgi merebut buku yang tengah Jisoo baca itu. "Jis, kenapa tidak bilang kalau pakai santan kental juga?!" dan ekpresi wajah Seulgi juga sudah berubah, perasaan kesal ditambahkan sedikit cemas mulai dia tampakkan.
"Kau kan tidak tanya" jawab Jisoo santai, dia merebut kembali buku yang berjudul 100 resep masakan India dari tangan Seulgi itu.
Tubuh Seulgi diam ditempat, matanya sesekali beralih pada panci besar diatas tungku yang tengah membara tidak jauh darinya, dan sesekali juga masih memandangi buku yang tengah Jisoo baca.
"Kukira kau pintar memasak Jis, aku sedikit kecewa huh"
Ucap terakhir Seulgi sebelum dirinya bergerak kembali menuju panci diatas bara api tempat dia tengah memasak sesuatu. Mulutnya tidak berhenti mencicipi hasil dari masakannya dengan sendok, beberapa kali terdiam, merenungi rasa yang menurutnya cukup tidak dia kenali.
"Kau kira aku punya restoran bintang lima apa? Bisa memasak kari yang terbilang memang susah dimasak" balas Jisoo, matanya menatap Seulgi heran.
"ya setidaknya kau beri aku solusi Jis dengan otak encermu itu, masakanku ini bagaimana kelanjutan ceritanya?"
Seulgi merengek pelan, gagal sudah masakan yang susah-susah dia masak sepenuh hati. Dengan segenap jiwa raganya, sampai wanita itu rela wajahnya memerah menahan panas dari bara api kayu, yang memang adalah satu-satunya alat untuk memasak dirumah keluarga Amit itu.
Jisoo terkekeh pelan sebelum kembali bersuara "Salah siapa yang dengan bangganya bilang kalau bisa memasak kari?"
"Kau lihat sendiri kan Jis, wajah Amit saat aku bilang bisa memasak kari, makanan yang selalu dia inginkan itu. Bagaimana bisa aku menolaknya?" masih dengan rengekan yang sama, Seulgi berjalan kembali kearah tempat Jisoo sedang duduk, menghelah nafas sebelum ikut duduk juga disamping Jisoo.
Merutuki ketidakmampuannya melakukan satu hal pun dengan benar.
Namun, bagaimanapun itu, sejahat-jahatnya mulut Seulgi jika sedang marah atau kesal, dia tetap tidak akan sanggup menolak keinginan seorang anak kecil yang meminta sesuatu yang sederhana, seperti halnya kari, sangat sederhana namun juga mungkin sangat berarti.
Entah diwaktu yang kapan, Amit pernah bercerita jika dia pernah memakan kari pemberian dari pamannya. Walau cuma beberapa sendok, dia bilang itu adalah makanan terenak yang pernah dia makan selama hidupnya.
Tentu saja saat mendengarnya hati Seulgi seperti tertusuk puluhan jarum, karena dia bisa makan makanan apapun yang dia mau. Sedangkan Amit atau bahkan mungkin jutaan manusia lain di luar sana, tak pernah diberi kesempatan untuk merasakannya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Can You Saw What I See ✔
Aventura[ACTION] ● [BLACKPINK JISOO X BTS V] Melihat yang tidak dapat dilihat orang lain adalah keahlian kita. Sekaligus bisa membuat kita hancur tak bersisa. Kami akan membawamu kedunia yang baru, dimana hanya ada tangis dan rintih yang tersisa. Jadi, bisa...