Chaptee 09

416 95 8
                                    

09. CEMBURU KECIL

________

"Hai," sapa Rifqi. Pria itu datang kembali mendekati Aina, padahal Aina sudah berusaha menjauh karna ia tak ingin banyak orang menghujatnya yang bukan-bukan.

Aina hanya membalasnya dengan senyuman saja, kemudian ia melanjutkan kembali menulis PR-nya karna tak sempat di kerjakan di rumah. Di kelas Aina sendirian, sebab ia sengaja datang sepagi mungkin agar bisa mengerjakan tugas. Ia tak menyangka jika Rifqi juga datang di pagi hari, sebab yang ia tahu kan pria itu terkenal nakal.

"Balik sekolah, gue anterin pulang ya?" tawarnya.

"Hah? Gak usah. Eh, maksud gue, jangan. Gue bi-biasa pulang sendiri kok" akan sangat gawat jika Rifqi mengatarnya pulang, karna nanti pasti ia akan mengetahui soal Bintang dan juga Andra.

Rifqi hanya menanggapi dengan senyuman, kemudian ia mengeluarkan kotak yang kemudian ia simpan tepat di hadapan Aina. "Apa ini?" tanya Aina bingung, tapi kotak tersebut bertulisan Vivo X60 Pro. Mata Aina terbelalak, yang benar saja jika pria itu memberikannya hape semahal ini?

"Buat lo. Biar gampang kita kontekan,"

"Tapi.."

"Gak baik loh Ai nolak rezeki"

"Rifqi ini terlalu berlebihan, gue emang punya hape tapi hape gue rusak sebenernya waktu itu---"

"Iya gue tau, lo gak berani kasih nomer hape karna takut cewek-cewek yang suka sama gue ngehujat lo yang enggak-enggak kan? Tenang aja kali, ini hidup gue, gue berhak nentuin siapa yang pantes buat gue. Plis, terima hape itu ya?"

Aina mengangguk ragu, "Makasih ya"

"Sama-sama" Rifqi menyentuh puncak kepala Aina, "Gue pergi dulu. Belajar yang bener" Aina tersenyum manis.

Tak lama beberapa murid baru saja masuk kelas, untung saja Dessy belum datang, karna jika temannya itu datang pasti akan heboh sekali.

Aina menyimpan ponsel itu dalam tas-nya, dan tanpa sepengetahuannya di hape tersebut sudah tercantum nomer whatsapp Rifqi.

°°°°

Rifqi benar-benar mengantar Aina pulang, tadinya ia mau mampir tapi Aina bilang ada abangnya di dalam sana. Ya, Aina menganggap Andra sebagai abangnya pada Rifqi. Sebab tidak mungkinkan jika ia mengatakan bahwa Andra suaminya? Bisa-bisa geger satu sekolah.

"Gue balik ya, besok pagi gue jemput" ucapnya.

"Eh gak us--"

"Jangan suka nolak Ai, gue gak suka penolakan" Aina kemudian mengangguk kecil. Ia segera membuka pintu mobil dan keluar dari sana. Setelah Rifqi melajukan mobilnya baru'lah Aina hendak masuk ke dalam kontrakan.

Di depan teras sudah ada Andra yang duduk disana, sejak tadi pria itu memang duduk sambil ngopi santai karna Bintang sedang tidur siang dengan lelapnya.

"Bintang mana?" tanya Aina.

"Dalem"

Entah mengapa Aina merasa ada yang beda dari Andra, pria itu nampak keliatan cuek sekali hari ini. "Udah lo kasih susu? Pempersnya udah di ganti?"

"Udah"

Kenapa si ni orang, gak jelas banget sikapnya!

Gadis itu hendak melangkah masuk, namun langkahnya terhenti saat Andra bertanya. "Di anter siapa tadi?"

"Temen, kenapa?"

"Cowok?"

"Iya" Andra hanya mengangguk saja. Meskipun ia sendiri tak mengerti mengapa hatinya terasa perih.

Sebenarnya Andra sudah membelikan Aina hape, meskipun bekas. Ia menaruhnya di atas meja yang ada di kamar.

Diam-diam Andra membututi Aina menuju kamar, ia ingin tahu reaksi gadis itu bagaimana.

Aina menyimpan tasnya ke atas kasur, kemudian ia mengambil sesuatu disana. Ia tersenyum di kala melihat handphone baru dengan merek waw, dan pasti mahal, itu pemberian dari Rifqi.

Andra mengernyit bingung, hape siapa yang Aina pegang?

"Rifqi baik banget sih" ucapnya berbangga ria.

Oh dari cowok tadi. Sia-sia kayanya gue beliin hape, dia bakalan lebih milih yang mahal daripada yang bekas.

Aina menoleh ke arah meja, "Hape siapa itu?" Ia mengambilnya, lalu membandingkan dengan ponselnya. "Bagusan juga hape dari Rifqi, butut banget hapenya si Andra!" monolognya.

"Jadi bagusan yang dari cowok itu?" Andra masuk tiba-tiba.

"Lo? Sejak kapan lo masuk tiba-tiba gitu? Kaya setan! Jangan-jangan lo nguping dari tadi? Oh iya, ni hape butut lo!" Aina menyodorkannya pada pria itu.

Ada rasa nyesek yang Andra rasakan. Padahal ia membelikan hape itu susah payah berhutang pada Aldo karna dirinya belum gajian, tapi dengan mudahnya gadis itu membandingkan dengan hape mahal pemberian pria lain.

Ya, Andra tahu diri bahwa pernikahan ini hanyalah keterpaksaan, tapi bukankah pernikahan ini tetap SAH di mata agama dan hukum? Lantas apakah Andra tak berhak melarang Aina bersama pria lain?

Andra mengambil ponsel itu, dan kemudian ia segera keluar kamar.

"Dasar aneh!" gumam Aina. Ia kemudian mengotak-atik ponsel yang di berikan Rifqi. "Wih udah lengkap ada banyak aplikasinya. Coba ah buka WA" Aina melirik pada pesan whatsapp dan disitu ada chat dari nama kontak Rifqi ganteng❤️ , Aina sempat melohok dengan emot love tersebut, tapi karna ponsel itu pemberian Rifqi, maka ia tak berani mengganti nama kontak sang pemberi.

Hapenya jangan di pake buat save nomer cowoklain selain gue ya😃

Thanks ya qi. Lo baik banget.

Sama-sama sayang.

Aina sempat terkejut dengan kata sayang dari pesan chat itu. Ada rasa senang, ada pula rasa takut. Yang ia takuti, adanya gadis-gadis yang nanti meneror dirinya jika mereka tahu bahwa Rifqi dekat dengannya.

Jika benar Rifqi tertarik padanya, lalu bagaimana dengan Andra? Bagaimanapun pernikahan yang mereka jalani itu SAH bukan?

Bintang menangis, dan Aina segera menggendongnya, membiarkan ponselnya tergeletak di atas kasur.

Ia hendak memanggil Andra untuk menggendong sementara Bintang karna ia belum berganti baju, tapi rupanya Andra sudah pergi bekerja. Tumben sekali pria itu tak mengajak bicara, biasanya baik sebelum dan sesudah bekerja ada saja tingkahlaku'nya yang menjengkelkan.

Merasa ada keanehan dari diri Andra, lantas membuat Aina merasa sedikit kehilangan sosok menyebalkan itu.

'Ck! Apaan si gue. Ngapain gue harus mikirin si kampret! Bodoamat dah mau kaya gimana sikapnya sama gue, emang gue pikirin apa!'

Weird Wedding ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang