20 - Misteri Terpecahkan

8.7K 983 76
                                    

Malam itu juga, sebuah linggis besi mencungkil beberapa lantai keramik disudut ruang depan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Malam itu juga, sebuah linggis besi mencungkil beberapa lantai keramik disudut ruang depan. Ayah beserta kedua anak laki-lakinya memperhatikan, sedangkan Rara menemani mamanya di kamar. Namun, keramik itu sulit sekali dibuka. Sudah beberapa orang secara bergantian mencoba membuka keramik itu, tapi sedikit pun tidak ada tanda-tanda positif.

Awalnya mereka menggunakan pisau scrab untuk membuka keramik, karena keras mereka beralih menggunakan linggis yang dirasa lebih kuat. Para warga sudah lelah, berkeringat dan nafasnya tak karuan. Pak Ustad merasakan ada yang aneh. Lapisan semen yang mengelilingi ubin sudah terlepas dengan rapi menggunakan gerinda, tapi ubin itu tetap saja sulit dilpas.Sesuatu hal yang aneh bagi mereka.

“Gimana ini Pak Kiai?” tanya Pak Ustad yang berdiri di samping pria bersurban itu.

“Sambil sholawat,” jawabnya pelan.

Pak Ustad mengangguk. “Bapak-bapak semuanya, sambil menunggu lantainya dibuka. Kita jangan diem aja, kita iringi dengan sholawat. Kita minta sama Allah supaya diberikan jalan dan dipermudah untuk menyelesaikan semuanya,” kata Pak Ustad.

Para warga lalu mulai bersuara, lantunan sholawat merdu dari Pak Ustad terdengar. Diikuti oleh para warga di belakangnya. Sementara satu orang kembali berusaha membuka keramik dengan linggisnya. Sampai akhirnya, tak butuh beberapa lama lantai itu berhasil terlepas. Keajaiban benar-benar terjadi.

Menyisakan sebuah semen yang sudah mengeras. Orang itu kemudian mengambil sebuah pahat beton yang biasa digunakan untuk menghancurkan dinding. Ia tempelkan ujung besi itu ke lantai yang sudah dibuka. Kemudian ia pukul bagian atas besi dengan palu. Perlahan hentakan dari besi itu mulai mengikis semen-semen beku tersebut.

Pelan namun pasti, setelah beberapa menit lantai itu pun terbongkar sempurna. Hingga menyisakan tanah di bawahnya. Tanah itu pun langsung diserbu beberapa warga, bersama-sama mereka menggali dengan alat yang yang ada di tangannya. Rata-rata memakai sendok semen.

Pekerjaan itu terasa ringan bila dikerjakan bersama. Baju mereka mulai kotor dengan tanah. Tapi mereka tak peduli, mereka terus mengikuti arahan dari Pak Ustad dan Pak Kiai. Sampai salah seorang warga mulai menunjukkan gelagat aneh.

“Stop!” ujarnya yang sontak membuat warga lainnya berhenti menggali. “Kalian liat tuh!” tangannya menunjuk sebuah benda kecil yang terkubur dengan tanah. Mata para warga lalu mengarah ke benda misterius tersebut.

“Iya, iya. Oh iya!” Warga pun mulai heboh.

“Jangan! Ingat pesan saya, pemilik rumah yang berhak mengambilnya,” kata Pak Kiai. Matanya lalu memandang ke arah ayah yang berdiri tak jauh darinya. “Silahkan,” ucap Pak Kiai.

Ayah berjalan mendekat ke lubang galian para warga. Hanya sekitar dua puluh sentimeter mereka menggali. Para warga menyingkir, membiarkan ayah mendekat dan mengambil sendiri benda tersebut. Ia lalu berlutut di depan lubang itu, tangannya masuk ke dalam dan mengambil sebuah benda kecil di sana.

7 Malam Setelah Nenek Meninggal (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang