16. Hari terakhir.

472 55 5
                                    

Semuanya memeluk Jin Ling dengan sangat erat, karena tidak mungkin mereka bisa bertemu kembali.

"Yuan-ge, Li-ge, Zizhen, maaf ya kalau terkadang aku menyebalkan."

Ouyang Zizhen melengkungkan bibirnya ke bawah. "Kau! Kau! HUAAAAAA. Hanya mereka berdua yang dipanggil gege, tapi tidak apa, berarti kita sangat akrab. Aku sayang padamu, jangan lupakan aku ya, makan yang benar, disana tidak ada makanan yang seenak dibuat istriku tapi kau harus tetap makan ya!"

Jin Ling menepuk-nepuk pundak Ouyang Zizhen. "Terimakasih, aku juga sayang istrimu."

"Jin Ling!" Rengeknya tidak terima.

"A-Ling, k– kami akan ikut menunggumu sampai tengah malam!"

"Yuan-ge... Terimakasih."

Lan Jingyi melipat tangannya di depan dada. "Jangan terlalu dramatis, bukannya dia akan pergi perang atau semacamnya. Dia hanya pulang ke asalnya," ketus Lan Jingyi.

Ouyang Zizhen menyenggol bahu Lan Jingyi, "Kau pikir aku tidak tahu, kalau dirimu sebenarnya juga sedih?"

"Buat apa aku sedih, dia mau kembali ke asalnya, kita semua harusnya senang kan?" Setelah mengatakan itu, Lan Jingyi pergi entah kemana.

Lan Sizhui tersenyum pasrah pada Jin Ling. Sisa waktu menuju tengah malam mereka habiskan untuk bercerita satu sama lain. Lan Jingyi juga telah kembali dengan matanya yang sembab. Mereka pura pura tidak tahu saja.

Tengah malam tiba, ketiga pemuda itu memperhatikan Jin Ling yang melayang di udara, berjaga-jaga siapa tahu dia tiba-tiba jatuh.

Jin Ling mulai tak sadarkan diri. Dirinya telah tiba di tempat dimana dia bertemu Jin Ling yang lain.

Jin Ling yang lain berdiri di depannya, memeluknya dan mengucapkan terimakasih. "Maaf, membuatmu menderita. Sekarang kembali lah."

Kepalanya seperti ditimpah sesuatu, sangat berat dan rasanya ingin muntah. Terbangun dari tidurnya Jin Ling lari ke arah mandi untuk muntah dan kemudian memperhatikan cermin. Dirinya sudah kembali!

Setelah kembali Jin Ling juga memeluk semua orang dan mengucapkan bahwa dirinya sayang pada mereka.

Menjalani hari-harinya yang biasa walau terkadang merasa aneh karena beberapa bulan ini dia terbiasa menggunakan pedang terbang bukan mobil. Tapi itu tidak masalahnya. Masalahnya ada dibuku yang ditulis Jin Ling yang lain.

Jin Ling yang lain menuliskan apa saja yang terjadi di rumah. Mengungkapkan rasa irinya, rasa syukurnya dan semua yang dia rasakan berada di dunia ini. Membacanya membuat Jin Ling sesak tapi mau gimana lagi, dia memang tidak ditakdirkan hidup disini.

Dan sejujurnya Jin Ling ingin mengucapkan terimakasih juga kepada dirinya yang lain, karena dia mendapat banyak pelajaran tinggal di dunianya.

Terimakasih Jin Ling. Aku harap kau bahagia selalu disana.

Jin Ling Reborn: Such A WeirdoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang