06. Rindu.

566 85 1
                                    

Pulang dari perburuan malam, Jin Ling terus melatih kemampuan pedangnya dan terus mengecek kondisi kesehatannya.

Jiang Cheng menatap tabib yang memeriksa Jin Ling, sang tabib menggelengkan kepalanya. Jin Ling tidak paham apa yang mereka lakukan jadi dia diam saja.

"Halo, Zizhen," sapa Jin Ling.

Akhir-akhir ini dia sering mengunjungi Jin Ling. Sebagai teman yang baik tentu saja Jin Ling menyambut kedatangannya, tidak mungkin diusirkan.

Ouyang Zizhen duduk di sebelahnya dan menghela nafas berat. "Kau kenapa?"

"Ayah menyuruh ku untuk menikah lagi, aku sudah bilang tidak mau! Kau tahu apa!? Calon istriku akan datang tiga hari lagi! Tiga hari lagi!" curhatnya.

"Ya coba saja dulu."

"Bayangkan saja kau yang disuruh menikah!"

"Aku tidak bisa membayangkan diriku dalam pernikahan, sabar ya Zizhen aku tidak bisa apa-apa soal masalahmu."

Umur Jin Ling dan Ouyang Zizhen berbeda 4 tahun, tapi di dunianya yang dulu dia selalu memanggil Ouyang Zizhen dengan namanya saja.

Jadi disini dia juga memanggilnya begitu.

"Temani aku jalan-jalan yuk!"

Jin Ling memutar bola matanya, malas. "Tidak, aku lelah."

"Masa ketua sekte bisa lelah sih, ayo lah! Aku mohon!"

Jin Ling berjalan sambil terus menempelkan keningnya pada punggung Ouyang Zizhen.

"Memalukan."

"Ini tidak memalukan, siapa suruh kau memaksaku ikut denganmu," elak Jin Ling.

"Hei! Jin-brengsek-Ling!" kata bocah dengan pakaian yang sama sepertinya, walau kelihatan lebih murah.

"Zizhen, dia siapa?" bisiknya.

"Aku pun tak tau."

Ouyang Zizhen berdiri di depan Jin Ling dan menatap remeh bocah pendek di depannya. "Kau siapa?"

"Tanya saja sama bajingan di belakangmu."

Jin Ling yang merasa kesal pun menggeser Ouyang Zizhen dan berteriak, "Aku bukan bajingan! Dan satu-satunya bajingan disini adalah kau! Tiba-tiba datang dan menghina ku, kau pikir itu pantas dilakukan!?"

Jin Ling menatap bocah itu tajam.

Bocah itu tidak bisa berkata apa-apa lagi dan Jin Ling yakin ketahanan psikologis bocah itu tidak akan kuat dihadapkan dengan tekanan seperti ini.

"Lebih baik kau pergi, aku sama sekali tidak mengenalmu," tegasnya dengan nada dingin.

Jin Ling menarik Ouyang Zizhen untuk pergi sedangkan bocah itu masih terpaku ditempat nya.

Kini mereka sedang duduk di sebuah kedai arak.

Ouyang Zizhen menatapnya dengan tatapan berbinar lalu mengacungkan kedua jempolnya. "Hebat."

"Omong kosong," katanya sambil terkekeh kecil.

Jin Ling menghela nafas berat lalu menangkup kedua wajahnya.

Entah apa yang diperbuat pemilik tubuh ini sampai dipanggil seperti itu.

"Kau yakin tidak ingin arak ini?" tawarnya sambil mengulurkan arak.

Jin Ling mendorong arak di depannya dengan pelan dan menggelengkan kepala. "Tidak. Mungkin lain kali, aku sedang tidak ingin."

Di dunianya yang dulu dia juga belum pernah mencoba arak dan semacamnya walau Wei Wuxian memaksa dia akan tetap menolak.

Karena saat pertama kali melihat Lan Jingyi mabuk, dia trauma, dia takut akan melakukan hal memalukan sepertinya.

Setelah Ouyang Zizhen puas dengan araknya, mereka kembali dan Ouyang Zizhen tentu saja menginap.

Katanya; "kenang-kenangan sebelum melepas masa lajang." Ini bukan seperti dia akan benar-benar menikahi gadis yang akan dikenalkan ayahnya itu kan?

Beberapa hari kemudian, ketika dia melihat orang-orang sedang melatih pedangnya dia menghampiri seorang tetua dan bertanya.

"Tuan, siapa itu yang pakaiannya kelihatan mur– eh maksud saya yang berlatih pedang dengan tangan kirinya?" sambil menunjuk bocah yang menghina nya kemarin.

"Oh, Jin Chan, dia anak tetua Jin Zhao. Ketua sekte Jin ada masalah dengannya?"

"Tidak, tidak ada... hanya bertanya, terimakasih."

Jin Ling pergi begitu saja setelah bertanya dan mengambil pedangnya, untuk bertahan hidup disini dia harus bisa menggunakan pedang sialan ini!

Oke, dia tidak sanggup lagi. Dia lelah! Pedang sialan ini membuatnya menghabiskan banyak tenaga.

Ingin mati saja.

Eh, mungkin saja dia telah mati dan ini kehidupan keduanya.

Tidak, itu mustahil. Kehidupan kedua harusnya dimulai dari bayi bukan tiba-tiba jadi orang berusia sembilan belas tahun!

Jin Ling menghela nafas berat lalu menumpu bobot tubuhnya pada pedangnya.

"Ini melelahkan, kalau kutusuk diriku dengan pedang ini apa aku akan kembali lagi ke dunia asalku?" katanya dengan suara bergetar.

"Pengin ketemu mama, papa." Matanya mulai memanas dan dia merasa pandangannya merabun.

"Disini juga tidak ada paman a-Yao." Cairan bening dari matanya turun dari mata kiri.

"Aku rindu ke sekolah!" teriaknya dengan suara serak, tangisnya pecah, dia tidak sanggup lagi. "Aku ingin pulang! Mama! Papa!"

Orang yang melihatnya menangis meraung-raung seperti ini pasti akan mengira kalau pamannya akan benar-benar mematahkan kakinya seperti yang selalu dia katakan selama ini.

Jin Ling Reborn: Such A WeirdoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang