Legitimate

457 52 25
                                    


Author pov

Dua jam telah berlalu. Gadis yang bernama Alisya Selfi Pandhita telah resmi menjadi istri dari seorang Abian Fauzul Ananta.
Akad nikah yang disaksikan ratusan orang yang di dalamnya, semuanya adalah orang terdekat mereka. Mulai dari keluarga, saudara dan beberapa rekan kerja yang dekat dengan mereka.

Kini sudah tiga puluh menit berlalu sejak mereka tiba di gedung resepsi pernikahan mereka. Tamu-tamu undangan terlihat sudah memenuhi area resepsi pernikahan. Ada seribu tamu undangan, tidak banyak memang karena semuanya memang orang-orang pilihan dari kedua orang tua mereka.

Para orang tua sudah duduk di tempat masing-masing begitu pula dengan pengantinnya. Mereka duduk disana setelah melakukan beberapa prosesi pernikahan.

Tak lupa para wartawan dan awak media lainnya pun turut ikut hadir di dalam acara tersebut

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Tak lupa para wartawan dan awak media lainnya pun turut ikut hadir di dalam acara tersebut. Sejak pengantin itu memasuki area resepsi, mereka semua sudah heboh dengan kilatan kamera mereka yang entah apa yang mereka potret hingga kilatan itu tak kunjung padam.

"Saya tidak menyangka. Sudah ada pilihan, tapi kau dengan bodohnya menolak pilihan itu. Saya tidak tau apa yang ada di dalam otak kecil kau itu. Sehingga kau dengan beraninya mempertaruhkan segalanya" Selfi mendengar gumaman yang sangat pelan itu karena pada dasarnya suara itu tidak bukan adalah suara suaminya sendiri. Fauzul.

Selfi menoleh pada Fauzul menatapnya beberapa detik lalu menghela nafas lirih seraya memberikan senyum lembut dan tulusnya pada sang suami.

"Memang benar, mungkin selfi mempertaruhkan segalanya untuk pernikahan ini. tapi selfi yakin orang tua selfi tidak mungkin salah telah mempertaruhkan sesuatu yang berharga untuk putri mereka" Fauzul menoleh menatap lekat istrinya dan saat ia akan menjawab selfi pun kembali berbicara.

"Kebahagiaan.. bukankah kak fauzul bilang waktu itu? kalau selfi tidak akan pernah mendapatkan kebahagiaan itu jika selfi menikah dengan kaka?. . ."

". . . Jika memang benar itu adanya. maka selfi ikhlas asalkan orang tua selfi mendapatkan kebahagiaan yang mereka inginkan. menikah dengan seseorang, pilihan mereka. munafik jika selfi tidak menginginkan kebahagiaan itu. tapi selfi hanya bisa berdoa semoga selfi bisa menjadi istri seperti yang kaka harapkan. . ."
Selfi menoleh ke depan menatap lurus pada tamu yang terus berdatangan sesekali ia memberikan senyumannya pada mereka. Sedangkan Fauzul masih menatap lekat istrinya.

". . . Walaupun selfi tau kaka bahkan sangat membenci selfi sekarang, kan? tidak apa. karna bagi selfi ketika kaka sudah berjabat tangan dengan papa dan semua orang dengan serentak mengucapkan, sah. detik itu juga selfi akan serahkan semuanya pada kaka. terserah kaka mau melakukan apapun pada selfi. kaka mau marah. kaka mau bentak selfi seperti waktu itu? silahkan, selfi akan terima. . ."
Fauzul mengerutkan keningnya dan semakin menatap dalam pada selfi saat mendengar kata bentak yang ia rasa ia tidak pernah membentak seseorang, apalagi gadis disampingnya itu yang kini sudah menjadi istrinya.

My cold Husband Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang