Istana Yiling

4.9K 622 54
                                    

☘  ☘  ☘

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

☘  ☘  ☘


"Jadi bagaimana, Nona Wei?" tanya Lan Xichen dengan ketenangan yang mengagumkan.

Berpikir sebentar lagi akhirnya Wei Wuxian menjawab, "Baiklah, tapi aku perlu pulang untuk memberitahu ayahku dulu."

"Oh, tentu saja," jawab Xichen. "Betapa bodohnya aku. Aku lupa kalau Anda mempunyai orangtua yang sakit di rumah. Anda pasti akan sangat mengkhawatirkan mereka. Jangan cemas, Nona Wei, aku akan menemani Anda ke rumah dan menjelaskan kepada orangtua Anda. Aku juga akan membawa beberapa orang yang akan menggantikan Anda merawat mereka. Aku jamin bahwa mereka akan baik-baik saja meski Anda meninggalkannya."

Tak menyangka akan mendengar kalimat seperti itu, Wei Wuxian mulai panik. "Ng ... tidak usah. Ayahku itu benci pada orang luar. Lagipula sakit ayahku tidak terlalu parah. Dia sudah akan sembuh, kok." Tawanya dengan hambar.

Namun, Lan Xichen masih merasa tidak enak. "Tapi setidaknya biarkan aku memberitahu bahwa Anda ikut dengan kami karena punya tugas khusus dan mungkin akan lama."

"Jangan! Ayahku itu punya penyakit yang menular. Sebaiknya Anda menghindarinya, Tuan."

Kening pria itu mengerut tidak mengerti. "Bukankah Anda bilang dia sudah akan sembuh?"

"Tapi tetap saja masih bisa menular."

Karena Wei Wuxian terus menolak akhirnya Lan Xichen menyerah. "Baiklah, kalau memang begitu keadaannya, aku tidak akan memaksa lagi."

Senyum Wei Wuxian sangat lebar, meskipun dalam hatinya ia merasa sedikit geram karena rupanya Lan Xichen orang yang cukup gigih sebelum akhirnya menyerah.

"Kalau begitu bisakah sekarang kita jalan saja?" mintanya sambil otaknya bekerja mencari cara supaya ia bisa menyusup keluar dari rombongan untuk menemui anggotanya.

"Anda sungguh tidak ingin berpamitan dulu, Nona Wei?" Lan Xichen bertanya lagi.

"Tidak usah. Ayo, jalan." Dengan luwes ia menggandeng tangan Lan Wanji, pria yang harus dilayaninya.

Terkejut karena sentuhan yang tiba-tiba, Lan Wangji menghentak lepas seketika.

Wei Wuxian menyikapinya dengan santai. "Ah, jangan begitu, Tuan Muda. Bukankah Anda ingin sembuh? Pertama-tama anda harus terbiasa dengan sentuhan seorang wanita seperti aku."

Dalam hatinya, pemuda jadi-jadian itu tertawa geli sewaktu mengucapkannya. Siapa juga yang sudi menggandeng tangan seorang laki-laki. Jelas-jelas tangan wanita lebih enak untuk disentuh, meskipun ia sendiri belum pernah menyentuh tangan wanita.

Namun, dengan terpaksa ia harus mengakui kalau sekarang ia menikmati perannya sebagai wanita. Menggoda Lan Wangji yang dingin itu terasa menyenangkan. Sudah pasti pria tampan itu memiliki pengetahuan yang sangat minim tentang hubungan lawan jenis mengingat penyakitnya, dan Wei Wuxian memutuskan akan bersenang-senang dengan hal itu. Mengubah Lan Wangji, siapa takut? Ia melipat bibirnya demi menahan tawa.

PRETTY JADE LOCKED ✓ [End PDF]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang