23

774 72 0
                                    

Mau ngucapin Terimakasih banget yang sebesar-besarnya buat yang selalu baca dan ngevote cerita ini 😭🙏 ❤ Sampai aku hapal loh nama akun kalian 😭😍 Makasih ya ;) semoga dapat balasan yang lebih baik dan semoga terhibur sama ceritanya.

Hah enjoy :)

**

Jadi, disinilah Lia duduk diantara Fauzan yang berada di samping kirinya dengan Refal yang berada di samping kananya. Sementara Sheiren berada di sebelah kanan Refal.

Lia mengembuskan napas pelan, ia jadi melirik kecil pada Refal yang tengah asik berbisik pelan membicarakan film yang sudah mulai dari tadi dengan Sheiren.

Lia sendiri sudah tidak fokus menonton film hantu di depannya, beda dengan Fauzan yang notabennya sudah tenggelam dengan dunianya sendiri.

Helaan napas berat keluar dari bibir, Lia tidak suka menonton film, sukanya belajar matematika. Jadinya, jika menonton film ia akan seperti ini, bosan.

Jeritan dan sorak sorai terdengar riuh memenuhi ruangan. Tak urung Fauzan yang tersentak kaget, agak merapat pada Lia tanpa sadar dengan tangan yang bertumpu di atas tangan Lia.

Lia menoleh saat Refal menyingkirkan tangan Fauzan, sementara Fauzan sendiri sepertinya tidak sadar, saking fokusnya. Kepala Lia kembali menoleh depan, saat Refal kembali menonton film.

Refal mendengus saat Fauzan mencuri perhatiannya dengan selalu menempel pada Lia. Refal jadi panas sendiri, tidak fokus menonton padahal Sheiren dari tadi sudah tenggelam di dunianya sendiri.

Dan Fauzan pun sepertinya begitu. Refal melirik kecil pada Lia yang menghadap depan. Merasa di perhatikan dari samping, pipi Lia kembali memanas.

Netra Lia membelalak dengan jantung yang hampir terloncat keluar saat Refal menggengam tangannya. Membuat Lia menoleh kanan kiri, untung saja Sheiren dan Fauzan masih fokus.

"Apaan si? Lepas." Cicit Lia mencoba melepaskan genggaman namun Refal tak menggubris, ia fokus ke depan dengan senyum yang terukir di bibir.

Lia jadi mendecak kesal, Refal memang sangat jahil tak tertolong. Ia jadi mencubit pinggang Refal dengan tangannya yang bebas membuat empunya mengaduh pelan.

"Lepas gak? Cepetan." Pinta Lia memukul tangan Refal membuat Refal menggeleng.

Lia menahan napas saat Refal mendekatkan wajahnya pada telinganya, membuat deru napasnya menggelitik leher Lia dengan pipi yang sudah memerah.

"Kalau takut, lo nempelnya ke gue. Jangan ke Fauzan." Bisik Refal membuat Lia meneguk salivanya kasar dengan jantung berdegup kencang tak karuan.

Boro-boro takut, dia sudah melumer tak tertolong jika Refal terus begini. Valak sudah tidak ada harga dirinya lagi di mata Lia.

Lia jadi memberanikan diri, menoleh, menampilkan wajah galak dengan pipi yang sudah memanas membuat hidungnya bersentuhan dengan hidup Refal, saking dekatnya.

"Ngarep, gue nempel Fauzan aja." Tantang Lia agak serak membuat Refal yang masih tersentak jadi mengerjap.

Sudut bibir Refal jadi terangkat, tersenyum miring. "Terus kenapa lo nempel-nempel gue sekarang? Udah deket banget gini, apa mau langsung ciuman aja?" Tanya Refal menyeringai membuat Lia melotot menjauhkan wajahnya dengan tangan.

Lia jadi membuang muka dengan wajah merah seperti kepiting rebus dan jantung yang ingin loncat keluar. Netranya melirik tangan Refal yang masih menggenggamnya erat.

"Refal lepas." Lia jadi merengek membuat Refal terkekeh pelan.

"Iyain dulu, lo nempel gue kalau takut. Baru dilepasin." Bisik Refal membuat Lia mengangguk. "Iya- iya." Jawabnya malas dan tautan tangan mereka pun terlepas.

Lia diam-diam mengehela napas lega agak kehilangan juga.

Sementara Refal jadi mengulum senyum, Film Valak di matanya jadi sangat manis sekali berbunga-bunga. Dengan debaran jantung yang terus berdetak 2 kali lebih cepat.

Refal berdehem pelan, kembali mendekatkan wajah pada telinga Lia membuat Lia kembali menahan napas.

"Lain kali, gue ngedate nya mau berdua aja."

**

Bendera merah putih sudah berkibar indah di tengah lapang utama dengan biru langit sebagai background nya. Dekorasi berwarna merah dan putih memenuhi setiap juru DR.

Para siswa berlalu lalang dengan baju kelas masing-masing setelah berganti barusan selesai melakukan upacara Bendera wajib 17 Agustusan.

Siswa berbaju osis dengan name tag sudah sibuk mondar- mandir di lapangan menyiapkan peralatan untuk berbagai macam lomba.

Karena DR luas, panitia memutuskan memakai lapangan utama saja untuk berbagai macam perlombaan agar murid tidak berpencar kemana-mana dan memudahkan menilai untuk lomba supporter paling heboh dan kompak.

Begitu juga dengan suasana kelas XI-Mipa 1. Meskipun dekorasi kelas sudah selesai, tapi mereka masih ribet membersihkan kelas.

"Itu Raditya coba awas dulu, kursinya mau diangkat." Protes Ailee menunjuk bangku paling belakang dengan lap pel nya.

"Reynand, jangan dulu keluar. Minta tolong pasangin bendera ini dulu." Ujar Sherina membuat Reynand langsung meloncat bersiap.

"Kok, di kelas sedikitan?" Tanya Freya di depan pintu kelas membuat Winter menoleh. "Kan ada yang osis Frey, ada yang latihan Band juga." Jawab Winter membuat Freya beroh kecil lalu mengangguk. Segera membantu pekerjaan yang lain.

"Hei gaiss!!! Udah siap belum?! Lomba pertama mau dimulai, ayo semuanya keluar!!! Kasih support buat temen sekelas yang lomba nanti. Semangat-semangat!!" Teriak Alvin dengan baju osis dan name tag nya di pintu kelas.

"Yo... yo!! Semangat gais. Meskipun gue gak yakin, sama supporter nanti." Ujar Ailee pelan.

Kelas XI-Mipa 1 mengambil posisi lesehan di koridor tepat di tepi lapang. Mereka membawa karton yang sudah dihias masing-masing bertuliskan semangat dan sebagainya.

"Lia!! Lia!!"

Lia yang sudah duduk lesehan jadi menoleh, mendapati Ailee yang masih berdiri di depan murid kelas yang sudah duduk.

"Sayang banget Refal gak bisa ikut lomba karena harus latihan buat Band nanti. Nah, jadi lo pegang ini aja, pas Refal tampil, lo angkat tinggi-tinggi." Ujar Ailee memberikan karton membuat Lia menerimanya.

Semangat Refal!!! LOVE REFAL LOVE

Lia jadi membelalak kecil membaca tulisan karton tersebut dengan suitan jahil teman sekelasnya.

"Buset, lo bikin sendiri Le?" Tanya Reynand membuat Ailee menoleh, menggerakan tangan.

"Bukan, dapet ngambil dari Refalovers." Ujar Ailee nyengir menyebut fans club jadi-jadian Refal.

Hembusan napas keluar dari bibir Lia. Dari pagi, ia tidak melihat Refal rasanya sepi juga. Lia menunduk saat ponselnya bergetar.
Ia membuka roomchat.

Roomchat- Fauzan

Fauzan : acara sekolah lo beres jam brapa

Lia jadi menoleh pada Winter di sampingnya. "Win, sekarang pulang jam berapa?" Tanya Lia membuat Winter mengangkat alis, berpikir.

"Belum mulai, masa udah nanyain pulang?" Celetuk Dean.

"Kan belum lihat Refal juga, Jul." Ujar Sherina jadi terkikik geli membuat Lia jadi mendelik kecil, salah tingkah.

"Kata osis mah, jam 4 an juga kita udah pulang." Timpal Winter membuat Lia mengangguk lalu menunduk mengetikan balasan.

Lia : 4

Fauzan : gue jemput

Lia mematikan ponselnya, hatinya jadi tak karuan. Kenapa rasanya Lia ingin pulang bareng saja dengan Refal?

Ia jadi mengumpati dirinya pelan, kenapa hari ini, rasanya kangen sekali pada Refal si?

**

Sorry buat typo atau ada kesalahan penulisan EYD 🙏

See you.

ACCISMUS ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang