16

854 79 1
                                    

Sheiren mengulum senyumnya sambil memeluk ponsel erat membuat Audia--teman sebangkunya-- jadi mengernyit, menyipit curiga.

"Kenapa lo?" Tanya Audia membuat Shiren jadi mengerjap, menggeleng pelan.

"Kak Refal ya?" Tebak Audia membuat Sheiren jadi membelalak kecil, menoleh. "Kok, elo bisa ta-tahu?" Tanyanya membuat Audia melengos pelan.

"Lagian, kemarin gue nangkep lo pulang bareng sama dia, cepet ngaku!! Lo ada apa sama drummer itu?" Tunjuk Audia membuat Sheiren semakin membelalak.

"Lo liat?" Tanya Sheiren membuat Audia berdehem. "Bersyukur lo, gak gue bilangin ke Kak Helsi, bisa abis lo sama club mading, foto lo dipajang dimana-mana." Ujar Audia menyebut ketua mading membuat Sheiren terkekeh pelan.

"Kemarin gak sengaja, Kak Refal nganter pulang. Terus gitarnya ketinggalan di rumah gue, nanti mau ngambil pas pulang sekalian katanya gue boleh nemenin dia pas ngeBand." Ujar Sheiren bersemangat membuat Audia jadi mengerjap, kaget.

"APA?! LO MAU NEMENIN KAK REFAL NGEBAND?!"

"Syut!!! Audia!!" Peringat Sheiren melirik ke sekitar, untung kelasnya sedang sibuk masing- masing karena free class.

**

Lia melangkah pelan dengan wajah datar, ke meja panjang yang berada di tengah perpustakaan, khusus untuk belajar olimpiade.

Jantungnya masih berdegup tak karuan, saat mengingat perlakuan Refal tadi di kelas. Ia pikir Refal marah, tapi sepertinya tidak, untungnya.

Lia menggeleng, mengenyahkan perasaan aneh yang menjalar di hatinya. Refal kan cuman teman sekelas sekaligus tetangga baru, jadi gak usah baper.

"Udah dateng?" Tanya Faldi membuat Lia menoleh, mengangguk lalu duduk di sebrangnya.

Alis Lia terangkat, saat melihat tasnya kosong. Tangannya terangkat menepuk kening pelan.

Bodoh!! Lia kan menyimpan semua buku di kolong meja.

Pantas saja, tasnya terasa enteng.

"Lo gak bawa buku?" Tanya Amanda, cewek dikuncir dengan kacamata itu menoleh pada Lia dari depannya membuat Lia menggeleng.

"Nih, pake buku gue dulu aja. Buku kosong kok, atau gak nanti sobekin aja." Ujar Faldi, cowok tampan itu menyodorkan bukunya yang langsung diterima Lia.

"Makasih Kak," ujar Lia mencoba sopan pada Kakak kelasnya.

Lia merogoh tempat kacamata kotaknya lalu segera memakainya dan terhanyut ke dalam dunianya sendiri.

Bel pulang sekolah ditambah pengumuman melalui speaker yang berada di semua sudut penjuru sekolah terdengar jelas memenuhi setiap pendengaran murid menandakan bahwa pembelajaran telah selesai.

Lia merentangkan tangannya pendek, saat dirasa kaku semua. Kepalanya mendongkak saat Pak Agus-- pelatih olimpiade-- mengatakan waktu latihan selesai.

Setelah mengembalikan buku Faldi, Lia pamit duluan, ia menenteng tas hitam kosongnya lalu merogoh ponsel.

Kaki Lia berhenti melangkah, saat lapangan kecil pemisah antara perpustakaan dan koridor di guyur hujan deras. Ia jadi berdecak, membuka roomchat Lusi, teman sebangkunya.

Roomchat-Lusi

Lia : lusi masih di kls ga?

Lusi : yah udah pulang, knpa?

Lia : ga, mau nanyain buku di kolong meja

Lusi : coba tanyain ke grup

Lia : ok

Roomchat - XI-Mipa 1 ( AYOK MASAK GAK JADI WAE)

Lia : ada yg liat buku gue di kolong meja ga?

Dean : coba tanya yg piket hari ini

Dean : siapa yg piket hri ini

Winter : gue

Winter : tadi diambil Refal

Winter : ktnya rumh kalian deket

Lia : dianya dimana

Alvin : dihatimu eaa

Alvin : chat pribadi dong hemmm ^^

Kenath : mau ltihan Band, tadi breng gue cumn dia turun lagi ke bawah

Dean : nah, lo di perpus kan? Deket bgt itu ke ruang eskul

Lia : ok makasih

Memang tembok gedung yang di sebelah kanan lapang kecil di depannya ini yang sedang ia lihat adalah ruang estrakulikuler.

Tangan Lia terjulur, mengangkat tas hitamnya untuk menutupi kepala dari derasnya hujan lalu berlari lurus sampai koridor.

Tangan Lia bergerak menepuk pundaknya yang sedikit basah, Lia jadi menggigit bibir, entah kenapa jantungnya berdetak lebih kencang karena akan menemui Refal.

Lia pasti sudah gila.

Kepala Lia jadi menoleh, netranya membelalak kecil mendapati punggung Refal yang ia hafal. Kakinya melangkah pelan menghampiri.

"Refal." Ujar Lia namun langkahnya terhenti saat netranya mendapati sosok lain di depan Refal sedang tertawa bersama.

Lia jadi meragu, ingin menghampiri namun takut menganggu. Hatinya jadi tidak enak lalu berbalik meninggalkan Refal yang masih asik tertawa dengan gadis tadi.

"Pacarnya? Seru banget ketawanya." Gumam Lia.

Berarti yang tadi di kelas, Refal ngomong- ngomong ingin jadi pacar benerannya bohong?

"Cih, dasar cowok." Ujar Lia tak sadar jadi kesal sendiri.

**

Sorry buat typo

Sorry buat typo

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Ini Liaa 😚

ACCISMUS ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang