36. Perjodohan

776 67 3
                                    

Dan karena eps yang ini juga spesial aku pengen kasih judul juga 😶

Enjoyy gais :))

**

Refal menghempaskan diri pada Sofa. Wajahnya keruh dengan perasaan tak enak karena Sheiren. Ia jadi menoleh mendapati Nathali yang sedang duduk anggun membolak-balik dokumen pekerjaan.

Refal jadi beringsut mendekat, menyenderkan kepala pada lengan Nathali. "Bunda...." Rengek Refal membuat Nathali berdehem tanpa menoleh.

"Kayaknya Refal nyakitin perasaan orang deh," ujarnya.

"Gapapa, gak semua orang bisa kamu bikin bahagia. Dan kamu gak punya kewajiban buat bikin mereka semua bahagia." Ujar Nathali datar membuat Refal jadi menarik diri lalu mengernyit.

Ah... Bundanya selalu bicara fakta, bukan menenangkannya dengan kalimat penyemangat atau motivasi.

Refal jadi menoleh saat Hanif datang dan duduk di sofa single sambil menyalakan televisi. Ia jadi sumringah lalu beranjak mendekat pada Hanif.

"Ayah... Bunda tuh." Adu Refal membuat Nathali jadi menoleh, mendelik kecil namun tak peduli banyak.

"Kenapa?" Tanya Hanif masih fokus pada televisi. "Kayaknya aku nyakitin perasaan orang, deh." Ujar Refal membuat Hanif menoleh.

"Kenapa?" Tanya Hanif membuat Refal jadi melengos pelan. "Aku bikin batas, kita cuman temenan." Ujar Refal membuat Hanif jadi terdiam menatapnya.

"Ouh... sama anak tetangga?" Goda Hanif membuat Refal melotot kecil. "Bukan Yah, ada temen sekolah." Jawab Refal membuat Hanif beroh-ria.

"Gapapa, kalau kamu mau cuman jadi temen. Tapi kamunya harus sadar diri, jaga sikap jangan bikin dia berspekulasi kalau kamu pengen lebih dari temen." Saran Hanif membuat Refal jadi menjentikan jari.

"Nah itu, yang Refal susah." Ujar Refal membuat Hanif jadi tersadar, lalu mengerti melihat sikap Refal selama ini.

"Berusaha dong." Jawab Hanif pendek. "Kalau ngerasa bersalah, tahan aja. Yang penting udah minta maaf, karena kamu milih sikap ngebiarin atau ngasih tau dia di awal atau akhir, pada akhirnya kamu akan tetep nyakitin dia." Lanjut Hanif membuat Refal tertegun.

Hanif jadi menoleh, menatap Refal. "Udah jangan merasa bersalah, karma datangnya cepet kok!!" Ujar Hanif tersenyum sembari memberikan jempol membuat Refal jadi mendelik.

Tangan Refal bergerak, mengambil iphone bobanya dari meja. Alisnya terangkat saat Kenath meneleponnya.

"Ada apa Kenath?" Tanya Refal setelah mengangkat telepon.

"Fal!!!! Refal gawat!!!! Lo cepetan kesini, atau gimana kek buat ngehentiin ini!!!!!"

Refal jadi mengernyitkan kening, mendengar suara panik Kenath. "Kok lo panik? Ada apa?" Tanya Refal.

"..."

"HAH?!?! LIA DIJODOHIN?!" Teriak Refal kaget bukan main membuat Nathali dan Hanif menoleh.

"Tuh kan, Ayah bilang apa... karmanya cepet." Ujar Hanif terkekeh pelan.

**

Lia menoleh pada Kenath yang baru saja datang dari belakang rumahnya lalu duduk di sampingnya. Rumah Lia jadi ramai karena ada Renata -ibu Kenath- untuk merayakan acara hari ini dan sekaligus membantu persiapannya.

Perjodohan.

Saking hari yang paling dinanti, semua memakai pakaian jas sedangkan perempuannya memakai dress. Lia sudah memakai Off-Shoulders Dress bewarna pastel yang terlihat cantik di tubuh Lia.

Dan Ayahnya yang dari luar kota, sudah pulang dan mengobrol dengan orangtua Fauzan di ruang tamu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Dan Ayahnya yang dari luar kota, sudah pulang dan mengobrol dengan orangtua Fauzan di ruang tamu. Sementara Lia ada di meja dapur.

"Kok, lo mau aja si dijodohin?" Tanya Kenath memprotes sembari celingak-celinguk membuat Lia menoleh lalu menunduk.

"Gue gak nyangka beneran anjir, gue kira om Dani itu cuman bercanda doang bilang-bilang elo mau dijodohin sama Fauzan." Ujar Kenath.

"Emangnya lo suka sama Fauzan? Gue pikir lo demennya sama Refal." Ujar Kenath pelan membuat Lia melotot.

"Gue serius, kenapa? Alesannya apa?" Desak Kenath membuat Lia mendengus. "Gue gak mau nolak permintaan Papah." Ujar Lia membuat Kenath mengernyit.

"Cih, klise." Cibirnya."Sok anak Sholehah lo," ledek Kenath membuat Lia mendelik.

"Bukan masalah itu, tapi lo sadar gak si? Ini bukan main-main loh. Ini tuh acara perjodohan, sekarang kalian tunangan nanti kalian nikah!!! Kalian bakal hidup bareng ke depannya, emangnya lo mau hidup sama orang yang lo gak suka sama sekali??" Tanya Kenath membuat Lia tertegun, bodoh tidak berpikir sampai sana.

Kenath jadi berdecak. "Emang kenapa kalau ini permintaah Papah lo? Gue yakin kok, kalau Papah elo mau yang terbaik buat elo, kalau lo nya gak mau ya, tolak aja. Ngabulin permintaan Papah elo bisa kan yang lain?" Ujar Kenath membuat Lia jadi semakin tersudut, merasa dibombardir.

"Aww!!! Sakit, siapa yan--- Eh Mamah?" Ujar Kenath mengusap kepalanya yang dipukul oleh Renata, sang ibu.

"Ngomong tuh, volumenya dikecilin dikit. Gimana kalau kedengeran sampe sana." Tegur Renata membuat Kenath membelalak. "Lah kedengeran?" Tanyanya jadi panik.

Renata jadi menggeleng, ia jadi menoleh mendapati Lia dengan raut bimbang lalu tersenyum. "Meskipun absurd, tapi Kenath ada bener nya Julia, ini masalah masa depan bukan cuman nurutin permintaan orang tua." Ujar Renata membuat Kenath jadi protes namun tak urung mengangguk.

"Tapi telat ya, mau nolak juga. Andai ada alesan yang konkret gitu." Ujar Renata membuat Kenath jadi teringat, tersadar sesuatu.

"Ada!! Duh, ini pangeran tampannya kenapa belum datang juga dah?!!?" Ujar Kenath membuat Lia jadi menoleh, mengernyit.

"Maksud lo?" Tanya Lia membuat Kenath ingin menjawab namun suara ketukan pintu yang tak berhenti mengalihkan perhatian semuanya.

Kenath jadi merekah menoleh pada pintu. "Nah, itu pangeran tampannya datang." Ujar Kenath sembari minum santai bertepatan dengan Diana yang membuka pintu.

BYURR!!!

Kenath menyemburkan minumannya dengan mata membelalak begitu pun dengan Lia yang sudah sangat kaget.

Melihat Refal yang ngos-ngosan berdiri di depan pintunya dengan kaos abu kebesaran dan celana training selutut.

"Nak Refal?" Tanya Diana menganga kecil mengernyit membuat Papah Lia menoleh. "Siapa Mah?" Tanyanya.

"Refal lo...." ujar Kenath sudah mengurut kepala pusing melihat pakaian Refal.

"Refal?" Tanya Fauzan pelan di ruang tamu membuat kedua orang tuanya menoleh. "Kamu kenal?" Tanya mereka.

"Refal... kenapa?" Tanya Lia pelan menatap Refal yang juga menatapnya sambil memberikan senyum canggung.

**

Dress nya Lia cantik bat ga boong 🤧

ACCISMUS ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang