Desi & Isa - Kursi, Meja
dan Lagu Kesayangan [🎶]
Dari jendela kamar kostnya, aku lihat kala itu senja lagi jatuh cinta.
Warnanya oren agak kekuning-kuningan disertai sedikit semburat merah. Tambah pas karena ada banyak burung lewat, hati-hati aja kalau tiba-tiba mereka buang kotoran. He he.
Hari ini aku menangis lagi. Bukan karena Sena marah, tapi karena aku mendengar obrolan anak-anak dari fakultas sebelah tentangnya.
Obrolannya buruk. Aku jadi sakit hati.
Padahal mereka kan tidak kenal Sena. Aku merasa kata-kata yang buruk itu tidak sepantasnya Sena terima.
Aku tau betul, bahagia berhak dirasakan oleh semua orang. Terlebih kepada Sena, bahagia dan tawa ada seluas bumi untuknya.
Dan disinilah dia. Dia mengerucutkan bibir, menekuk lutut dan memandangku dengan wajah sedihnya. Tidak, dia gak aku ceritain tentang obrolan itu.
Namun aku yakin dia sering dengar.
Sena yang sekarang gitu karena ngelihat aku nangis.
"Kenapa nangis, Nanda?" Tanyanya lagi.
Aku gak jawab. Cuma sibuk ngehapus air mata.
"Siapa yang bikin kamu kayak gini? Bilang ke saya"
"Mau kamu apain?" Tanyaku. Masih dengan sesegukan.
"Saya ajak ngopi. Biar bisa dibilangin baik-baik he he" Jawabnya memancing kekehan ringan dariku.
Aku tarik nafas, semoga ini air mata terakhir. Kusandarkan punggung ke tembok dan memandanginya lama.
Gak bosan-bosan aku menjelajahi matanya yang kalau masuk sepertinya ada semesta. Aku rasa juga ada rumah hangat disana.
"Bilangin apa?" Aku tersenyum.
Sena menaikkan alis. Meletakkan telunjuk di dagu.
"Saya bilangin gini pokoknya 'Mas atau mbak, Nanda itu bakal jadi pacar saya. Saya gak tega lihat dia nangis. Berapa deh hutangnya Nanda, biar saya yang bayar'"
"Ih Senaaaaa"
Gelak tawanya menggelegar di kamar kostnya yang tak seberapa besarnya ini. Dasar, aku padahal lagi nangis tadi. Sekarang malah jadi ketawa.
Sena dan segala hal tentangnya yang selalu membuatku jatuh cinta.
"Cuci muka dulu sana habis itu kesini lagi. Saya mau kasih kamu sesuatu" Kata Sena.
Aku menautkan alis. "Apa?"
"Ndak boleh tau kalau belum cuci muka"
Ngeselin. Tapi aku tetap menurut.Aku turun ke bawah buat ke kamar mandi dan cuci wajahku cepet. Habis itu balik ke kamar Sena.
"Kasih apa?" Tagihku.
Apapun itu semoga bukan barang atau hal-hal yang mahal, sebab aku gak pernah butuh barang mahal. Yang selalu aku doa-doa kan adalah semoga Sena akan selalu baik-baik saja.
Cup. Terus dia lari.
"Senaaaaaaa!"
Hadiahnya ternyata cium di pipi.
Kalau itu hadiahnya mah aku mau setiap hari! He he.
Anak manusia paling lapang dada,
mau aku peluk erat dan lekat
rindu yang ini bukan
untuk menambah pilu,
tapi untuk dikenang
dengan manisdiingat bukan dengan
tangis tapi dengan
senyummelepas pergimu tapi
tidak seutuhnya
menghilangpokoknya sayang
sena 3000.
KAMU SEDANG MEMBACA
pilu membiru • chaennie
FanfictionKerja, kebiasaannya. Hangat lembut manis, sikapnya. © 2021 SAMUELSAID