#2

827 69 0
                                    

Iya, sih. Dari tadi aku napas ngos-ngosan. Jadi tidak menyadari aroma khas yang sudah kami kenal. Baunya mirip pembalut wanita bekas yang sudah lama. Busuk-busuk apek. 


Shuuutt ... aromanya menari-nari di depan hidungku.


Awal aku bekerja sempat kebingungan dengan bau ini. Malah sibuk bersih-bersih membongkar tempat sampah mencari sumber bau yang tidak kutemukan.


Seharusnya aku sadar kalau setiap pergantian shift, tempat sampah selalu dikosongkan. Demikian juga tempat sampah di kamar pasien. Jadi tidak mungkin berasal dari tempat sampah.


Belum sempat aku beranjak ke pantry mengolah kopi. Suara sirine ambulan meraung di depan gerbang. Gerak cepat kami berdua menghambur mendatangi.


Benar saja. Seorang wanita dengan perut buncit berusaha dipindahkan petugas ambulan ke atas brankar. Mulut wanita itu sudah mengerang dan mengedan. Para petugas masih kesulitan memindahkannya karena terus meronta.


"Atur nafas dulu, Buk! Ngedan di dalam saja! Tarik nafas panjang ...." Mbak Lila berusaha menahan ibu itu agar tidak mengedan.


Aku segera lari membuka pintu ruang bersalin seluasnya agar brankar bisa leluasa masuk. Hati kembali tergelitik ketika lagi-lagi mencium aroma khas itu saat membuka kamar bersalin. 


Ruang steril itu tidak berventilasi. Seekorpun cicak tak pernah terlihat di situ. Kecil kemungkinan bau busuk berasal dari cicak mati.


Beberapa bulan bekerja di rumah sakit ini, aku mulai terbiasa dengan keanehan-keanehan yang muncul satu per satu. Seperti aroma ini yang menandakan jika ada pasien yang akan melahirkan.


Kunyalakan AC agar bau cepat hilang. Pewangi ruangan kusemprot dengan tergesa.

Pasien sudah berhasil dimasukan ke ruang bersalin dan sudah berpindah di atas meja ginekolog.


"Yun, telpon Dokter Robby cepat! Pembukaan hampir lengkap!" perintah Mbak Lila padaku. 


Dia sudah siaga dengan sarung tangan dan pakaian steril di depan pasien.


"Siap, Mbak!" sahutku. 


Aku  ke ruang tengah menghubungi dokter Robby lewat telepon yang ada di situ.

Proses persalinan berjalan lancar beberapa menit kemudian. Sayangnya dokter tidak sempat datang sehingga persalinan ditolong Mbak Lila. 


"Oeeek ... oeeek ...." 


Suara lantang tangisan bayi membahana dalam ruang bersalin. 


Usai berjibaku di ruang bersalin, aku harus menyiapkan kamar pasien. Suami isteri itu memilih bangsal yang sudah lama kosong. 

MEREKA YANG DITANDAITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang