"Saya liat Suster waktu mau masuk ke kamar iniii. Di kantor perawat tidak ada yang jagaaa." Suara seraknya sangat datar. Mungkin memang pembawaanmya begitu. Mirip suara artis film Toro Margen.
"Iya, Pak. Barusan ada yang melahirkan di ruang bersalin." Aku terus mengajaknya bicara sedang tanganku terus bekerja.
Deeerrt!
Gawaiku bergetar. Panggilan dari Mbak Lila. Segera kugeser icon hijau pada layar.
"Yun ... kamarnya sudah siap belum?"
"Sudah, Mbak." Tanganku mengeluarkan gelas dan sendok yang masih terbungkus plastik dari dalam laci. Menatanya di atas nakas.
"Oke ... pasien meluncur," sahut Mbak Lila. Sambungan telepon dimatikannya.
"Pak ...." Aku menoleh ke arah pintu. Mencari sosok bapak tadi. Dia tak ada lagi di sana. Hanya desau angin dari luar yang menerobos ke dalam ruangan. Membuat tubuhku menggigil.
Ah, dasar akunya aja yang parno. Mungkin angin yang membuat pintu tadi tertutup.
Aku berajak ke luar kamar, bermaksud untuk mengambil toilet paper di kantor perawat. Dari arah ruang bersalin, Mbak Lila dibantu beberapa kerabat pasien mendorong brankar berisi ibu yang baru melahirkan tadi.
"Kemana?" tanyanya saat kami berpapasan.
"Mau ngambil toilet paper buat kamar dua lima," sahutku.
"Kamar dua lima?" Alis Mbak Lila mengernyit. Tapi, terus mendorong brankar menuju bangsal dan aku melanjutkan tujuanku ke kantor perawat.
Di kantor perawat, ada Dokter Robby. Pria setengah baya itu menyender di sisi meja. Datang juga dia ternyata.
"Visite pasien baru, yuk!" ujarnya, begitu aku mendekat.
"Seneng banget gangguin pasien tidur," gerutuku.
Tanganku meraih file pasien baru tadi malam, bertanda nama Dokter Robby dari atas meja. Meletakan di hadapannya.
"Jiah ... judes amat, Suster!" protesnya seraya terkekeh. "Capek ya? Sebentar ... ada sesuatu buat kamu." Pria berkemeja kotak itu merogoh saku celananya.
"Bagi rejeki, ya, Dok?" tanyaku setengah percaya.
"Iya, dong."
Ish ... baik banget sama anak yatim.
KAMU SEDANG MEMBACA
MEREKA YANG DITANDAI
Bí ẩn / Giật gânBanyak kejadian horor yang Yuni alami sejak bekerja di rumah sakit itu. Situasi kian mencekam dengan kematian orang-orang yang ditandai.