14

3K 307 20
                                    

Enam bulan sudah chanista menjadi istri sah dari mark, hari ini chanista menyiapkan sarapan untuk sang suami sebelum suaminya pergi bekerja.

Mark sudah setia menunggu masakan yang tengah sang istri buat, selama enam bulan terakhir ini mereka menjalankan hari-hari dengan kegiatan masing-masing.

Pagi mark akan bekerja dan pulang malam, begitu pula dengan chanista yang sibuk dengan kuliah nya dan pulang di sore hari sebelum mark berada dirumah chanista sudah harus lebih dulu berada dirumah, menyiapkan makanan untuk suaminya.

Menjadi mahasiswi sekaligus istri ternyata tak semudah itu.

“Ayo makan.” Chanista datang membawa dua mangkuk nasi goreng dan kopi untuk suaminya di atas nampan.

“Makasih sayang.” Mark mengecup pioi chanista yang kini duduk di sampingnya.

“Sama-sama sayang.” Jawab chanista kemudian menyuapkan satu sendok nasi goreng ke mulutnya.

“Ohiya, tadi ibu nelepon, katanya nara sakit...”

Chanista menghentikan kegiatan makan nya, kembali menoleh kepada mark.

“Aku bilang kamu ada jadwal kampus hari ini, jadi gak bisa bantu ibu jagain nara.”

Semalam tenita memang mengatakan pada chanista, bahwa nara selalu menanyakan dirinya, bahkan hingga tak mau makan.

“Nanti aja hari minggu kita nengok nara bareng-bareng ya kalo aku libur.” Ucap mark lagi.

Sejak semalam juga chanista gelisah memikirkan nara.

“Ayok makan lagi, nara pasti baik baik aja.” Mark mengerti dengan perubahan sikap istrinya, menurut mark, chanista selalu berlebihan menyikapi sesuatu tentang nara.

Chanista mengangguk dan mulai kembali menyuapkan makanan nya dengan perasaan gelisah nya, sekarang otak chanista hanya tertuju kepada nara.

Tiga puluh menit mereka menghabiskan sarapan berdua, akhirnya mark dan chanista pun bersiap untuk melakukan aktivitas mereka selanjutnya.

Mark terlebih dahulu mengantarkan chanista ke kampusnya, sejak masuk kedalam mobil chanista tampak diam tak mengeluarkan sepatah katapun.

Di tengah perjalanan chanista tampak semakin gelisah, mengigiti kukunya sendiri.

“Kenapa sih chan?” Tanya mark, merasa bingung dengan perubahan sikap istrinya, biasanya sang istri akan bercerita sepanjang perjalanan tapi kali ini chanista terlihat begitu gelisah.

“Kak, aku mau bolos ngampus hari ini boleh? Aku khawatir sama nara.”

Mark mengerutkan keningnya, menurut mark ke khawatiran chanista pada adiknya sangat lah tak wajar.

“Ada ibu yang jaga dia, kamu gak perlu sampe nunda aktivitas cuman gara-gara khawatir sama nara.”

“Kak, aku harus ketemu nara, aku harus lihat kondisi dia!”

“Chan, kenapa kamu panik? Kamu cuman kaka nya nara, ada ibunya yang jagain dia, udah jelas nara bakalan baik-baik aja.”

“Turunin aku di depan, kalo kak mark gak bisa anter, biar aku naik taxi.”

“Chanista, bukan aku gak bisa anter kamu, tapi kamu berlebihan.”

“Kamu cuma kaka nara udah jelas ada ibunya yang pasti jagain dia.” Lanjut mark melirik chanista dengan kesal, ingin sekali mark memabanting stir mobil nya.

Chanista mulai terisak dengan pelan, ingin sekali ia menjerit di hadapan wajah mark, bahwa nara adalah anak nya! Wajar jika saat ini ia panik mendengar kabar nara.

Young Mother || GS Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang