16

2.7K 311 46
                                    

Satu minggu berlalu setelah chanista meninggalkan rumah mark hubungan mereka semakin memburuk, chanista tak pernah memberikan kabar pada mark, sebaliknya dengan mark tak pernah memberikan kabar pada chanista.

Mark benar-benar merasa sangat di khianati oleh istrinya sendiri, ia mencoba mencari informasi kepada jeno tentang nara, dan chanista, mark berharap bahwa yang di katakan chanista hanyalah sebuah kebohongan.

Tapi, ternyata jawaban yang mark dapatkan lebih menohok hatinya, nara benar-benar anak dari chanista dan jeno.

“Anak yang di kandung chanista sekarang udah tiga bulan, kemarin niatnya sih gue mau ketemu nara tapi, chanista bilang mau periksa kandungan nya, ya gue sekalian anter.” Ucap jeno, mengalihkan topik pembicaraan.

Mark bahkan lupa dengan kehamilan istrinya, selama seminggu ini ia selalu memikirkan kenapa chanista tega membohongi nya hingga sejauh ini?

“Lo gak niat nemuin dia? Cukup gue aja dulu yang nyesel kehilangan moment spesial, lo suaminya sekarang, temenin chanista, jangan bikin dia ngerasa sendiri lagi.” Ucap jeno lagi.

Mark masih belum bisa berfikir dengan jernih, hatinya masih terasa sesak saat mengingat kembali tentang sang istri yang membohonginya.

“Tentang nara, gue siap kok buat ambil dia dan tinggal sama gue, asalkan lo bisa bujuk keluarga nya chanista dan tentunya chanista” Sambung jeno lagi, ia tak peduli walaupun mark tak meresponnya.

“Chanista, dia nyembunyiin semuanya dari lo karena dia takut kehilangan lo, gue selalu bilang sama dia buat jujur soal nara, dan jawaban nya selalu sama dia takut lo gak bisa nerima dan pergi ninggalin dia.” Lanjut jeno, melirik mark yang hanya terdiam.

“Jen, gue perlu buat mikirin semuanya dulu kayanya.” Setelah hanya diam, akhirnya mark menanggapi ucapan jeno.

“Iya, sorry ya gara-gara anak gue kalian jadi gini. Dulu gue sempet mau ambil nara kok, tapi orang tua chanista nolak, nanti gue nyoba ngomong lagi deh sama mereka.”

“Iya, nanti gue bantu ngomong sama orang tua chanista.”

Hening..

Mereka berdua sibuk dengan pikiran masing-masing, jeno sejak tadi menatap wajah mark yang tampak sangat gelisah. 

“Gue nitip chanista ya? Cukup waktu hamil nara aja dia ngerasain gak punya siapa-siapa, sekarang lo harus ada ya buat dia.” Lirih jeno, tersenyum getir kepada mark.

Mark kembali diam, ia hanya tersenyum tipis menanggapinya.

“Lo bisa kan nemenin dia selama hamil?” Tanya jeno.

Mark kembali tersenyum tipis, tak menjawab apapun.

“Gue percaya, lo pasti gak akan ninggalin chan—”













“Gue gak bisa janji buat itu jen.”

Jeno sedikit terkejut mendengar ucapan mark, ia pikir mark akan berusaha untuk chanista.




✨✨✨

Chanista terisak kesal, ia memandangi ponselnya berharap mark akan menghubungi atau membalas pesannya tapi kenyataannya mark tak membalas ataupun memberinya kabar.

Apa mark tak ingin tahu lagi kabar dari bayi mereka? Apa mark benar-benar kecewa padanya? Apa kali ini ia harus menjalani kehamilan nya sendirian lagi seperti dulu?

Nara gadis mungil itu sudah tertidur di samping chanista setelah mengajak bayi dalam perutnya berbicara, nara sangat senang saat chanista memberi tahu bahwa dalam perutnya ada bayi.

Pintu kamar chanista terbuka, ia menoleh dan sangat senang saat melihat sosok tegap berjalan menghampiri dan duduk di sisi ranjang.

Mark.

Ia datang masih dengan seragam kerjanya, tanpa basa-basi mark pun mengecup kening istrinya yang sudah berhari-hari tak ia temui.

“Aku pikir kamu udah tidur.” Ucap mark, mengusap lembut pipi chanista.

“Aku susah tidur.” Jawab chanista, tersenyum manis pada suaminya.

“Kenapa?” Tanya mark.

“Gak tau.” Sudah hampir satu minggu chanista hanya menghabiskan malam nya untuk menangis, memikirkan mark.

Hening...

Mark dan chanista hanya diam, sibuk dengan pikiran mereka masing-masing, chanista tak tahu harus mulai dari mana? Rasanya sangat canggung.

“Maaf ya kak mark...” Ucap chanista memecah keheningan.

“Hmm.” Mark hanya berdeham menanggapi ucapan sang istri.

“Aku gak ada maksud buat bohongin kaka, aku cuman takut kaka ninggalin aku kalo aku jujur, aku bener-bener gak mau kehilangan kak mark.” Ucap chanista lagi, ia bangkit dari tidurnya dan ikut duduk di samping mark.

Mark hanya diam, mengusap lembut pipi chanista.

“Aku harap kak mark bisa ngerti tentang kondisi aku...” Ucap chanista lagi.

“Soal nara, aku bakalan balikin nara sama ibu lagi, kita bis—”

“Aku butuh waktu sendiri dulu chan...” Ucap mark, menatap wajah sendu chanista.

“Uh?” Chanista mengerutkan keningnya tak mengerti.

“Aku bakalan transfer uang bulanan ke kamu, sebut aja berapa nominal nya. Aku masih butuh waktu buat mikirin semuanya...” Lanjut mark, menarik tubuh mungil chanista untuk masuk kedalam dekapan nya.

Chanista terisak dengan sangat keras di dalam pelukkan mark, ia pikir suaminya datang untuk memperbaiki hubungan mereka, tapi apa ini? Apa mark akan meninggalkan chanista dengan cara perlahan seperti ini?

“Aku titip anak aku ya? Kamu gak perlu khawatir aku bakalan ada buat babby, telepon aja kalo ada apa-apa sama babby...”

Hati chanista terasa teremat mendengar ucapan suaminya, hanya untuk bayinya? Lalu bagaimana dengan dirinya? Apa chanista dibuang begitu saja?

“Maksudnya kaka cerai-in aku?” Tanya chanista di sela isakkan nya.

“Aku gak bisa cerai-in orang hamil...”

Chanista semakin terisak dengan pilu dalam pelukan mark, jadi jika chanista sudah melahirkan artinya mark akan menceraikan nya?!

✨✨✨

Vote dan komen nya jangan lupaa😂😂😂

Young Mother || GS Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang